Macam-macam Alat Kontrasepsi TINJAUAN UMUM TENTANG KELUARGA BERENCANA

27 dengan cara operasi, sehingga praktis dengan demikian hubungan kelamin pria dan wanita tidak akan membuahkan kehamilan lagi. Sterilisasi pada pria disebut vasektomi dan sterilisasi pada wanita disebut tubektomi. Di samping itu, vasektomi dan tubektomi juga dilarang karena mengubah fitrah kejadian manusia. Bagi umat Islam, vasektomi dan tubketomi hanya diperbolehkan jika pelakunya dihadapkan pada pilihan tunggal, yakni hanya dengan upaya ini keselamatan ibu akan terjamin. Misalnya, apabila seorang ibu melahirkan kembali, sangat boleh jadi dalam kelahiran itu akan terjadi kematian si ibu. Cara lain yang juga diharamkan dalm Islam adalah pengguguran karena pada dasarnya janin di awal kelahiran adalah manusia juga. Melakukan pengguguran berarti melakukan pembunuhan terhadap manusia. Islam memang melarang pembunuhan, secara lebih khusus disebutkan di dalam Al- Qur‟an sebagai berikut:                Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar ”. QS. Al-Israa : 31.

C. Macam-macam Alat Kontrasepsi

Mengenaia macamnya, alat-alat kontrasepsi banyak sekali, tetapi penulis akan membatasi penyebutannya hanya pada yang lazim di pakai orang terutama di Indonesi. 28 Alat kontrasepsi dapat di bagi atas: 1. Cara Kontrasepsi Sederhana: a. Tanpa memakai alat atau obat, yang disebut dengan cara tradisional :  Senggama Terputus Senggama terputus ‟azlcoitus interuptus artinya menarik zakar sebelum terjadinya pancaran sperma, di sini senggama tidak lengkap, terputus, maka ini dinamakan senggama terputus, yang lazim disebut coitus interuptus. 17  Pantang Berkala Pantang berkala yaitu usaha menghindari kehamilan dengan melakukan “puasa” pada masa subur seorang wanita. 18 Perlu diingat metode ini dapat dilakukan jika perempuan memliki daur menstruasi yang cukup teratur, perlu diketahui tidak semua perempuan memiliki daur menstruasi sendidri-sendiri. Karena itu sangat dianjurkan untuk meminta petunjuk medis yang bisa membantu menentukan masa subur kita. 19 17 A. Rahmat Rosyadi-Soerso Dasar, Indonesia : Keluarga Berencana Ditinjau Dari Hukum Islam, Bandung : Penerbit Pustaka, 1406 H-1986 M, cet. I, hal. 6. 18 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN, Pedoman dan Tuntunan Pernikahan Dalam Islam, Jakarta : BKKBN, 1988, hal. 21. 19 Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta Bekerjasama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN Provinsi DKI Jakarta 2002, Membantu Remaja Memahami Dirinya. hal. 63. 29 b. Memakai alat atau obat  Kondom Kondom adalah kentung karet yang sangat tipis dan dipakai untuk menutup zakar sehingga yang keluar tidak mencapai vagina. 20 Metode ini dinilai bermanfaat baik untuk mencegah kehamilan maupun untuk mencegah penularan penyakit menular seksual jika dipergunakan dengan cara yang benar. Jika perempuan tidak yakin apakah dia berada pada masa tidak subur, maka kondom bisa digunakan sebagai dua pelindung ganda untuk mencegah kehamilan. 21  Diafragma atau cap Diafragma atau cap menutupi cervix Mulut Rahim dari bawah sehingga sel mani tidak dapat memasuki saluran cervix, biasanya dipakai bersamaan dengan spermatisida. 22 Diafragma terbuat dari karet tipis halus dengan pinggiran kuat tetapi plexibel, dimasukkan dengan jari tangan ke dalam vagina sampai menutupi lubang rahim. Dengan demikian dicegah masuknya sperma ke dalam rahim sehingga tidak terjadi pembuahan. 20 Departemen Pendidikan Nasional Pusat Perbukuan Proyek Buku Agama Pendidikan Dasar Pusat Tahun Anggaran 2001, Ensiklopedia Islam 3 KAL – NAH, Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005, hal. 28. 21 Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta Bekerjasama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN Provinsi DKI Jakarta 2002, op. cit, hal. 65. 22 A. Rahmat Rosyadi Soeroso Dasar, op. cit., hal. 18. 30 Diafragma bisa dipasang beberapa jam setelah coitus, dan pemakainya tidak merasakan kalau memakai diafragma. Diafragma dikeluarkan dari rahim selambat-lambatnya 2 jam setelah coitus, dicuci dan dikeringkan, dan bisa dipakai lagi.  Cream, Jelly dan Cairan Berbusa Cream, Jelly dan Cairan Berbusa yang disebut juga spermicide, adalah suatu bahan kimia yang menghentikan gerak atau melumpukan spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak bisa membuahi telur. Bahan kimia yang aktif ini berbentuk tablet, foam busa atau cream yang harus di tempatkan di dalam vagina setinggi mungkin dekat cervix. Cream dan foam juga bertindak sebagai penghalang spermatozoa yang masuk ke dalam cervix. 23  Tablet Berbusa vaginal tablet Vaginal tablet adalah tablet yang dimasukkan ke dalam vagina sedalam mungkin 2-10 menit sebelum coitus. Vaginal tablet mengandung bahan-bahan kimiawi yang dapat membunuh sel sperma dan dapat menutup lubang rahim. 23 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN, Pedoman dan Tuntunan Pernikahan Dalam Islam, Jakarta : BKKBN, 1988, hal. 18. 31 Vaginal tablet kadang-kadang menimbulkan rasa tidak enak pada vagina rasa panas dan sebgainya, tetapi tidak berbahaya. Efektifitas vaginal tablet cukup tinggi. 24 2. Cara Kontrasepsi dengan metode efektip : a. Tidak Permanen :  Pil atau Oral Pill Orall pill dapat mencegah masaknya sel telur dari ovarium, jadi mencegah terjadinya ovulasi, sehingga tidak ada sel telur yang masak atau dibuahi. Sekalipun ada side effect, penggunaan orall pill ini sangat efektif. Tidak semua orang boleh menggunakan orall pill. Orang-orang dengan penyakit tertentu dilarang menggunakan orall pill, misalnya penyakit darah tinggi, ginjal, asma, kanker pada buah dadarahim, penyakit gula.  Suntikan Dengan jalan menyuntikkan preparat-preparat tertentu ke dalam tubuh sehingga mencegah terjadinya ovulasi, yang mekanisme bekerjanya menyerupai orall pill, hanya cara memasukkannya ke dalam tubuh memulai suntikan. Penggunaan cara ini harus dengan petujuk dokter. 25 24 Ibid., hal. 26. 25 Ibid., hal. 27. 32  IUD Intra Uterine Device atau AKDR Alat Kontrsasepsi Dalam Rahim IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim adalah suatu alat kontrasepsi yang dipasang pada rahim wanita untuk mencegah suatu kehamilan. IUD sudah dikenal oleh orang sejak dulu sebagai alat kontrasepsi yang efektif dan ekonomis. Di kalangan masyarakat lebih dikenal dengan nama spiral, karena memang bentuknya seperti spiral. Benda ini yang dibuat dari bahan plastik polythelene dipasang ke dalam rahim sehingga mencegah bertemunya sperma dengan telur perempuan. IUD dipasang 3 bulan setelah melahirkan atau 2-3 hari setelah selesai haid. Pemasangannya dilakukan oleh tenaga terlatih, dan harus dikontrol secara teratur pada saat-saat tertentu. Dengan alat ini bisa timbul akibat samping, seperti pendarahan, mulas- mulas, alat keluar spontan, tetapi pada umumnya tidak berbahaya dan jumlahnya sangat kecil. 26 b. Permanen :  Tubektomi sterilisasi untuk wanita Tubektomi yang dilakukan dengan berbagai cara antara lain melalui operasi rongga perut atau melalui vagina, telur ovarium tidak adapt 26 Ibid., hal. 42. 33 mencapai rongga rahim, sehingga dengan demikian tidak dapat terjadi pembuahan.  Vasektomi sterilisasi untuk pria Dengan oprasi ringan dan mati rasa setempat lokal anesthasi dapat dilakukan vasektomi. Operasi ini membutuhkan waktu kira-kira 10 menit dan tidak memerlukan perawatan rumah sakit. 27 27 A. Rahmat Rosyadi-Soerso Dasar, op. cit., hal. 52. 34

BAB III PANDANGAN UMUM TENTANG KOMISI FATWA MUI

A. Latar Belakang Komisi Fatwa MUI

Sejalan dengan dinamika sosial keagamaan pada masyarakat, berkembang pula berbagai masalah di seputar fiqh, yang sebagian besar belum terserap dalam pemikiran hukum para ulama. 1 Terhadap masalah-masalah yang biasa disebut dengan masa‟il fiqhiyah al-haditsah. Para ulama sejatinya telah memiliki mekanisme institusional yang digunakan untuk memecahkan problematika tersebut. Keberadaan Komisi Fatwa dan Hukum Majelis Ulama Indonesia MUI dipandang sangat penting, karena komisi ini diharapkan dapat menjawab segala permasalahan hukum Islam yang senantiasa muncul dan semakin kompleks, yang dihadapi oleh umat Islam Indonesia. Tugas mulia yang ditempuh Komisi Fatwa, yakni memberikan fatwa, bukanlah pekerjaan mudah yang dapat dilakukan oleh setiap orang, melainkan pekerjaan sulit dan mengandung resiko berat yang kelak dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Hal ini mengingat tujuan pekerjaan tersebut adalah menjelaskan hukum Allah SWT. kepada masyarakat yang akan mempedomani dan mengamalkannya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika hampir seluruh kitab ushul fiqh membicarakan masalah ift a‟ Fatwa dan menetapkan 1 Jaih Mubarok, Metode Pengambilan Keputusan Hukum Bahtsul Masa‟il NU, Ciamis: LPPIAID, 2004, hal. 480.