Latar Belakang Komisi Fatwa MUI

34

BAB III PANDANGAN UMUM TENTANG KOMISI FATWA MUI

A. Latar Belakang Komisi Fatwa MUI

Sejalan dengan dinamika sosial keagamaan pada masyarakat, berkembang pula berbagai masalah di seputar fiqh, yang sebagian besar belum terserap dalam pemikiran hukum para ulama. 1 Terhadap masalah-masalah yang biasa disebut dengan masa‟il fiqhiyah al-haditsah. Para ulama sejatinya telah memiliki mekanisme institusional yang digunakan untuk memecahkan problematika tersebut. Keberadaan Komisi Fatwa dan Hukum Majelis Ulama Indonesia MUI dipandang sangat penting, karena komisi ini diharapkan dapat menjawab segala permasalahan hukum Islam yang senantiasa muncul dan semakin kompleks, yang dihadapi oleh umat Islam Indonesia. Tugas mulia yang ditempuh Komisi Fatwa, yakni memberikan fatwa, bukanlah pekerjaan mudah yang dapat dilakukan oleh setiap orang, melainkan pekerjaan sulit dan mengandung resiko berat yang kelak dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Hal ini mengingat tujuan pekerjaan tersebut adalah menjelaskan hukum Allah SWT. kepada masyarakat yang akan mempedomani dan mengamalkannya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika hampir seluruh kitab ushul fiqh membicarakan masalah ift a‟ Fatwa dan menetapkan 1 Jaih Mubarok, Metode Pengambilan Keputusan Hukum Bahtsul Masa‟il NU, Ciamis: LPPIAID, 2004, hal. 480. 35 sejumlah prinsip, Adab kode etik, dan persyaratan sangat ketat berat yang harus dipegang teguh oleh setiap orang yang akan memberikan fatwa. Diantara prinsip dan persyaratan tersebut ialah bahwa seorang mufti orang yang memberikan fatwa harus mengetahui hukum Islam secara mendalam berikut dalil-dalilnya. 2 Ia tidak dibenarkan berfatwa hanya dengan dugaan-dugaan semata tanpa didasari pada dalil. Tegasnya, setiap yang menyatakan suatu hukum haruslah menunjukkan dalilnya baik dari Al- qur‟an, Hadits nabi, maupun dalil hukum lainnya. Komisi Fatwa adalah salah satu komisi yang ada di MUI disamping komisi lainnya seperti Komisi Ukhuwah, Pemberdayaan Perempuan Remaja dan Keluarga, Pengkajian dan Pengembangan, Dakwah, Pengembangan Pendidikan Islamiyah, luar negeri, Ekonomi Islam, dan Kerukunan Antar Umat Beragama. Komisi Fatwa MUI mempunyai beberapa program umum. Salah satu program tersebut diklasifikasikan dalam bentuk kegiatan, seperti penyempurnaan pedoman mekanisme kerja tata kerja; penyempurnaan pedoman penetapan fatwa; penyempurnaan pedoman penetapan sertifikat halal; dan mengupayakan terbentuknya peraturan perundang-undangan tentang pengawasan produk-produk halal yang telah mendapat sertifikat halal MUI. 3 Termasuk dalam program umum komisi fatwa ini adalah pengkajian dan pengembangan masalah- masalah syari‟ah Hukum Islam. Program tersebut 2 Yusuf al-qardhawy, Al-Fatwa bainal Indhibath wat Tasayyub Terj, Jakarta, Pustaka Al- Kautsar, 1996, hal. 32. 3 Majlis ULama Indonesia, Mimbar Ulama, Jakarta: Majlis Ulama Indonesia, 2000, hal. 7. 36 diklasifikasikan dalam bentuk kegiatan pengkajian dan penetapan fatwa masalah aktual yang diperlukan fatwanya, terutama yang dimintakan fatwa oleh masyarakat maupun pemerintah, seperti tentang cash wakaf, hal-hal yang berkaitan dengan Haji. Jenis kegiatan lainnya adalah mengkaji ulang fatwa-fatwa MUI terdahulu yang dipandang perlu ditinjau dan dimantapkan, misalnya fatwa tentang kepeloporan pejabat dalam melaksanakan ibadah dan jenis kegiatan yang ketiga adalah menyelenggarakan muzakarahseminarloka karya nasional tentang masalah-masalah aktual. Jenis kegiatan keempat adalah melakukan penelitian terhadap kehalalan makanan, minuman, bentuk obat-obatan dan kosmetika produk luar negeri, baik yang belum memperoleh sertifikat halal maupun sudah namun masih diragukan. Kelima adalah melakukan penelitian tentang respon masyarakat terhadap fatwa-fatwa MUI. Keenam adalah mengusahakan agar fatwa-fatwa MUI baik pusat maupun daerah mempunyai kekuatan hukum positif. Sosialisasi dan publik kasihasil fatwa adalah program umum komisi fatwa yang menduduki posisi signifikan untuk mempengaruhi masyarakat. Jenis kegiatan dari program tersebut berupa sosialisasi fatwa MUI daerah; melakukan pertemuan dengan ormas-ormas Islam, lembaga legeslatif, eksekutif, dan yudikatif dalam memasyarakatkan hasil-hasil fatwa; menerbitkan buku himpunan fatwa MUI; dan mempublikasikan hasil-hasil fatwa melalui mimbar ulama dan media lain. 37

B. Kedudukan Komisi Fatwa dalam Hukum Islam