Respon Masyarakat Terhadap Program Peternakan Kambing Oleh Badan Amil Zakat Sumatera Utara (Bazadasu) Di Desa Masjid Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

(1)

RESPON MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM

PETERNAKAN KAMBING OLEH BADAN AMIL ZAKAT

SUMATERA UTARA (BAZADASU) DI DESA MASJID

KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Disusun oleh : Dany Armandy

050902005

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : DANI ARMANDY NIM : 050902005

ABSTRAK

Respon Masyarakat Terhadap Program Peternakan Kambing Oleh Badan Amil Zakat Sumatera Utara (Bazadasu) Di Desa Masjid Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 76 halaman, 27 tabel, 3 lampiran serta 24 kepustakaan)

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa dana zakat kepada mereka yang

kekurangan. Lembaga Amil Zakat Sumut (BAZDASU) Peduli menyalurkan dana

zakat produktif pada suatu program yang kemudian dikembangkan yaitu Program Bina Sumut Makmur.

Penelitian ini dilaksanakan di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang. yang merupakan wilayah di mana Badan amil zakat Sumatera utara menjalankan program Bina sumut makmur (peternakan kambing di desa masjid – batang kuis). Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menerima program dan merasakan dampak langsung dari program serta yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang dan instrument yang digunakan adalah angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil ini didukung oleh wawancara dan observasi dilapangan. Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasikan dalam tabel tunggal kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa respon masyarakat terhadap Program Bina Sumut Makmur berupa Peternakan Kambing adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari tiga variable yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Berdasarkan hasil dari tiga variabel tersebut, rata-rata respon masyarakat terhadap Program Peternakan Kambing ini adalah positif, dimana nilai untuk persepsi yaitu 0,80, sikap dengan nilai 0,73 dan partisipasi dengan nilai 0,83.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL DAN POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE Name : DANY ARMANDY

NIM : 050902005

ABSTRACT

Community Response Against the Program of Livestock Goats By Amil Zakat Board of North Sumatra (Bazdasu) In the Village of Mosque Batang

Kuis District Deli Serdang Regency

(Thesis consists of 6 chapters, 76 pages, 27 tables, 3 appendix and 24 literature)

Indonesia has the problem of poverty and unemployment. One way of tackling poverty is to support people who are able to spend their wealth in the form of zakat funds to those in need. Amil Zakat Institute of North Sumatra (BAZDASU) Care for zakat funds productively in a program which later developed the North Sumatra Makmur Bina Program.

The research was conducted in the village mosque district quiz rods, Deli Serdang regency. which is a region where northern Sumatra amil zakat agency running the program sumut prosperous Bina (goat farm in the village mosque - the stem quiz). The number of population in this study were all people who receive the program and felt the direct impact of the program and that the sample in this study were 30 people and the instruments used are questionnaires. The method used is descriptive method. These results are supported by interviews and field observations. Data obtained from this study are tabulated in a single table and then analyzed.

Based on the results of research and data analysis, it is known that the public response to the Program of Development of North Sumatra Makmur Goat Ranch is positive. It can be seen from the three variables of perception, attitude and participation. Based on the results of the three variables, the average public response to the Goat Ranch program is positive, where the value for the perception of 0.80, 0.73 and attitudes to the value of participation with a value of 0.83


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya, penelitian ini dapat penulis rangkumkan dengan baik, walaupun penulis sadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu dan kemampuan yang penulis miliki. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mohon untuk adanya perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini, yang tentunya mengharapkan koreksi dan saran dari segenap pembaca sekalian.

Skripsi ini berjudul “ RESPON MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PETERNAKAN KAMBING OLEH BADAN AMIL ZAKAT SUMATERA UTARA (BAZDASU) DI DESA MASJID KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG ”, yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi pada program strata satu (S-1), Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dengan segala keterbatasan penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya, pemerintah, masyarakat dan pembaca tentunya.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa bantuan, perhatian bahkan kasih sayang dari berbagai pihak yang bersifat moril maupun materil, maka dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos. M.SP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs.Edward, MSP selaku Dosen Pembimbing penulis yang tidak pernah bosan-bosannya membimbing, memberikan saran, kritik, bahkan semangat kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya.


(5)

4. Seluruh staf administrasi seperti Kak Zuraida, Kak Deby yang telah setia ada di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam memberikan informasi dan mempersiapkan segala kebutuhan penulis.

5. Seluruh staf pengajar FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah membimbing dan mengajar penulis selama masa perkuliahan.

6. Kepada Pak Drs.Yahya sebagai kepala desa Masjid, dan kepada Pak Drs.Syuhaibun bagian informasi BAZDASU serta seluruh pegawai dan staf BAZDASU serta perangkat desa yang ada di Kecamatan Desa Masjid atas bantuannya kepada peneliti selama melakukan penelitian di Kecamatan Desa Masjid.

7. Seluruh keluarga besar, khususnya kedua orang tuaku, Bapak Herman Hsb dan Ibu Suryanami Mtd yang telah merawat penulis dengan penuh kasih sayang serta telah banyak mengorbankan waktu dan materi yang tak terhitung nilainya guna keberhasilan penulis dalam meraih cita-cita.

8. Kepada abangku Hery andy dan adikku Anggy Putra Aryandy untuk dukungan dan pengertiannya selama penulis berada dalam proses penyelesaian skripsi.

9. .. Buat seseorang”M” makasih ya buat dukungannya.

10.Buat sahabat seperjuangan, Yehezkiel, Ramot, Putra, BangMirza, BangFajar, Agung Putra Bangsa, Moris dan yang lainnya yang tidak dapat dipersebutkan satu persatu, makasi buat kebersamaan kita selama ini. 11.Seluruh stambuk 2005, baik yang sedang berjuang untuk tamat maupun

yang sudah tamat, semoga kita dapat menjaga persahabatan untuk membangun jaringan, dan saling mendukung satu sama lain.

12.Seluruh kawan-kawan seperjuangan di OZORA NET yang tidak dipersebutkan satu persatu, makasi kawan-kawan buat kebersamaannya. 13.Seluruh kawan-kawan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, baik

yang masih aktif berkuliah maupun yang sudah menjadi alumni.

14.Seluruh responden yang telah membantu penulis selama ini dalam menjalankan penelitian. Penulis ucapkan banyak terima kasih atas data dan


(6)

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun banyak membatu dan memberikan dorongan moril maupun materil bagi terselesainya penulisan skripsi ini, penulis ucapkan banyak terima kasih.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi penulis telah semaksimal mungkin berusaha memberikan yang terbaik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang benar-benar membangun, agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang membutuhkannya. Dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi perlindungan, kesehatan, dan berkatNya kepada kita semua.

Medan, November 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR...i

ABSTRAK...ii

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR GAMBAR...iv

DAFTAR TABEL...v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangMasalah...1

1.2 Perumusan Masalah...8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian...9

1.3.2 Manfaat Penelitian...9

1.4 Sistematika Penulisan...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon ...11

2.2 Masyarakat...12

2.3 Kesejahteraan Sosial...14

2.3.1 Defenisi Kesejahteraan Sosial...14

2.3.2 Undang – Undang Kesejahteraan Sosial...15


(8)

2.4.1 Jenis – jenis zakat ...19

2.4.2 Fungsi zakat... 20

2.4.3 Manfaat zakat...21

2.5 Program Peternakan Kambing...22

2.6 Kerangka Pemikiran ...23

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep ...26

2.7.2 Defenisi Operasional ...28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ...31

3.2 Lokasi Penelitian ...31

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ...31

3.3.2 Sampel ...32

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ...32

3.5 Tehnik Analisa Data ...33

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Badan Amil Zakat Sumatera Utara ...37

4.2 Visi dan Misi BAZDASU ...37

4.2.1 Visi BAZDASU...37

4.2.2 Misi BAZDASU...38

4.3 Program Badan Amil Zakat Sumatera Utara...38

4.4 Susunan kepengurusan BAZDASU...39


(9)

4.6 Letak BAZDASU...42

4.7 Letak Geografis Desa Masjid ...43

BAB V ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Identitas Responden...46

5.2 Respon Masyarakat Terhadap Program Peternakan Kambing...48

5.2.1 Persepsi ...48

5.2.2 Sikap ...52

5.2.3 Partisipasi ...57

5.3 Analisa Data Kuantitatif Responden Terhadap Program Peternakan Kambing...64

5.3.1 Persepsi Responden Terhadap Program Peternakan Kambing...66

5.3.2 Sikap Responden Terhadap Program Peternakan Kambing...68

5.3.3 Partisipasi Responden Terhadap Program Peternakan Kambing...69

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan...72

6.2 Saran...73

DAFTAR PUSTAKA ...75


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah

Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta jiwa atau 13,33 persen.( www.bps.go.id.)

Data di atas menginformasikan bahwa tingkat hidup penduduk miskin Indonesia dari tahun ke tahun belum mengalami penurunan secara signifikan, dan bisa jadi semakin hari bertambah jumlah penduduk miskinnya dengan melihat realitas kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil, angka pengangguran yang setiap tahun bertambah.

Walau krisis global tidak terlalu berpengaruh pada perekonomian Indonesia, namun dampak langsung di Indonesia adalah ditariknya investasi hot money (uang panas) di beberapa perusahaan di Indonesia yang menyebabkan perusahaan tersebut colaps. Dampak yang lain adalah menurunnya ekspor Indonesia yang mencapai 20-30% akibat turunnya tingkat konsumsi di negara-negara importir yang terkena dampak krisis tersebut. Namun dampak terbesarnya ternyata masih tersembunyi. Seperti Bom waktu yang setiap saat dapat meledak, dampak terbesar dan yang akan paling kita rasakan adalah gelombang pengangguran yang akan melonjak tinggi.(www.Republika.com)


(11)

Masalah kemiskinan memang menjadi tanggung jawab negara. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, tentu kita tidak boleh hanya mengutuk keadaan, menyalahkan pemerintah tetapi harus ada usaha dari kelompok atau anggota masyarakat yang peduli dengan kondisi sosial masyarakat. Dalam Undang-Undang memang disebutkan bahwa, "fakir miskin dan anak-anak terlantar di pelihara oleh negara," bukan berarti kita berpangku tangan melihat kondisi yang ada. Tetapi bagaimana mengoptimalkan potensi yang ada guna membantu pemerintah mengurangi jumlah penduduk miskin. Salah satu caranya adalah dengan mengoptimalkan peran Lembaga Amil Zakat (LAZ) baik yang pemerintah maupun swasta untuk mendistribusikan dana zakat.

Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu seperti sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada kekufuran.

Salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan. Zakat merupakan salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan. (Muhammad dan Ridwan Mas’ud, 2005 )


(12)

pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah dalam arti seluas-luasnya. Padahal umat Islam (Indonesia) sebenarnya memiliki potensi dana yang sangat besar. Penunaian zakat bagi umat Islam Indonesia telah lama dilaksanakan sebagai dorongan pengamalan dan penyempurnaan ajaran agamanya, walaupun pelaksanaan dan pemberdayaannya masih bersifat tradisional, akan tetapi lambat laun dalam perkembangannya mulai disadari bahwa jumlah umat Islam yang mayoritas sebenarnya zakat merupakan sumber dana potensial namun belum dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, terpadu, optimal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ummat (masyarakat).

Zakat pada awalnya dikelola oleh Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM), kini dikelola secara profesional oleh Lembaga Pengelola Zakat. Pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ) oleh DKM biasanya hanya beroperasi pada awal bulan Ramadan saja untuk menarik zakat fitrah. Selepas Ramadhan tuntas pula tugas LAZ.

Dulu kita hanya mengenal zakat konsumtif. Zakat konsumtif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq (penerima zakat) untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan, seperti zakat fitrah yang dibagikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau zakat harta yang dibagikan kepada korban bencana alam seperti bencana gempa, banjir, tanah longsor.

Kini, setelah adanya UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, memberi peluang besar untuk pengelolaan zakat oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) secara profesional. Dengan adanya UU tersebut saat ini bermunculan Lembaga


(13)

Amil Zakat seperti Dompet Dhuafa, Rumah Zakat Indonesia, dll. Maka dikampanyekanlah zakat produktif.

Dirjen Bimas Islam DEPAG RI (2003:111) menyatakan: "Untuk usaha-usaha yang produktif, zakat dapat dijadikan suatu usaha-usaha untuk mengurangi kemiskinan," yang diharapkan suatu saat bisa menjadi muzakki (wajib pajak) bukan mustahiq lagi.(www.bazdasumut.or.id)

Dengan banyaknya Lembaga Amil Zakat yang bermunculan tentu dapat memberikan angin segar dalam hal penanggulangan atau pengurangan angka kemiskinan, lembaga tersebut dapat menjadi mitra pemerintah untuk mengadakan penyuluhan terhadap penduduk miskin. Beban berat pemerintah dapat terkurangi, memutus mata rantai birokrasi pemerintah ketika akan mendistribusikan bantuan, karena biasanya setiap Lembaga Amil Zakat mempunyai pasukan relawan yang berfungsi sebagai penyalur atau distributor yang akan terjun langsung ke lapangan memberikan bantuan yang bersifat konsumtif (biasanya dikemas dengan acara Baksos/Aksos dan pengobatan gratis dll).Untuk bantuan yang bersifat produktif biasanya lembaga zakat akan memberikan pendampingan, pendidikan, pengamatan, dan evaluasi terhadap usaha yang dikelola oleh mustahiq (penerima zakat) dengan tujuan sektor usaha tersebut dapat berjalan secara optimal, dan harapannya adalah usaha-usaha yang dibiayai oleh Lembaga Amil Zakat dapat meningkat sehingga tingkat kesejahteraan ekonomi mustahiq (penerima zakat) dapat meningkat.


(14)

(orang yang wajib mengeluarkan zakat). Dan ini berarti aplikasi distribusi zakat tersebut sudah tepat guna dan sasaran.

Karena itu, zakat memiliki kesempatan terbuka bagi suatu program pemberantasan kemiskinan secara efektif. Zakat perlu dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang paling relevan, misalnya tentang doktrin yang menghendaki jangan sampai terjadi konsentrasi kekayaan dan peredaran yang melingkar di sekitar golongan elite, juga hadist Nabi SAW yang menjelaskan fungsi zakat, yaitu mengalihkan kekayaan dari kelompok kaya ke golongan miskin. Ini berkaitan juga dengan ayat yang memerintahkan ta'awun (kerja sama dalam kebaikan), fakkuraqabah (membebaskan orang dari perbudakan), birr (berbuat kebajikan umum), ihsan (memperbaiki dan membaikan sesuatu), ta'amul miskin (memberi kesempatan kepada orang-orang miskin untuk melakukan konsumsi terhadap kebutuhan yang paling dasar), dan sebagainya. Masalahnya adalah, bagaimana menyelenggarakan zakat secara efektif dan efesien.

Salah satu yang menunjang kesejahteraan hidup di dunia dan menunjang hidup di akherat adalah adanya kesejahteraan sosial-ekonomi. Ini merupakan seperangkat alternatif untuk mensejahterakan masyarakat dari kemiskinan dan kemelaratan. Untuk itu perlu dibentuk lembaga-lembaga sosial Islam sebagai upaya untuk menanggulangi masalah sosial tersebut.

Sehubungan dengan hal itu, maka zakat dapat berfungsi sebagai salah satu sumber dana sosial-ekonomi bagi umat Islam. Artinya pendayagunaan zakat yang dikelola oleh Badan Amil Zakat tidak hanya terbatas pada kegiatan- kegiatan tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi konvensional, tetapi dapat pula


(15)

dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi umat, seperti dalam program pengentasan kemiskinan dan pengangguran dengan memberikan zakat produktif kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha.

Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki dampak balik apapun kecuali ridha dan mengharap pahala dari Allah semata. Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat tidak ada sistem kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui: Pertama, zakat merupakan panggilan agama. Ia merupakan cerminan dari keimanan seseorang. Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya orang yang membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah membayar setiap tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. Ketiga, zakat secara empirik dapat menghapus kesenjangan sosial dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan. Yang mendorong masyarakat Islam melaksanakan pemungutan zakat di Indonesia ini antara lain adalah:

1. Keinginan umat Islam Indonesia untuk menyempurnakan pelaksanaan ajaran agamanya. Setelah mendirikan shalat, berpuasa selama bulan Ramadhan dan bahkan menunaikan ibadah haji ke Mekkah, umat Islam semakin menyadari perlunya penunaian zakat sebagai kewajiban agama; kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang mampu melaksanakannya karena telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.


(16)

2. Kesadaran yang semakin meningkat di kalangan umat Islam tentang potensi zakat jika dimanfaatkan sebaik-baiknya, akan dapat memecahkan berbagai masalah sosial di Indonesia.

3. Usaha-usaha untuk mewujudkan pengembangan dan pengelolaan zakat di Indonesia makin lama makin tumbuh dan berkembang.

Zakat yang diberikan kepada mustahiq (penerima zakat) akan berperan sebagai pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan produktif. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut.

Pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana zakat sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimanya, dan supaya fakir miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya secara konsisten. Dengan dana zakat tersebut fakir miskin akan mendapatkan penghasilan tetap, meningkatkan usaha, mengembangkan usaha serta mereka dapat menyisihkan penghasilannya untuk menabung.

Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila dilaksanakan Lembaga Amil Zakat karena LAZ sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberikan zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modal


(17)

kerja sehingga penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri.(Sartika,mila, 2008)

Lembaga Amil Zakat Sumut (BAZDASU) Peduli menyalurkan dana zakat produktif pada suatu program yang kemudian dikembangkan yaitu Program Bina Sumut Makmur, program ini adalah program pemberdayaan pembinaan umat atau mustahiq produktif dengan memberikan bantuan modal usaha yang disalurkan untuk bantuan modal yang berupa uang dan Mudarabah (sistem transaksi yang saling menguntungkan atau sesuai syariat) dengan sistem bantuan modal yang berupa hewan ternak Seperti yang telah di diberikan BAZDASU kepada masyarakat di Desa Mesjid - Batang Kuis.

Mustahiq dapat mengembangkan usaha mereka dan bisa meningkatkan pendapatan mereka Dengan berkembangnya usaha kecil menengah dengan modal berasal dari zakat akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti angka pengangguran bisa dikurangi, berkurangnya angka pengangguran akan berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat terhadap suatu produk barang ataupun jasa, meningkatnya daya beli masyarakat akan diikuti oleh pertumbuhan produksi, pertumbuhan sektor produksi inilah yang akan menjadi salah satu indikator adanya pertumbuhan ekonomi.

1.2. Perumusan masalah

Masalah merupakan bagian yang sangat penting atau bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian (Arikunto, 1998). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian


(18)

ini adalah : bagaimana respon masyarakat desa masjid terhadap program pengembangbiakkan kambing oleh Badan Amil Zakat Sumatera Utara ?

1.3. Tujuan dan Manfaat penelitian 1.3.1. Tujuan penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon masyarakat desa masjid terhadap program pengembangbiakkan kambing oleh badan amil zakat sumatera utara (BAZDASU) .

1.3.2. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini dapat di jadikan acuan bagi mustahiq atau pemerintah untuk megetahui potensi dari zakat yang sangat besar untuk mengurangi jumlah kemiskinan di Indonesia dan juga untuk mengoptimalkan lagi potensi dari zakat khususnya zakat produktif untuk memberdayakan masyarakat dalam mengelola dan mengoptimalkan zakat tersebut.


(19)

1.4. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat berdirinya Badan Amil Zakat Sumatera Utara, struktur organisasi dan gambaran umum lokasi penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Respon

2.1.1. Pengertian respon

Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan

(reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003).

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu :

a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya.


(21)

b. Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang. c. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam

situasi mana respon itu timbul mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Mulyani, 2007).

2.2. Masyarakat

Kata masyarakat sendiri dalam bahasa Arab yaitu musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur (Narwoko dan Suyanto, 2004).

Dalam arti luas yang dimaksud masyarakat ialah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dengan tidak dibatasi oleh lingkungan, bahasa dan lain-lain. Atau keseluruhan dari semua hubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat dimaksud adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu yaitu, teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya. Oleh karena itu ada masyarakat Jawa, masyarakat Sunda, dan lain-lain.(Nasution, Ilham Saladin, Salmon Ginting, Pardamean Daulay, 2007).


(22)

Defenisi masyarakat yang lain dikemukan oleh:

1. Linton (seorang ahli antropologi) mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

2. M.J Heskovits menulis, bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasi yang mengikuti satu cara hidup tertentu.

3. J.L Gilin J.P Gillin mengatakan, bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu juga meliputi pengelompokan-pengelompokan yang kecil.

4. Mac Iver menyatakan bahwa masyarakat adalah satu sistem daripada cara kerja dan prosedur, daripada otoritas dan saling bantu-membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks yang selalu berubah atau jaringan-jaringan dari relasi itulah yang dinamakan masyarakat (Hartomo dan Aziz, 2008). Yang menjadi unsur dari masyarakat ialah :

1. Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia.

2. Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah yang tertentu.


(23)

3. Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama, untuk maju kepada satu cita-cita yang sama.

2.3.Kesejahteraan Sosial

2.3.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial

Friedlander, Megutarakan bahwa konsep dan istilah kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial masyarakat kita yang industrial. Kemiskinan, Kesehatanyang buruk, penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial sehingga lembaga – lembaga insani yang sama seperti Keluarga, Ketetanggaan, gereja dan masyarakatsetempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai.

Berikut ini beberapa defenisi yang menjelasakan arti Kesejahteraan Sosial. W.A Friedlander mendefinisikan:

“ Kesejahteraan sosial adalah system yang teroganisir dari usaha – usaha dan lembaga – lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan serta mencapai relasi perseorangan dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan – kebutuhan keluarga dan masyarakat. (Muhidin, 1984).


(24)

Defenisi di atas menjelaskan:

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu system atau “organized system” yang berintikan lembaga – lembaga dan pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut adalah mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan juga relasi – relasi sosial dengan lingkungannya. 3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan “kemampuan

individu” baik dalam menentaskan masalahnya maupun memenuhi kebutuhannya.

Dalam kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan: “Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmania, rohaniah dan sosial tertentu saja. Bonnum Commune atau kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat, sosial yang memungkinkan dan mempermudah manusia dalam memperkembangkan kepribadiannya secara sempurna “ ( Suparlan, 1983 ).

2.3.2. Kesejahteraan Sosial Dalam UU No.11 Tahun 2009

Secara yuridis konsepsial, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam UU No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut:

“Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”


(25)

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan yang disebut “usaha kesejahteraan sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat, UU No.11 Tahun 2009 dalam pasal 4, juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah dibidang kesejahteraan sosial, yang meliputi :

1. Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejhateraan sosial.

2. Mengembangkan kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat.

3. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha – usaha kesejahteraan sosial (Depsos.2009 Undang – Undang R.I No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial).

Untuk melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut maka pemerintah menyelenggarakan usaha – usaha di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut :

1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial karena berbagai macam bencana (sosial maupun alamiah) atau akibat – akibat lain.

2. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial. 3. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial. 4. Pengembangan dan penyuluhan sosial dan

5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus untuk membentuk tenaga – tenaga ahli dan keahlian di bidang kesejahteraan sosial.


(26)

2.4. Zakat

Zakat adalah satu dari rukun Islam yang lima, artinya zakat merupakan sendi agama. Bentuk zakat adalah memberikan sebagian harta secara reguler kepada orang lain yang berhak, ada yang setahun sekali setiap Idul Fitri (zakat fitrah), ada yang setiap panen (zakat pertanian) ada yang setiap tutup buku (perdagangan) dan ada yang setiap berjumpa obyeknya (zakat barang temuan/harta karun). Bagi pembayar, zakat sebagaimana arti bahasa dari kata zakat mengandung arti suci dan tumbuh, yakni orang yang patuh membayar zakat , hatinya dididik menjadi suci, yakni hatinya sedikit-sedikit dilatih untuk tidak terbelenggu oleh harta karena memberi kepada orang lain merupakan latihan jiwa membuang sifat tamak, menanamkan kesadaran bahwa di dalam harta miliknya ada hak orang lain yang harus ditunaikan. Harta pun menjadi suci karena terbebas dari apa yang bukan miliknya.

Menurut al Qur'an, di dalam harta si kaya terkandung hak-hak orang lain, yang meminta dan yang tidak berani meminta. Jadi zakat memang milik mustahiq yang harus dibayarkan, jika tidak dibayarkan maka berarti si kaya menahan hak-hak orang miskin yang berhak-hak, dan perbuatan itu searti dengan korupsi. Zakat juga mengandung arti tumbuh, yakni bahwa harta yang dizakati akan tumbuh berkembang secara sehat seperti pohon yang rindang, indah dipandang mata, bisa untuk berteduh orang banyak dan buahnya bermanfaat.

Zakat merupakan rukun Islam yang wajib dilaksanakan. Prinsip dasar syariat Islam adalah memperkecil beban, oleh karena itu zakat bersifat ringan,


(27)

hanya 2,5% (zakat niaga/kekayaan), 5% (zakat produksi pertanian padat modal), 10% (zakat produksi pertanian tadah hujan dan 20% (zakat barang temuan atau rejeki nomplok). Zakat dipusatkan pada membayar, bukan pada menerima, oleh karena itu zakat lebih merupakan shock therapy bagi pemilik harta agar tidak serakah memonopoli kekayaan.

Fakir adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak pula memiliki harta untuk membiayai hidupnya. Sedangkan orang miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan tetapi hasilnya tidak mencukupi untuk membiayai hidupnya secara 'pantas'. Jika zakat hanya diwajibkan kepada orang kaya, sadaqah bukan saja dianjurkan kepada orang kaya tetapi juga dianjurkan kepada orang miskin. Jika zakat ditentukan obyeknya, tarifnya dan mustahiqnya, maka sedekah tidak dibatasi

Dari sisi lain, zakat merupakan salah satu bentuk ibadah yang mengedepankan nilai-nilai sosial disamping membawa pesanpesan ritual dan spiritual (Suma, 2003). Jika dikelola dengan baik dan amanah, zakat akan mampu meningkatkan kesejahteraan umat, mampu meningkatkan etos kerja umat serta sebagai institusi pemerataan ekonomi.

Dan saat ini, sebuah kenyataan bahwa pelaksanaan riba terbukti selalu menghancurkan perekonomian. Lain halnya dengan zakat, selain mengangkat fakir miskin, juga akan menambah produktifitas masyarakat sehingga meningkatkan lapangan kerja sekaligus meningkatkan pula tabungan masyarakat (Muhammad, 2005).


(28)

2.4.1. Jenis – jenis zakat

Secara umum zakat terbagi atas dua jenis yakni: 1. Zakat fitrah

Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.

2. Zakat maal (harta)

Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

Berdasarkan cara penyalurannya, zakat di bagi atas dua yaitu cara Konsumtif dan Produktif.

Zakat Konsumtif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan, seperti zakat fitrah yang dibagikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari , atau zakat harta yang dibagikan diberikan kepada korban bencana alam seperi bencana gempa, banjir, tanah longsor, dan gelombang tsunami di Aceh, yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan, seperti zakat fitrah yang dibagikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari , atau zakat harta yang dibagikan diberikan kepada korban bencana alam seperi bencana gempa, banjir, tanah longsor, dan gelombang tsunami di Aceh. (http://rayareeza.multiply.com).


(29)

Zakat Produktif yaitu zakat yang diberikan kepada para mustahiq berupa modal yang dapat dijadikan usaha penunjang kehidupan dalam jangka panjang. Bukan semata-mata sebagai pemberian, apalagi hanya bersifat karitatif (memberi bukan hanya berarti materi). Secara subtansial zakat produktif sejalan dengan tujuan zakat, berupa upaya peningkatan standar hidup para dhu'afa dengan memberikan hak kepada mereka untuk memiliki apa yang berhak mereka terima dari orang kaya. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok, zakat yang diterima para muhtasib dapat digunakan sebagai modal usaha.

Berdasarkan penyaluran di atas maka program peternakan kambing di Desa Mesjid - Batang Kuis yang di lakukan oleh Badan Amil Zakat Sumatera Utara (BAZDASU) termasuk kedalam zakat produktif.

2.4.2. Fungsi zakat

Ada dua fungsi zakat atau sedekah yang diambil dari kekayaan orang-orang Muslim:

a. Untuk menghapuskan perbedaan sosial dan ekonomi dan menegakkan tatanan sosial yang egaliter.

b. Menafkahkan sebagian dari harta mereka, yaitu kelebihan dari kebutuhan-kebutuhan dasar, mensucikan orang-orang Muslim dari dosa-dosa, ketidaksempurnaan, dan perbuatan-perbuatan tercela karena membagi sebagian besar harta kekayaan adalah sebuah pengorbanan, tindakan altruistik (mengutamakan kepentingan orang lain), dan amal saleh. Ketidaksetaraan ekonomi, yang membiakkan kejahatan-kejahatan


(30)

di dalam sebuah masyarakat, adalah sebuah cacat, kekurangan, dan kelemahan sosial, sedangkan kesetaraan ekonomi adalah kekuatan dan solidaritas sosial.

2.4.3. Manfaat zakat

Manfaat zakat bagi masyarakat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Zakat dapat memenuhi kebutuhan orang miskin yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di kebanyakan negara.

2. Menghilangkan sifat dengki dan iri hati fakir miskin. Hal ini karena ketika fakir miskin melihat harta yang dimiliki oleh orang-orang kaya dan tidak memberikan manfaat kepada mereka, dengan memberikan kepada mereka sedikit atau banyak, maka kemungkinan mereka akan memendam kebencian dan dendam terhadap si kaya karena mereka (orang-orang kaya) tidak memberikan hak mereka dan tidak memenuhi kebutuhan mereka. Namun ketika si kaya memberikan sebagian dari hartanya kepada mereka setiap awal tahun (yakni setelah menyimpan harta itu selama setahun), hal-hal seperti ini akan berakhir dan akan tumbuh kecintaan dan keharmonisan.

3. Zakat adalah alat untuk menyebarkan dan membagikan harta (kepada masyarakat). Hal ini karena apabila sebagian harta dikeluarkan, cakupannya akan meluas dan banyak orang mendapatkan manfaat darinya, kebalikan dari apabila harta hanya disimpan di kalangan


(31)

orang-orang kaya, karena fakir miskin tidak akan mendapatkan apa-apa darinya.

4. Zakat mendidik manusia untuk memberikan jiwanya dari sifat kikir, tamak, sombong dan angkuh karena kekayaannya.

5. Zakat merupakan salah satu wahana untuk meratakan tingkat pendapatan masyarakat terutama oleh kaum yang lemah yang sangat dirasakan manfaatnya.

6. Zakat juga menghilangkan monopoli dan penumpukan harta pada sebagian masyarakat, yang mengakibatkan kesenjangan sosial dan kecemburuan sosial.

7. Dengan mengeluarkan zakat maka harta itu akan menjadi tumbuh, berkembang dan barkah.

8. Zakat juga akan menumbuhkan rasa kasih saying dan peduli terhadap sesama muslim, memberikan rasa optimisme bagi fikir miskin dan mendorong adanya sistem ekonomi yang berdasarkan kerjasama dan tolong-menolong.

(http://id.shvoong.com/humanities/religionstudies/2071357-manfaat-zakat/#ixzz1OtkFqwzI ).

2.5. Program Peternakan Kambing

Program usaha ternak kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang ini dilaksanakan pada tahun 2008 pada saat Bapak


(32)

Utara. Program ini adalah bentuk dari pengembangan BAZDASU dalam mengoptimalkan peran serta sosial masyarakat dalam menaikkan taraf hidup masyarakat setempat dari kemiskinan.

Secara prosedur program usaha ternak kambing ini yaitu masyarakat diberikan 3 ekor kambing betina oleh BAZDASU yang kemudian di kelola oleh masyarakat yang berhak menerima, karena mayoritas masyarakat disana berprofesi sebagai peternak kambing maka kambing jantan diperoleh dari masyarakat itu sendiri atau dapat di pinjam dari tetangga yang mempunyai kambing jantan. Kemudian dalam jangka tempo 2 tahun masyarakat yang menerima kambing tersebut mengembalikan 3 ekor kambing betina yang pada awalnya sebagai bibit. Jadi masyarakat hanya menerima anak dari hasil ternak kambing tersebut, dan apabila dalam jangka tempo 2 tahun tersebut ada bibit kambing yang mati maka masyarakat wajib menggantinya, Sampai sekarang program usaha ternak kambing di desa masjid masih berjalan.

2.6. Kerangka pemikiran

Kemiskinan adalah masalah yang masih terus dihadapi oleh bangsa ini. Berbagai upaya penanggulangan yang di buat oleh pemerintah melalui program yang ada pada saat sekarang belum dapat mengentaskan kemiskinan, namun pemerintah terus berupaya untuk mensejahterakan masyarakatnya. Kini pemerintah punya alternatif lain dalam upaya mengentaskan kemiskinan melalui program zakat. Kini setelah adanya UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat maka memberikan peluang bagi lembaga amil zakat untuk mensukseskan program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.salah satu lembaga amil


(33)

zakat yang ikut serta dalam mengentaskan kemiskinan adalah Badan Amil Zakat Sumatera utara.

Untuk menjelaskan bagaimana alur dari penelitian ini dapat dilihat melalui skema berikut ini


(34)

Bagan I

Bagan Kerangka Pemikiran

. Yayasan BAZDASU

Program Ternak kambing di desa masjid :

Sikap

Persepsi Partisipasi

1. Pengetahuan

masyarakat tentang program.

2. Pengetahuan

masyarakat tentang tujuan dan manfaat program

1. Bagaimana penilaian

masyarakat tentang program.

2. Apakah masyarakat

menerima atau menolak program

3. Apakah masyarakat

mengharapkan atau menghindari program

1. Menikmati program 2. Melaksanakan

program

3. Menyebarluarkan program

4. Menilai program Masyarakat


(35)

2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1. Defenisi konsep

Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal lain yang sejenis seperti fenomena sosial. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama (Silalahi, 2009).

Dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji, para ahli menggunakan istilah khusus yang disebut konsep. Karena yang di kaji adalah fenomena sosial, maka konsep itu sangat luas cakupannya. Akibatnya, akan sangat sulit untuk merumuskan satu kalimat yang mampu menggambarkan secara sempurna keseluruhan makna yang terkandung di dalam konsep itu. Guna untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep yang akan diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian itu disebut dengan defenisi konsep.(Siagian, 2011)

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Respon masyarakat adalah tingkah laku balas atau tindakan masyarkat yang merupakan wujud dari persepsi dan sikap masyarakat terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, pengaruh


(36)

atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut.

2. Program peternakan kambing di desa masjid adalah salah satu dari program Bina Sumut Makmur BAZDASU yang memberikan kesempatan bagi masyarakat fakir miskin untuk mengembangkan potensi dan kemampuan mereka dalam mengelola dana zakat dalam bentuk kambing ternak, Sehingga masyarakat dapat memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka

3. Zakat adalah alat untuk menyebarkan dan membagikan harta (kepada masyarakat). Hal ini karena apabila sebagian harta dikeluarkan, cakupannya akan meluas dan banyak orang mendapatkan manfaat darinya, kebalikan dari apabila harta hanya disimpan di kalangan orang-orang kaya, karena fakir miskin tidak akan mendapatkan apa-apa darinya.

4. Zakat Konsumtif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan, seperti zakat fitrah yang dibagikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari , atau zakat harta yang dibagikan diberikan kepada korban bencana alam seperi bencana gempa, banjir, tanah longsor, dan gelombang tsunami di Aceh , yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan, seperti zakat fitrah yang dibagikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari , atau zakat harta yang dibagikan diberikan kepada korban bencana


(37)

alam seperi bencana gempa, banjir, tanah longsor, dan gelombang tsunami di Aceh (http://rayareeza.multiply.com).

5. Zakat Produktif yaitu zakat yang diberikan kepada para mustahiq berupa modal yang dapat dijadikan usaha penunjang kehidupan dalam jangka panjang. Bukan semata-mata sebagai pemberian, apalagi hanya bersifat karitatif (memberi bukan hanya berarti materi).

2.7.2. Defenisi operasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjut dari perumusan defenisi konsep. Bila perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep yang diteliti dapat diobservasi. Dengan kata lain, operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis.(Siagian, 2011)

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka dibuatlah indikator-indikator tentang bagaimana respon masyarakat terhadap program Pernakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang oleh BAZDASU yaitu :

1. Persepsi atau pemahaman masyarakat mengenai Program Peternakan kambing di desa masjid Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang :


(38)

a. Pengetahuan masyarakat tentang Program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang

b. Pengetahuan masyarakat tentang tujuan dan manfaat Program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang. 2. Sikap masyarakat terhadap Program Pernakan kambing di desa masjid

kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang yang dapat diukur melalui : a. Penilaian, adalah pengetahuan atau informasi yang dimiliki masyarakat

tentang program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang.

b. Penolakan atau penerimaan, adalah berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang masyarakat terhadap Program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang.

c. Mengharapkan atau menghindari, adalah kesiapan masyarakat dalam bertingkah laku yang berhubungan dengan Program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten Deli Serdang.

3. Partisipasi masyarakat terhadap Program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang. yang dapat diukur melalui : a. Menikmati, adalah masyarakat berperan serta dalam menikmati hasil dari

Program Peternakan kambing dimana masyarakat akan menerima bantuan yang termasuk kedalam program ini seperti mendapat kambing ternak dan penyuluhan tentang ternak kambing.

b. Melaksanakan, adalah masyarakat berperan serta dalam melaksanakan Program Program Peternakan kambing dan penuh persiapan, perencanaan,


(39)

pelaksanaan, dan evaluasi agar pelaksanaan program ini dapat berjalan dengan baik.

c. Menyebarluaskan, adalah masyarakat berperan serta dalam menyebarluaskan Program Peternakan kambing agar tingkat kesejateraan masyarakat disekitar desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang dapat merata.

d. Menilai, adalah masyarakat berperan serta dalam menilai Program Peternakan kambing di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang. dimana masyarakat dapat menilai positif atau negatifnya hasil dari program tersebut.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain–lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta–fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu membuat gambaran secara menyeluruh tentang bagaimana Respon Masyarakat Terhadap Program Peternakan Kambing di Desa Masjid Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa masjid kecamatan batang kuis, kabupaten deli serdang yang merupakan wilayah di mana Badan Amil Zakat Sumatera utara menjalankan program Bina Sumut Makmur (peternakan kambing di desa masjid – batang kuis).

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti tertarik melakukan penelitian. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan


(41)

yang semuanya memiliki ciri dan harus didefenisikan secara spesifik dan tidak secara mendua (Silalahi, 2009).

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menjadi peserta Program Peternakan Kambing di desa masjid kecamatan Batang Kuis, Maka, dengan demikian jumlah populasinya adalah 30 Kepala Keluarga yang terlibat di program tersebut.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah seperangkat prosedur untuk memilih unit-unit dari populasi yang akan dijadikan sampel. Dengan demikian populasi target dalam penelitian ini adalah keseluruhan keluarga yang telibat dalam program peternakan kambing yang berjumlah 30 KK. Oleh karena populasi target yang telah ditentukan sebelum penelitian berlangsung, dan oleh karena populasi kurang dari 100 orang, maka pengambilan sampel dilakukan secara sensus sehingga populasi sama dengan sampel dengan rumusan N = n (Populasi sama dengan Sampel) (Arikunto,1998)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah


(42)

buku, jurnal penelitian, makalah, surat kabar, majalah, dan pendapat-pendapat dari ahli yang relevan dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Lapangan

Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini ditempuh dengan cara :

a. Observasi, mengumpulkan data tentang gejala-gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengarkan, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian.

b. Kuesioner, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebarkan angket yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis kepada masyarakat yang menjadi peserta program asuransi kesejahteraan sosial.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu cara memeriksa data dari responden, kemudian dicari frekuensi dan persentasenya untuk disusun dalam bentuk table tunggal serta selanjutnya dijelaskan secara kualitatif. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, persepsi dan partisipasi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Skala ini sering disebut sebagai summated scale yang berisi sejumlah pernyataan dengan kategori respon, ditentukan alternatif kategori respon atau satu


(43)

seri item respon (compiling possible scale item) yang mengekspresikan luas jangkauan sikap dari ekstrem positif ke ekstrem negatif untuk direspon oleh responden (Silalahi, 2009). Peneliti membagi respon tersebut menjadi tiga alternatif.

Pemberian skor data kategori sikap dilakukan mulai dari respon negatif menuju respon yang positif, yakni:

a. Skor tidak setuju (negatif) adalah -1 b. Skor kurang setuju (netral) adalah 0 c. Skor setuju (positif) adalah 1

Pemberian skor data kategori persepsi dilakukan mulai dari respon negatif menuju respon yang positif, yakni:

a. Skor tidak tahu (negatif) adalah -1 b. Skor kurang tahu (netral) adalah 0 c. Skor tahu (positif) adalah 1

Pemberian skor data kategori partisipasi dilakukan mulai dari respon negatif menuju respon yang positif, yakni:

a. Skor tidak pernah (negatif) adalah -1 b. Skor jarang (netral) adalah 0


(44)

a. Pengkodingan, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban menurut macamnya.

b. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga mudah dianalisa serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian.

c. Tabulasi, yaitu dengan menggunakan tabel tunggal untuk mengetahui jawaban dan skor dari masalah yang diteliti.

Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap dan partisipasi, maka: i =

K H – L

i = 3

1 – (-1 )

= 2

3

i = interval kelas H = nilai tertinggi L = nilai terendah K = banyak kelas

Maka untuk menentukan kategori respon positif atau negatif dengan adanya nilai batasan sebagai berikut:


(45)

Respon dengan nilai -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral Respon dengan nilai 0,33 sampai dengan 1 = respon positif


(46)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Sejarah Badan Amil Zakat Sumatera Utara.

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Sumatera Utara merupakan lembaga resmi yang dibentuk oleh pemerintah, diamanatkan oleh UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dan surat keputusan Gubernur Sumatera Utara No: 451.7.05/5362/K/2001. Sebagai lembaga pengelola zakat, eksistensinya begitu penting, tidak saja mempunyai tugas pokok mengumpulkan, menyalurkan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama, tetapi lebih daripada itu BAZDASU dituntut menjadi lembaga yang benar-benar berperan dalam mensejahterakan dan mengentaskan perekonomian umat Islam Sumatera Utara.

Menyahuti itu semuanya, BAZDASU dari tahun ke tahun senantiasa menggulirkan program kerja yang terarah dan terpadu dalam visi menjadi lembaga pengelola zakat yang amanah, profesional dan transparan untuk meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi umat dalam rangka membangun kepercayaan kepada masyarakat sehingga masyarakat menyadari betapa pentingnya membayar zakat ke BAZDASU.

4.2. Visi dan Misi BAZDASU 4.2.1. Visi BAZDASU

Menjadi lembaga pengelola zakat yang amanah, profesional, dan transparan untuk meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat.


(47)

4.2.2. Misi BAZDASU

a. Meningkatkan pengumpulan dan penyaluran dana zakat secara merata. b. Memberikan pelayanan prima dalam penerimaan dan penyaluran

zakat

c. Mengembangkan managemen modern dalam pengelolaan zakat d. Mendorong peningkatan ekonomi masyarakat.

e. Merubah penerima zakat (mustahi) menjadi pemberi zakat (muzaki)

4.3. Program BAZDASU a. Bina Sumut Peduli :

1. Bantuan individu & keluarga miskin untuk sesaat / konsumtif. 2. Bantuan kepada lembaga / ormas Islam.

3. Bantuan musibah / bencana alam kebakaran, banjir, gempa bumi, longsor, dsb.

b. Bina Sumut Sehat

1. Unit kesehatan klinik (LKD) melayani & membantu kaum dhu'afa, pengobatan gratis di Jl.Bilal no. 150 Medan.

2. Klinik kesehatan Dhu'afa dengan pengobatan gratis. 3. Sunat Massal

c. Bina Sumut Cerdas

1. Beasiswa bagi siswa-siswi tingkat SD, SMP, SMU. 2. Perpustakaan Bazda terutama tentang Zakat.


(48)

1. Modal bergulir bagi usaha kecil.

2. Usaha ternak di Desa Mesjid - Batang Kuis. 3. Tani Desa Makmur - Tanjung Morawa. e. Bina Sumut Taqwa

1. Program bantuan Da'i di desa terpencil minoritas Islam ( Da'i setempat).

2. Bea Study bagi calon Da'i bentuk kaderisasi/Da'i. 3. Pembinaan Muallaf

4.4. Susunan Kepengurusan BAZDASU Periode 2011-2013

Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor :188.44/530/KPTS/2011, tanggal 31 Agustus 2011 tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat Daerah Periode 2011-2013 :

a. Dewan Pertimbangan

1. Ketua : Gubernur Sumatera Utara

2. Wakil Ketua : Kakanwil Kementrian Agama Prov. Sumatera Utara

3. Sekretaris : Asisten Kesejahteraan Sosial Sekdaprovsu 4. Wakil Sekretaris : Kabag Tata Usaha Kanwil Kemenag Provsu 5. Anggota : 1. Prof.Dr.H.Abdullah Syah,MA

2. Prof.Dr.H.M.Yasir Nasution,MA 3. Drs.H.Nizar Syarif

4. Drs.H.Dalail Ahmad,MA 5. H.Ashari Tambunan


(49)

b. Komisi Pengawasan

1. Ketua : Dr.H. Maratua Simanjuntak 2. Wakil Ketua : Drs.H.Jhon Tafbu Ritonga, M.Eng 3. Sekretaris : H. Nurdin Lubis,SH,MM

4. Wakil Sekretaris : H.Suhwardi K Lubis,SH,SPN,MH 5. Anggota : 1. Drs. H. Gus Irawan,SE

2. Ir.H. Husna Harahap,MBA 3. Drs.H. Dharma Effendy 4. Drs. H. Ashari Tambunan 5. Drs.H. Dalail Ahmad,MA 6. H. Prabudi Said

c. Badan Pelaksana

1. Ketua : Drs. Amansyah Nasution,MSP 2. Wakil Ketua : 1. Drs. Hasbullah Lubis, M.SI

2. Dr.H.Saparuddin Siregar,SE,Ak,M.Ag

3. Sekretaris : Kabid Penyelenggaraan HAZAWA Kementrian Agama Prov.Sumatera Utara

4. Wakil Sekretaris : 1. Drs.H. Syu'aibun, M.Hum

2. Drs.H. Amin Husin Nasution, MA 5. Bendahara : Ir. H. Syahrul Jalal, MBA


(50)

d. Bidang - Bidang 1. Bidang Pengumpulan

Kepala : Drs. Nisful Khoiri, M.Ag Anggota : 1. Muhammad Fendi Leong 2. Drs.H. Musaddad Lubis, MA

2. Bidang Pendistribusian

Kepala : Drs. H. Milhan Yusuf, MA

Anggota : 1. Drs. H. Abdul Hamid Ritonga, MA 2. Drs.H. Bukhori Muslim Nasution, MA

3. Bidang Pendayagunaan

Kepala : Drs. H. Agus Thahir Nasution Anggota : 1. H. Kamaluddin Siregar, MA 2. H.M. Arifin Umar

4. Bidang Pengembangan


(51)

4.5. Regulasi BAZDASU

1. UU RI Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

2. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor : D/291/ tahun 2000 tentang pedoman Tekhnis Pengelolaan Zakat

3. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373 Tahun 2003 tentang pelaksanaan UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat

4. Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 188.44/530/KPTS/2011 tanggal 31 Agustus 2011, tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Provinsi Sumatera Utara

Atas dasar amanat UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 451.7.05/K/2001, maka didirikan Badan Amil Zakat (BAZ) Provinsi Sumatera Utara sebagai pengumpul dan penyalur Zakat, Infaq/Shadaqah (ZIS) secara resmi dan juga koordinator Badan Amil Zakat.

4.6. Letak BAZDASU

Badan Amil Zakat Sumatera Utara (BAZDASU) memiliki sekretariat di Jl. William Iskandar Medan Sumatera Utara, dimana BAZDASU bersebelahan dengan Rumah Sakit Haji Medan dan Universitas Negeri Medan. Sementara itu yang menjadi sasaran program Peternakan Kambing atau Bina Sumut Makmur oleh BAZDASU adalah masyarakat desa Masjid Kecamatan Batang Kuis


(52)

4.7. Letak Geografis Desa Masjid Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

Kecamatan Batang Kuis yang memiliki wilayah dengan luas wilayah ± 40,34 km2 ini, terletak pada ketinggian 4-30 meter di atas permukaan laut dan beriklim tropis. Adapun batas wilayah kecamatan Batang Kuis adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan Pantai Labu. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan.

Tabel 4.1

Tabel Desa atau Kelurahan di Kecamatan Batang Kuis No. Nama Desa

Luas Desa (Km2)

Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Penduduk

1. Tanjung sari 7,34 2.027 12.596

2. Batang kuis pekan 0,75 1.115 5.779

3. Sena 6,40 1.593 7.079

4. Baru 4,32 1.001 6.047

5. Tumpatan nibung 3,70 1.100 6.830

6. Paya gambar 3,03 432 3.138

7. Bintang meriah 0,65 899 6.073

8. Mesjid 2,67 328 1.292

9. Sidodadi 9,50 850 3.822

10. Sugiharjo 1,53 1.040 4.644

11. Bakaran batu 0,45 487 2.757 Sumber : BAZDASU 2009


(53)

Seperti yang dijelaskan pada tabel di atas, bahwa desa Masjid yang terletak di Kecamatan Batang Kuis ini memiliki luas wilayah 2,67 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.292 orang.


(54)

BAB V ANALISA DATA

Setelah data-data terkumpul, selanjutnya adalah menganalisa data. Penelitian ini dilakukan terhadap masyarakat yang menjadi sasaran penerima manfaat ataupun yang merasakan langsung dampak dari Program Peternakan Kambing di Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang yaitu dengan menyebarkan kuisioner dan wawancara kepada 30 orang koresponden.

Analisa data merupakan pengolahan data hasil pengumpulan kuisioner, observasi dan wawancara. Analisa data dilakukan melalui penyajian data hasil pengumpulan kuisioner tersebut dalam bentuk tabel tunggal kemudian digabung dengan data hasil wawancara dan observasi. Analisa data ini adalah menyangkut respon masyarakat terhadap Program Peternakan Kambing di Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

Agar pembahasan tersusun sistematis, maka pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 sub bab:

a. Karakteristik identitas responden.

b. Respon Masyarakat terhadap Program Peternakan Kambing.

c. Analisa Data Kuantitatif Responden Terhadap Program Peternakan Kambing.


(55)

5.1. Karakteristik Identitas Responden Tabel 5.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur No. Umur Frekuensi Presentase

1 25-39 1 3.33

2 40-49 6 20

3 >49 23 76.67

Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan pada tabel 5.1 diketahui bahwa responden seluruhnya berjumlah 30 orang responden didominasi yang berusia 40 - 49 tahun yaitu sebanyak 6 orang (20%). Responden yang berusia >49 tahun yaitu sebanyak 23 orang (76,67 %) dan responden yang berusia 25 - 39 tahun sebanyak 1 orang (3,33%).

Apabila dikaitkan tingkat umur tersebut dengan program peternakan kambing, maka tingkat umur ini menggambarkan status responden sebagai kepala keluarga dalam suatu keluarga dan juga sebagai salah satu penerima program. Selain itu tingkat umur juga akan mempengaruhi pada jenis pekerjaan yang mungkin dilakukan oleh seseorang dan juga lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada penghasilan seseorang.


(56)

Tabel 5.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

1 Laki-laki 26 86.67

2 Perempuan 4 13.33

Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Kuesioner 2011

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden pria sebanyak 26 orang (86,67%) dan responden wanita sebanyak 4 orang (13,33%). Berdasarkan jumlah keseluruhan responden terdaftar sebagai salah satu penerima bantuan dari peternakan kambing, atau terdaftar sebagai salah satu anggota program. Dalam penelitian ini, responden didominasi oleh laki-laki mengingat responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga. Sedangkan responden yang lain berjenis kelamin perempuan tergolong ke dalam kepala keluarga karena statusnya dengan kata lain telah ditinggal oleh suaminya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis berada di Desa Masjid Kecamatan Batang Kuis, maka keseluruhan responden dalam penelitian ini memeluk agama Islam Selain itu, yang menjadi sasaran program peternakan kambing oleh Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (BAZDASU) adalah umat Islam.


(57)

Tabel 5.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga No. Jlh.Anggota Keluarga Frekuensi Presentase

1 1-4 8 26.67

2 5-8 22 73.33

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan Tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini yang memiliki jumlah anggota keluarga antara 1 – 4 orang adalah sebanyak 8 orang (26,67%). Sedangkan sebanyak 22 orang responden (73,33%) mengaku memiliki jumlah anggota keluarga antara 5 sampai 8 orang.

5.2. Respon Masyarakat Terhadap Program Peternakan Kambing Oleh BAZDASU

5.2.1. Persepsi.

Mengukur respon juga perlu ada pengetahuan karena jika pengetahuan /persepsi tentang sesuatu hal itu tidak ada maka respon tidak akan muncul. Persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penerimaan. Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang benar.


(58)

Jawaban responden dari kuesioner yang telah disebar oleh peneliti tentang pengetahuan mengenai program peternakan kambing adalah mengetahui. Semua responden menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang berjalannya Peternakan Kambing. Dari hasil kuesioner tersebut bisa dikatakan bahwa mereka mempunyai persepsi yang positif tentang Peternakan Kambing.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa seluruh responden mengetahui apa itu program Peternakan Kambing. Karena panitia Program Peternakan Kambing BAZDASU sudah melakukan sosialisai program tersebut terhadap masyarakat, jauh hari sebelum kegiatan ini dilaksanakan. Hal ini membuktikan bahwa, kepanitian Program Peternakan Kambing BAZDASU sangat aktif dan tingginya antusias masyarakat.

Tabel 5.4

Distribusi Responden Tentang Program Peternakan Kambing No. Jawaban Responden Frekuensi Presentase

1 Mengetahui 20 66.67

2 Kurang Mengetahui 10 33.33

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2011

Hasil dari Tabel 5.4 menunjukkan bahwa responden yang mengetahui tujuan dari program Peternakan Kambing sebanyak 20 orang (66,67%), yang kurang mengetahui tujuan dari program Peternakan Kambing sebanyak 10 orang (33,33%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, tingginya pengetahuan responden terhadap tujuan program Peternakan Kambing karena


(59)

sering dilaksanakannya sosialisasi di desa Masjid. Responden menjadi tanggap terhadap program- program pemerintah khususnya program Peternakan Kambing.

Sedangkan responden yang kurang mengerti mengenai tujuan Program Peternakan Kambing berpendapat bahwa mereka tidak pernah mengikuti sosialisasi melainkan karena menerima ajakan dari pihak kedua seperti kepala desa dan sesama penerima zakat. Berikut hasil wawancara dengan salah satu responden penerima program Peternakan Kambing di Desa Masjid Kecamatan Batang Kuis, Bapak D. Yahya:

“...tanggapan saya mengenai tujuan dan manfaat dari program Peternakan Kambing adalah untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan pendapatan dan juga dalam pemberdayaan masyarakat itu sendiri…”

Tabel 5.5

Distribusi Responden Tentang Manfaat Peternakan Kambing No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1. 2.

Mengerti Kurang Mengerti

25 5

83.33 16.67

Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Kuesioner 2011


(60)

negatif. Tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden yang memahami tentang program Peternakan Kambing sebanyak 25 orang (83,33%), selanjutnya yang kurang memahami manfaat dari Peternakan Kambing sebanyak 5 orang (16,67%). Tingginya tingkat pemahaman responden terhadap Peternakan Kambing karena sering diadakannya sosialisasi di desa-desa Kecamatan Batang Kuis dan responden peka terhadap program pemerintah pada umumnya dan program Peternakan Kambing pada khususnya dan hal ini membuat mereka hanya menginginkan hasil dari program sementara mereka kurang mengerti tentang program itu sendiri. Hal tersebut merupakan bukti bahwa persepsi responden terhadap program ini adalah persepsi positif.

Tabel 5.6

Distribusi Responden Tentang Penjelasan Peternakan Kambing di Desa Masjid Kecamatan Batang Kuis

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%) 1

2

Menjelaskan Kurang Menjelaskan

24 6

80 20

Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Kuesioner 2011

Tabel 5.6 menerangkan bahwa penjelasan yang diadakan oleh pihak Kepala Desa dan Kecamatan kepada masyarakat cukup jelas dan dimengerti oleh masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dari distribusi responden yang mengatakan bahwa ada 24 orang (80%) yang menjawab bahwa pihak Kepala Desa dan Kecamatan menjelaskan tujuan dan sasaran dari tiap-tiap program, dan hanya 6 orang (20%) yang menjawab bahwa pihak Kepala Desa dan Kecamatan kurang


(61)

menjelaskan tentang tujuan dan sasaran dari tiap-tiap program. Jawaban responden tersebut merupakan persepsi positif. .

Tabel 5.7

Distribusi Responden Tentang Sumber Informasi Peternakan Kambing No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 2

Kepala Desa Camat

29 1

96.67 3.33

Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Kuesioner 2011

Hasil dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden lebih banyak mengetahui tentang adanya program Peternakan Kambing dari Kepala Desa yaitu sebanyak 29 orang (96,67%), dan sisanya sebanyak 1 orang (3,33%) mengetahui tentang program itu dari Camat. Hal ini berarti bahwa pihak kecamatan telah mensosialisasikan program ini dengan baik. Sosialisasi program ini dikatakan baik, terlihat dari informasi program yang dapat diperoleh masyarakat secara langsung dari aparatur desa maupun kecamatan dengan mudah.

5.2.2 Sikap

Penelitian tentang respon ini tidak lepas dari pembahasan sikap. Hal ini sesuai dengan teori yang dibuat oleh peneliti pada bab sebelumnya yaitu teori rangsang balas (stimulus respon theory) yang disebut juga sebagai teori penguat yang dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial dan sikap. Sikap adalah suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku dan cenderung untuk bertindak dan bereaksi terhadap


(62)

rangsang. Sikap masyarakat tehadap Peternakan Kambing dapat diukur melalui penilaian, penolakan/penerimaan, dan mengharapkan/menghindari. Sikap yang muncul dari masyarakat dapat berupa sikap positif atau negatif.

Tabel 5 .8

Distribusi Responden Tentang Penilaian Pelaksanaan dan Perencanaan Peternakan Kambing

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%) 1

2

Baik Kurang Baik

28 2

93.33 6.67

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan tabel 5.8, dapat diketahui bahwa responden yang menilai baik pelaksanaan dan perencanaan Peternakan Kambing sebanyak 28 orang (93,33%), yang menilai kurang baik pelaksanaan dan perencanaan Peternakan Kambing sebanyak 2 orang (6,67%).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di desa Masjid Kecamatan Batang Kuis, penilaian sebagian responden tentang pelaksanaan Peternakan Kambing ini baik untuk dilaksanakan. Semua program yang dibuat oleh pemerintah merupakan cara yang dibuat untuk mengatasi tingginya angka kemiskinan dan untuk membantu rakyat miskin dalam tingkat kebutuhannya dan pemberdayaannya. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu responden yaitu Bapak Nurdin :


(63)

“...Pelaksanaan program Peternakan Kambing ini menurut saya sangat baik untuk dilaksanakan, supaya warga yang merasakan dampak langsung dari program seperti saya ini sangat terbantu dalam peningkatan taraf hidup dan juga lainnya...”

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa semua responden dalam penelitian ini menerima kehadiran pihak BAZDASU di desa Masjid. Pihak BAZDASU menjalankan program Peternakan Kambing dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan, kesempatan kerja dan pembangunan.

Tabel 5.9

Distribusi Responden Tentang Kesesuaian Harapan Mereka dengan Tujuan Program Peternakan Kambing

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%) 1

2

Sesuai Tidak Tahu

29 1

96.67 3.33

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sebanyak 29 orang responden (96,67%) berpendapat bahwa tujuan dari program Peternakan Kambing sesuai dengan harapan mereka. Sebanyak 1 orang responden (3,33%). Suatu kondisi akan menjadi masalah saat harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Kenyataan dalam hal ini adalah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu tujuan pihak BAZDASU menyelenggarakan program Peternakan Kambing adalah agar dapat meningkatkan kesejahteraan, kesempatan kerja dan


(64)

pembangunan. Dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu responden yaitu Bapak Samsyul :

“...tidak tahu bukan berarti tidak sesuai, hanya saja saya tidak terlalu memahami tujuan program itu. Memberikan kambing secara cuma-cuma dengan jangka waktu selama dua tahun setelah itu dikembalikanmembuat saya bingung. Makan saya saja susah,apalagi kamabing-kambing itu...”

Tabel 5.10

Distribusi Responden Tentang Perasaan Mereka saat program Peternakan Kambing disosialisasikan di Desa Masjid

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%) 1

2

Senang Biasa saja

17 13

56.67 43.33

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan tabel 5.10 dijelaskan bahwa responden yang merasa senang dengan sosialisasi program Peternakan Kambing adalah sebanyak 17 orang (56,67%) sedangkan responden yang merasa biasa saja dengan adanya program ini adalah sebanyak 13 orang (43,33%). Hal ini menunjukkan lebih banyak masyarakat yang merasa senang karena masyarakat mendapatkan kanbing secara gratis oleh pihak BAZDASU melalui Program Peternakan Kambing.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, semua responden menjawab setuju program Peternakan Kambing di Desa Masjid untuk dilanjutkan kembali karena mereka sangat merasakan dampak positif yang langsung dalam kehidupan mereka sehari-hari.


(65)

Tabel 5.11

Distribusi Responden Tentang Program Peternakan Kambing jika dihentikan di Desa Masjid

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%) 1 2 Kurang Setuju Tidak Setuju 11 19 36.67 63.33

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2011

Berdasarkan tabel 5.11 dijelaskan bahwa responden yang tidak setuju apabila program Peternakan Kambing dihentikan programnya di Desa Masjid ada sebanyak 19 orang (63,33%) dan ada 11 orang (36,67%) yang kurang setuju apabila program ini dihentikan. Bahkan tidak ada seorang pun yang setuju agar program Peternakan Kambing ini dihentikan, sehingga dapat dilihat bahwa masyarakat sangat antusias apabila program Peternakan Kambing oleh BAZDASU tetap dilaksanakan. Seperti wawancara berikut ini dengan Bapak Udin

“…menghentikan program Peternakan Kambing sama saja menghilangkan harapan masyarakat desa ini untuk bertahan hidup. Apabila program ini tidak berjalan lagi, maka tujuan program yang telah disosialisasikan sebelumnya adalah sia-sia...”

Tabel 5.12

Distribusi Responden Tentang Kerelaan Responden untuk Bertanggungjawab saat program mengalami kegagalan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%) 1 2 Setuju Tidak setuju 22 8 73.33 26,67


(66)

Berdasarkan Tabel 5.12 di atas, responden yang tidak setuju untuk bertanggungjawab saat program mengalami kegagalan adalah sebanyak 8 orang (26,67%) sedangkan yang setuju untuk bertanggung jawab sebanyak 22 orang (73,33%). Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan bertanggungjawab adalah mengganti kerugian selama program Peternakan Kambing ini berjalan. Kerugian terjadi apabila dalam jangka waktu yang telah ditetapkan oleh pihak BAZDASU kambing tidak kembali.

5.2.3 Partisipasi

Partisipasi terhadap program Peternakan Kambing dapat diukur melalui menikmati, melaksanakan, memelihara, menilai, frekuensi, dan kualitasnya. Mengukur partisipasi dalam program Peternakan Kambing ini dimaksud untuk mempermudah mengetahui respon masyarakat melalui penyebaran kuesioner kepada responden masyarakat yang merasakan langsung dampak dari Peternakan Kambing..

Tabel 5.13

Distribusi Responden Tentang Usaha yang Dilakukan Untuk Mencapai Tujuan dari Program Peternakan Kambing

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%) 1

2

Ikuti arahan Inisiatif sendiri

25 5

83.33 16.67

Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Kuesioner 2011

Menurut tabel di atas menerangkan bahwa yang melakukan inisiatif sendiri untuk mencapai tujuan yang mereka harapkan dari program Peternakan


(67)

Kambing oleh BAZDASU adalah sebanyak 5 orang (16,67%). Sedangkan yang mengikuti arahan sesuai penyuluhan pada saat disosialisasikan sebelumnya oleh pihak BAZDASU adalah sebanyak 25 orang (83,33%).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden yang pernah ikut penyuluhan dan rapat Program Peternakan Kambing oleh pihak BAZDASU mengatakan bahwa dalam rapat dan penyuluhan program yang akan dilaksanakan selalu dipaparkan secara perlahan agar masyarakat atau peserta dapat mengerti tentang program yang akan dilaksanakan. Sementara itu bagi masyarakat yang ingin menggunakan inisiatifnya sendiri tidak dilarang oleh pihak BAZDASU dengan catatan bahwa tidak keluar dari jalur dan memiliki tujuan akhir yang sama sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tabel 5.14

Distribusi Responden Tentang Hasil dari Program Peternakan Kambing No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Menikmati Tidak Menikmati Kurang Menikmati

20 2 8

66.67 6.67 26.76

Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Kuesioner 2011

Menurut tabel 5.14, dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan menikmati hasil dari Program Peternakan Kambing ada sebanyak 20 orang (66,67%) sedangkan yang kurang menikmati ada sebanyak 8 orang (26,76%).


(68)

sebanyak 2 orang (6,67%) dengan alasan kambing yang mereka peroleh belum juga berkembang biak sementara untuk merawatnya membutuhkan waktu dan tenaga ekstra.

Adapun pendapat responden yang kurang menikmati hasil dari Program Peternakan Kambing adalah karena proses dari program ini yang membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Bapak Marno :

“…program peternakan kambing cukup baik untuk kaum miskin di desa ini, akan tetapi perlu diperhatikan beberapa hal yang juga mungkin menjadi kendala bagi penerima zakat ini seperti kemampuan fisik yang sudah tidak muda lagi..”

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa semua responden dalam penelitian ini menyerahkan segala keputusan terkait program Peternakan Kambing ini kepada pihak yang lebih berhak seperti Kepala Desa. Sementara tidak ada responden yang bertanggung jawab sendiri untuk menangani kegagalan prosedural pada program ini. Begitu juga dengan responden yang tidak peduli dengan adanya kegagaalan baik secara prosedur maupun yang nonprosedur ada sebanyak 0 orang (0%).

Tabel 5.15

Distribusi Responden Tentang Keikutsertaan dalam Penyuluhan No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 2

Sering Pernah

27 3

90 10

Jumlah 30 100


(1)

= 25/30

= 0,83 (Partisipasi positif karena berada di


(2)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

1. Dari hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa Respon Masyarakat Desa Masjid Kecamatan Batang Kuis terhadap Program Peternakan Kambing oleh BAZDASU dapat dilihat dari tiga variabel yaitu dari variabel persepsi, sikap dan partisipasi.

2. Hasil Responden memiliki persepsi yang positif terhadap Program Peternakan Kambing dengan nilai 0,8%. Pengukuran persepsi dilihat dari pengetahuan dan pemahaman responden terhadap program tersebut.

3. Hasil Sikap masyarakat Desa Masjid Kecamatan Batang Kuis terhadap Program Peternakan Kambing adalah positif dengan nilai 0,73%. Pengukuran sikap ini dilihat dari tanggapan responden yang sangat antusias diadakannya program didaerah tersebut.

4. Sedangkan hasil analisa data menunjukkan responden memiliki partisipasi yang positif dengan nilai 0,83%. Pengukuran ini dilihat dari keterlibatan responden terhadap pelaksanaan aturan yang ada dalam Program Peternakan Kambing.

5. Berdasarkan hasil dari ketiga variabel diatas dapat dilihat nilai rata- rata – rata respon masyarakat adalah positif dengan nilai 0,79 (berada diantara 0,33 sampai dengan 1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ” Respon Masyarakat Terhadap Program Peternakan Kambing Oleh Badan Amil Zakat


(3)

Sumatera Utara (BAZDASU) Di Desa Masjid Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang” adalah positif.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis memberikan saran- saran sebagai berikut :

1. Kepada pemerintah aparatur desa dan Kecamatan Batang Kuis agar tetap melaksanakan dan mendukung, karena program ini bertujuan untuk mendukung program pemerintah dalam pengembangan masyarakat yang lebih baik. Respon masyarakat terhadap Program Peternakan Kambing Oleh Badan Amil Zakat Sumatera Utara (Bazadasu) di Desa Masjid Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang adalah positif namun kedepannya diharapkan dapat memperbaiki kekurangan dalam hal sosialisasi, pelaksanaan, perencanaan, kualitas dan kuantitas program. 2. Kepada Penerima Program Peternakan Kambing diharapkan agar

mengikuti setiap penyuluhan yang diselenggarakan oleh pihak BAZDASU karena dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam menjalankan program Peternakan Kambing ini. Selain itu juga diharapkan agar semua penerima zakat terlibat aktif dalam semua kegiatan yang direncanakan oleh BAZDASU agar tujuan program Peternakan Kambing ini dapat tercapai. 3. Kepada pihak BAZDASU agar kiranya dapat memperbanyak program

seperti ini di wilayah lain agar pengentasan kemiskinan dan pengembangan masyarakat miskin dapat di maksimalkan lagi.


(4)

4. Hendaknya pemerintah dan pihak BAZDASU serta instansi terkait harus lebih mensosialisasikan program peternakan Kambing ini kepada masyarakat luas, khususnya kepada mereka yang berhak menerima bantuan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta

Hartomo, H, dan Arnicun Aziz. 2008. Ilmu Sosial Dasar, Bumi Aksara, Jakarta Mila Sartika: Juli 2008, Pengaruh Pendayagunaan Zakat ... JURNAL EKONOMI

ISLAM Vol. II, No. 1, , Jakarta

Muhammad Ridwan (2005). Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil(BMT), cet 2. UII Press, Yogyakarta

Muhammad dan Ridwan Mas’ud (2005). Zakat dan Kemiskinan Instrumen

Pemberdayaan Ekonomi Umat, UII Press, Yogyakarta

Muhiddin, Syarif.1984. Pengantar kesejahteraan sosial. Bandung: STKS Mulyani, Sri. 2007. Pengantar Psikologi Sosial,USU Press, Medan

Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan, Renada Media, Jakarta

Nasution, Arif, Ilham Saladin, Salmon Ginting, Pardamean Daulay, 2007. Sistem Sosial Indonesia.

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. PT. Refika Aditama, Bandung

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial, Grasindo Monoratama, Medan Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. PT. Refika Aditama, Bandung Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum, Pusaka Setia, Bandung

Suma.2003. Pendayaan zakat produktif dalam perspektif hukum islam, Solo Suparlan, Y.B. 1993. Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta: Pustaka


(6)

Sumber – sumber lainnya :

http://www.bazdasumut.or.id Diakses pada tanggal 9 April 2011, Jam 19.30 WIB Badan Pusat Statistik. 2010. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. "http://www.bps.go.id" Diakses pada Tanggal 9 April 2011, Jam 20:00 WIB http://md-uin.blogspot.com Diakses pada tanggal 9 April 2011, Jam 11:35 WIB http://id.shvoong.com/humanities/religionstudies/2071357-manfaat-zakat. Diakses pada tanggal 11 April 2011, Jam 21:00 WIB

http://ramadan.okezone.com/zakat/read/2009/08/20/331/249801/zakat-produktif-solusi-pengurangan-kemiskinan. Diakses pada tanggal 25 April 2011, Jam 10:00 WIB

http://rayareeza.multiply.com Diakses pada tanggal 26 April 2011, Jam 14:00 WIB

http://wikipedia, 2011 : zakat. Diakses pada tanggal 3 Mei 2011,Jam 19:00 WIB

Replubika. 29/1/2009. Dampak krisis global terhadap Indonesia.