Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Dengan Body image Pada Remaja Putri.

disekitar pinggul, paha dan perut. Hal senada diungkapkan oleh Zulkifli 2005 yang mengatakan bahwa kematangan seksual yang terjadi pada anak perempuan berupa munculnya menstruasi yang pertama, penimbunan lemak yang membuat payudara mulai tumbuh, pinggul mulai melebar dan pahanya mulai membesar. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan yang sangat cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pernyataan ini diperkuat oleh Levine dan Smolak dalam Cash Pruzinsky, 2002 yang mengatakan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada remaja putri disertai dengan bertambahnya berat badan sekitar 50 pon yang meliputi 20-30 pon lemak, yang terletak disekitar daerah pinggang, paha, pinggul dan bokong. Perubahan fisik ini yang akan mempengaruhi body image remaja putri tersebut.

D. Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Dengan Body image Pada Remaja Putri.

Lina dan Rosyid 1997 menyatakan bahwa predikat konsumtif biasanya melekat pada seseorang bila orang tersebut membeli sesuatu diluar kebutuhan yang rasional, sebab pembelian tidak lagi didasarkan pada faktor kebutuhan, tetapi sudah pada taraf keinginan yang berlebihan. Pernyataan ini diperkuat oleh Lubis dalam Sumartono, 2002 mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang tidak rasional lagi. Remaja sebagai salah satu golongan dalam masyarakat, tidak terlepas dari pengaruh konsumtivisme ini, sehingga remaja menjadi sasaran berbagai produk Tiurma Yustisi Sari : Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Dengan Body Image Pada Remaja Putri, 2009. perusahaan Jatman, 1987. Hal ini diperkuat oleh Mangkunegara 2005 yang mengatakan bahwa bagi produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial, karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya dan sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja. Monks, dkk. 1995 mengatakan bahwa pada umumnya konsumen remaja mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada umumnya remaja mempunyai ciri khas dalam pakaian, berdandan, gaya rambut, tingkah laku, kesenangan musik, dalam pertemuan dan pesta. Remaja selalu ingin berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain terutama teman sebaya, sehingga remaja kebanyakan membelanjakan uangnya untuk keperluan tersebut. Hadipranata dalam Lina Rosyid, 1997 mengatakan bahwa remaja putri memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk berperilaku konsumtif dibandingkan dengan remaja putra. Sebelumnya, Reynold, Scott, dan Warshaw 1973 mengatakan bahwa remaja putri berusia antara 16 sampai dengan 19 tahun membelanjakan uangnya lebih banyak untuk keperluan menunjang penampilan diri seperti: sepatu, pakaian, kosmetik dan asesoris serta alat-alat yang dapat membantu memelihara kecantikan dan penampilan dirinya. Perhatian yang besar terhadap diri sendiri merupakan minat yang kuat pada remaja putri. Perhatian ini ditunjukan melalui kekhawatiran dan perilaku membeli mereka terhadap barang-barang yang dapat merawat diri dan pakaian. Perhatian Tiurma Yustisi Sari : Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Dengan Body Image Pada Remaja Putri, 2009. terhadap penampilan diri ini tidak hanya dibatasi pada pakaian dan assesoris saja, akan tetapi rambut, bentuk dan ukuran tubuh, wajah, kulit dan kuku juga merupakan hal yang sangat penting bagi remaja putri Reynolds Wells, 1977. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Dacey dan Kenny 1997 yang mengatakan bahwa remaja putri sangat memperhatikan penampilan mereka. Lebih lanjut, Kaum Feminimisme dalam Dacey Kenny, 1997 menjelaskan bahwa remaja putri saat ini lebih menyadari bahwa penampilan fisik mereka merupakan aset yang paling penting bagi mereka, disebabkan karena remaja putri menempatkan penilaian yang besar terhadap penampilannya. Pada umumnya, setiap remaja putri memiliki standar-standar tertentu tentang sosok ideal yang didambakan, seperti standar cantik adalah berpostur tinggi, tubuh langsing dan kulit putih Rini, 2006. Matlin 2004 mengatakan bahwa kebanyakan remaja putri pada umumnya percaya bahwa penampilan yang baik dan kecantikan fisik merupakan dimensi yang sangat penting untuk wanita. Kulit yang bersih, gigi yang kuat dan mengkilat, serta rambut yang mengkilau, merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap wanita. Tubuh yang langsing juga merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh wanita. Ikon wanita kurus dan berkulit putih yang ditampilkan oleh media mengakibatkan remaja putri cenderung membandingkan dirinya dengan wanita yang ada pada media tersebut dan sering kali membuat remaja putri tersebut merasa tidak puas dengan tubuhnya Widyarini, 2005. Terlebih dahulu, Cash dan Pruzinsky 2002 menyatakan bahwa media massa mempengaruhi perkembangan body image remaja putri. Isi tayang dan media sering menggambarkan standar kecantikan remaja putri adalah Tiurma Yustisi Sari : Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Dengan Body Image Pada Remaja Putri, 2009. yang bertubuh kurus. Hal ini dapat mempengaruhi body image remaja putri tersebut melalui berbagai cara, sehingga banyak remaja putri yang percaya bahwa wanita yang bertubuh kurus merupakan wanita yang cantik dan sehat Cash dan Pruzinsky, 2002. Lebih dahulu, Tanoto 1999, mengatakan bahwa media massa, baik tayangan iklan di televisi maupun majalah yang banyak menampilkan figur-figur ideal remaja dan menawarkan produk-produk remaja akan mempengaruhi remaja tersebut sehingga remaja akan mudah sekali untuk tertarik dan menjadi konsumtif terhadap penampilan mereka. Remaja putri akan menjadi lebih boros untuik membelanjakan uang sakunya untuk membeli barang-barang yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan akan kecantikan dan penampilan dirinya. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini ingin membuktikan adanya hubungan antara perilaku konsumtif dan body image pada remaja putri.

E. Hipotesa