Pengolahan Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA

Halimahtun Sa’diah : Pengaruh Proses Pengepresan Screw Press Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin kurang lebih 2 persen atau kurang, bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning, harus berwarna pucat tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam Ketaren, 1986. Berdasarkan tebal tipisnya tempurung cangkang dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan dalam 3 tipe, yakni : a. Tipe Dura : tempurung cangkang sangat tebal, kandungan minyak dalam buah rendah. b. Tipe Pesifera : tempurung sangat tipis bahkan hanya berbentuk bayangan cincin, hampir tidak bertempurung namun kandungan minyak dalam buah tinggi. c. Tipe Tenera : merupakan persilangan Dura sebagai pohon ibu, dengan Pesifera sebagai pohon bapak. Tenera bertempurung tipis kandungan minyak tinggi Risza, 1994.

2.3. Pengolahan Kelapa Sawit

Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama pengolahan kelapa sawit di pabrik, yaitu a. Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah. b. Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Halimahtun Sa’diah : Pengaruh Proses Pengepresan Screw Press Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009. Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan kelapa sawit sampai dihasilkan minyak adalah sebagai berikut : 1. Pengangkutan buah ke pabrik Tandan buah segar TBS hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Jika buah yang tidak segera diolah, maka kandungan asam lemak bebasnya akan semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen TBS harus segera diolah. 2. Stasiun penimbangan buah Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan tandan buah sawit yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk berat truk dan TBS serta pada saat keluar berat truk. Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang masuk ke pabrik. Umumnya, jembatan timbang yang digunakan pabrik kelapa sawit PKS berkapasitas 30-40 ton. Jembatan timbang tersebut dioperasikan secara mekanis maupun elektronis. Truk yang keluar masuk ke jembatan timbang harus berjalan perlahan-lahan sebab perangkat elektronik dari jembatan timbang sangat sensitif terhadap beban kejut. Pada saat penimbangan, posisi truk harus berada di tengah agar beban yang dipikul merata. 3. Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit TBS yang telah ditimbang di stasiun penimbangan buah selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuang dump langsung dari truk. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan secara hidrolisis sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya. Setiap lori dapat dimuat dengan 2,50-2,75 ton TBS lori kecil dan 4,50 ton TBS lori besar. Loading Ramp dibangun dengan baik sehingga kapasitasnya tidak sampai menyebabkan truk-truk menunggu untuk menuangkan TBS, terutama sewaktu ada Halimahtun Sa’diah : Pengaruh Proses Pengepresan Screw Press Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009. stagnasi pengolahan di pabrik. Menurut pengalaman ada baiknya disediakan loading ramp dan lori dengan kapasitas total dapat menampung minimal produksi 1 satu hari. Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan sterilizer dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer. Sterilizer yang banyak digunakan umumnya yaitu bejana tekan horizontal yang bisa menampung 10 lori per unit 25-27 ton TBS. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135 C dan tekanan 2,0-2,8 kgcm 2 selama 80-90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. Proses perebusan mempunyai tujuan seperti berikut : a. Untuk memudahkan pelepasan buah dari tandan b. Untuk memasak buah isi dan memudahkan prosesnya untuk mendapatkan minyaknya c. Untuk menghilangkan enzime lipolytic yang menyebabkan pembentukan asam lemak bebas free fatty acid d. Memudahkan proses pengolahan untuk mendapatkan minyak Hassan,1999. Setelah perebusan lori-lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat Hoisting Crane yang digerakkan dengan motor. Hoisting Crane akan membalikkan TBS ke atas mesin stasiun pemipilan thresher. Tandan buah kosong yang sudah tidak mengandung buah diangkut ke tempat pembakaran dan digunakan sebagai bahan bakar. Selain sebagai bahan bakar, tandan kosong tersebut dapat juga digunakan sebagai bahan mulsa penutup tanah Tim Penulis, 2000. Halimahtun Sa’diah : Pengaruh Proses Pengepresan Screw Press Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009. Brondolan yang telah terpipil dari thresher diangkut ke bagian pencacahan digester. Putaran lengan-lengan pengaduk berkisar 25-26 rpm. Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester sudah berupa ‘bubur’. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan screw press yang berada persis di bagian bawah digester. Alat screw press tersebut bekerja dengan cara putar dan tekan yang terdiri dari 2 jenis, yakni single pressing dan double pressing. Pengempaan dilakukan pada tekanan cone 30-50 bar dengan menggunakan air pengencer screw press bersuhu 90- 95 C sebanyak 15-20 dari TBS. Untuk menurunkan viskositas minyak, penambahan air dapat pula dilakukan di oil gutter kemudian dialirkan melalui oil gutter ke stasiun klarifikasi. Sedangkan ampas kempa dipecahkan dengan menggunakan cake breaker conveyor untuk mempermudah pemisahan biji dan serat. Minyak yang diperoleh dari hasil pengempaan adalah minyak kasar yang kemudian dialirkan menuju saringan getar vibrating screen untuk menyaring kotoran yang berupa serabut kasar. Kemudian minyak tersebut dialirkan ke tangki penampung minyak kasar crude oil tank. Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank COT dipanaskan hingga mencapai temperatur 95-100 C. Selanjutnya, minyak dari COT dikirim ke tangki pengendap continous settling tankclarifier tank Di clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses pengendapan. Minyak dari clarifier tank selanjutnya dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Pengolahan sludge umumnya menggunakan alat yang disebut decanter yang menghasilkan 3 fase, yaitu light phase, heavy phase, dan solid. Oleh karena itu, fase ini harus segera dikembalikan ke COT dan siap untuk diproses kembali. Heavy phase merupakan fase cairan dengan sedikit kandungan minyak sehingga fase ini Halimahtun Sa’diah : Pengaruh Proses Pengepresan Screw Press Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009. dikirim ke bak fat pit untuk kemudian diteruskan ke kolam limbah. Akumulasi dari heavy phase yang tertampung pada fat pit juga masih menghasilkan minyak. Minyak ini pun dikirim ke COT untuk diproses kembali. Sedangkan solid yang merupakan padatan dengan kadar minyak maksimum 3,5 dari berat sampel. 4. Pengolahan Inti Kelapa Sawit Gumpalan ampas yang diperoleh dari hasil pengempaan dipecah dengan cake breaker conveyor, lalu dijatuhkan dari bagian samping atas kolom pemisah. Sementara itu, dari bagian tengah atas diberi hisapan udara yang berasal dari fan. Biji yang jatuh ke bawah langsung memasuki nut polishing drum tromol pembersih biji untuk membersihkan sisa-sisa serabut yang masih menempel pada biji. Selanjutnya, biji yang telah bersih ditampung dan dikeringkan di nut silo. Biji bersih yang ditampung di nut silo dan dibiarkan beberapa lama untuk menjalani proses pengeringan dan penguapan kandungan air sehingga hubungan inti dan cangkang akan lekang atau kocak. Pengeringan biji di nut silo dilakukan dengan temperatur udara 60-80 C dengan lama pengeringan antara 6-18 jam. Temperatur pengeringan tidak boleh kurang atau lebih dari yang ditetapkan. Biji yang telah kering selanjutnya dibawa dengan elevator ke nut grading tromol pemisah biji untuk dipisahkan atas fraksi besar, sedang, dan kecil. Biji yang telah dipilah selanjutnya diumpankan kealat pemecah biji. Saat ini, ada dua jenis alat pemecah biji yang digunakan oleh PKS, yaitu nut cracker model rotor vertical dan nut cracker model rotor horizontal ripple mil. Hasil pemecahan dari nut cracker berupa campuran kernel, cangkang, dan kotoran halus selanjutnya dibawa dengan konveyor ke bagian pemisahan. Pemisahan kering dry separator dilakukan dalam suatu kolom vertical LTDS dengan bantuan Halimahtun Sa’diah : Pengaruh Proses Pengepresan Screw Press Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009. hisapan udara dari sebuah kipas, dimana fraksi yang lebih ringan cangkang akan terhisap ke bagian atas, sedangkan fraksi yang berat akan jatuh ke bawah. Pada kolom pemisah pertama LTDS 1 , terjadi pemisahan serabut, cangkang halus, dan debu yang timbul sebagai hasil pemecahan biji oleh nut cracker. Pada tahap pertama, digunakan hisapan udara dengan kecepatan 14-15 mdetik, dimana fraksi berat jatuh ke bawah dan fraksi ringan masuk ke tahap pemisahan kedua. Fraksi berat disini berupa batu dan potongan besi. Sementara fraksi ringan, disini berupa kernel, biji, cangkang, dan debu. Pada tahap pemisahan kedua, digunakan hisapan udara dengan kecepatan 7,5-9,0 mdetik, dimana fraksi ringan berupa serabut, cangkang halus, dan debu bersama hisapan udara diteruskan ke cangkang silo untuk bahan bakar boiler. Cangkang besar dan kernel yang tidak terangkat masuk ke corong air lock menuju ke kernel grading drum, sedangkan kernel beserta cangkang besar masuk melalui corong untuk diumpankan ke kolom pemisah kedua. Pada kolom pemisah kedua LTDS 2 , dilakukan pemisahan dengan prinsip yang sama dengan kolom pemisah pertama, tetapi dengan kecepatan hisap udara yang lebih kecil. Pada tahap pertama, kernel dan cangkang kasar akan terpisah, dimana fraksi berat berupa kernel bulat jatuh ke bawah untuk selanjutnya dikirim ke kernel silo, sedangkan kernel halus, kernel pecah, sebagian kernel kasar, serta sedikit serabut dan cangkang halus masuk ke tahap pemisah kedua. Pada tahap kedua, dilakukan pemisahan dimana kernel kecil, kernel pecah, dan cangkang besar masuk melalui corong dari air lock menuju ke sistem pemisahan basah, sedangkan cangkang halus dan serabut terhisap untuk diteruskan ke silo cangkang dan digunakan sebagai bahan bakar boiler. Kernel kecil, kernel pecah, dan cangkang besar dari LTDS masih perlu dibersihkan, yaitu dengan pemisahan basah. Pemisahan basah bisa dilakukan dengan Halimahtun Sa’diah : Pengaruh Proses Pengepresan Screw Press Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press Di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, 2009.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tekanan Pada Screw Press Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press

34 105 53

Pengaruh Air Yang Digunakan Dalam Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Presentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Ampas Press PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

4 17 45

Pengaruh Air Yang Digunakan Dalam Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Presentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Ampas Press PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

0 1 11

Pengaruh Air Yang Digunakan Dalam Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Presentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Ampas Press PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

0 2 2

Pengaruh Air Yang Digunakan Dalam Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Presentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Ampas Press PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

0 1 4

Pengaruh Air Yang Digunakan Dalam Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Presentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Ampas Press PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

0 0 15

Pengaruh Air Yang Digunakan Dalam Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Presentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Ampas Press PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

0 0 1

Pengaruh Air Yang Digunakan Dalam Proses Pengepresan (Screw Press) Terhadap Presentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Ampas Press PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

0 0 5

Pengaruh Proses Pengepresan Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Ampas Press PKS Sei Dolok Ilir

0 1 11

Pengaruh Proses Pengepresan Terhadap Persentase Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Ampas Press PKS Sei Dolok Ilir

0 0 2