Latar belakang masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah

Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan Bappenas menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta jiwa atau 13,33 persen. www.bps.go.id. Data di atas menginformasikan bahwa tingkat hidup penduduk miskin Indonesia dari tahun ke tahun belum mengalami penurunan secara signifikan, dan bisa jadi semakin hari bertambah jumlah penduduk miskinnya dengan melihat realitas kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil, angka pengangguran yang setiap tahun bertambah. Walau krisis global tidak terlalu berpengaruh pada perekonomian Indonesia, namun dampak langsung di Indonesia adalah ditariknya investasi hot money uang panas di beberapa perusahaan di Indonesia yang menyebabkan perusahaan tersebut colaps. Dampak yang lain adalah menurunnya ekspor Indonesia yang mencapai 20-30 akibat turunnya tingkat konsumsi di negara- negara importir yang terkena dampak krisis tersebut. Namun dampak terbesarnya ternyata masih tersembunyi. Seperti Bom waktu yang setiap saat dapat meledak, dampak terbesar dan yang akan paling kita rasakan adalah gelombang pengangguran yang akan melonjak tinggi.www.Republika.com Universitas Sumatera Utara Masalah kemiskinan memang menjadi tanggung jawab negara. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, tentu kita tidak boleh hanya mengutuk keadaan, menyalahkan pemerintah tetapi harus ada usaha dari kelompok atau anggota masyarakat yang peduli dengan kondisi sosial masyarakat. Dalam Undang- Undang memang disebutkan bahwa, fakir miskin dan anak-anak terlantar di pelihara oleh negara, bukan berarti kita berpangku tangan melihat kondisi yang ada. Tetapi bagaimana mengoptimalkan potensi yang ada guna membantu pemerintah mengurangi jumlah penduduk miskin. Salah satu caranya adalah dengan mengoptimalkan peran Lembaga Amil Zakat LAZ baik yang pemerintah maupun swasta untuk mendistribusikan dana zakat. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu seperti sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada kekufuran. Salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan. Zakat merupakan salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan. Muhammad dan Ridwan Mas’ud, 2005 Salah satu sisi ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan Universitas Sumatera Utara pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah dalam arti seluas-luasnya. Padahal umat Islam Indonesia sebenarnya memiliki potensi dana yang sangat besar. Penunaian zakat bagi umat Islam Indonesia telah lama dilaksanakan sebagai dorongan pengamalan dan penyempurnaan ajaran agamanya, walaupun pelaksanaan dan pemberdayaannya masih bersifat tradisional, akan tetapi lambat laun dalam perkembangannya mulai disadari bahwa jumlah umat Islam yang mayoritas sebenarnya zakat merupakan sumber dana potensial namun belum dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, terpadu, optimal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ummat masyarakat. Zakat pada awalnya dikelola oleh Dewan Kesejahteraan Masjid DKM, kini dikelola secara profesional oleh Lembaga Pengelola Zakat. Pembentukan Lembaga Amil Zakat LAZ oleh DKM biasanya hanya beroperasi pada awal bulan Ramadan saja untuk menarik zakat fitrah. Selepas Ramadhan tuntas pula tugas LAZ. Dulu kita hanya mengenal zakat konsumtif. Zakat konsumtif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq penerima zakat untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan, seperti zakat fitrah yang dibagikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau zakat harta yang dibagikan kepada korban bencana alam seperti bencana gempa, banjir, tanah longsor. Kini, setelah adanya UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, memberi peluang besar untuk pengelolaan zakat oleh Lembaga Amil Zakat LAZ secara profesional. Dengan adanya UU tersebut saat ini bermunculan Lembaga Universitas Sumatera Utara Amil Zakat seperti Dompet Dhuafa, Rumah Zakat Indonesia, dll. Maka dikampanyekanlah zakat produktif. Dirjen Bimas Islam DEPAG RI 2003:111 menyatakan: Untuk usaha- usaha yang produktif, zakat dapat dijadikan suatu usaha untuk mengurangi kemiskinan, yang diharapkan suatu saat bisa menjadi muzakki wajib pajak bukan mustahiq lagi.www.bazdasumut.or.id Dengan banyaknya Lembaga Amil Zakat yang bermunculan tentu dapat memberikan angin segar dalam hal penanggulangan atau pengurangan angka kemiskinan, lembaga tersebut dapat menjadi mitra pemerintah untuk mengadakan penyuluhan terhadap penduduk miskin. Beban berat pemerintah dapat terkurangi, memutus mata rantai birokrasi pemerintah ketika akan mendistribusikan bantuan, karena biasanya setiap Lembaga Amil Zakat mempunyai pasukan relawan yang berfungsi sebagai penyalur atau distributor yang akan terjun langsung ke lapangan memberikan bantuan yang bersifat konsumtif biasanya dikemas dengan acara BaksosAksos dan pengobatan gratis dll.Untuk bantuan yang bersifat produktif biasanya lembaga zakat akan memberikan pendampingan, pendidikan, pengamatan, dan evaluasi terhadap usaha yang dikelola oleh mustahiq penerima zakat dengan tujuan sektor usaha tersebut dapat berjalan secara optimal, dan harapannya adalah usaha-usaha yang dibiayai oleh Lembaga Amil Zakat dapat meningkat sehingga tingkat kesejahteraan ekonomi mustahiq penerima zakat dapat meningkat. Tentunya dengan peningkatan usaha dan kesejahteraan tersebut akan terjadi perubahan kondisi dari mustahiq penerima manfaat menjadi muzakki Universitas Sumatera Utara orang yang wajib mengeluarkan zakat. Dan ini berarti aplikasi distribusi zakat tersebut sudah tepat guna dan sasaran. Karena itu, zakat memiliki kesempatan terbuka bagi suatu program pemberantasan kemiskinan secara efektif. Zakat perlu dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Quran yang paling relevan, misalnya tentang doktrin yang menghendaki jangan sampai terjadi konsentrasi kekayaan dan peredaran yang melingkar di sekitar golongan elite, juga hadist Nabi SAW yang menjelaskan fungsi zakat, yaitu mengalihkan kekayaan dari kelompok kaya ke golongan miskin. Ini berkaitan juga dengan ayat yang memerintahkan taawun kerja sama dalam kebaikan, fakkuraqabah membebaskan orang dari perbudakan, birr berbuat kebajikan umum, ihsan memperbaiki dan membaikan sesuatu, taamul miskin memberi kesempatan kepada orang-orang miskin untuk melakukan konsumsi terhadap kebutuhan yang paling dasar, dan sebagainya. Masalahnya adalah, bagaimana menyelenggarakan zakat secara efektif dan efesien. Salah satu yang menunjang kesejahteraan hidup di dunia dan menunjang hidup di akherat adalah adanya kesejahteraan sosial-ekonomi. Ini merupakan seperangkat alternatif untuk mensejahterakan masyarakat dari kemiskinan dan kemelaratan. Untuk itu perlu dibentuk lembaga-lembaga sosial Islam sebagai upaya untuk menanggulangi masalah sosial tersebut. Sehubungan dengan hal itu, maka zakat dapat berfungsi sebagai salah satu sumber dana sosial-ekonomi bagi umat Islam. Artinya pendayagunaan zakat yang dikelola oleh Badan Amil Zakat tidak hanya terbatas pada kegiatan- kegiatan tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi konvensional, tetapi dapat pula Universitas Sumatera Utara dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi umat, seperti dalam program pengentasan kemiskinan dan pengangguran dengan memberikan zakat produktif kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha. Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki dampak balik apapun kecuali ridha dan mengharap pahala dari Allah semata. Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat tidak ada sistem kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui: Pertama, zakat merupakan panggilan agama. Ia merupakan cerminan dari keimanan seseorang. Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya orang yang membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah membayar setiap tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. Ketiga, zakat secara empirik dapat menghapus kesenjangan sosial dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan. Yang mendorong masyarakat Islam melaksanakan pemungutan zakat di Indonesia ini antara lain adalah: 1. Keinginan umat Islam Indonesia untuk menyempurnakan pelaksanaan ajaran agamanya. Setelah mendirikan shalat, berpuasa selama bulan Ramadhan dan bahkan menunaikan ibadah haji ke Mekkah, umat Islam semakin menyadari perlunya penunaian zakat sebagai kewajiban agama; kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang mampu melaksanakannya karena telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Universitas Sumatera Utara 2. Kesadaran yang semakin meningkat di kalangan umat Islam tentang potensi zakat jika dimanfaatkan sebaik-baiknya, akan dapat memecahkan berbagai masalah sosial di Indonesia. 3. Usaha-usaha untuk mewujudkan pengembangan dan pengelolaan zakat di Indonesia makin lama makin tumbuh dan berkembang. Zakat yang diberikan kepada mustahiq penerima zakat akan berperan sebagai pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan produktif. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut. Pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana zakat sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimanya, dan supaya fakir miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya secara konsisten. Dengan dana zakat tersebut fakir miskin akan mendapatkan penghasilan tetap, meningkatkan usaha, mengembangkan usaha serta mereka dapat menyisihkan penghasilannya untuk menabung. Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila dilaksanakan Lembaga Amil Zakat karena LAZ sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberikan zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modal Universitas Sumatera Utara kerja sehingga penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri.Sartika,mila, 2008 Lembaga Amil Zakat Sumut BAZDASU Peduli menyalurkan dana zakat produktif pada suatu program yang kemudian dikembangkan yaitu Program Bina Sumut Makmur, program ini adalah program pemberdayaan pembinaan umat atau mustahiq produktif dengan memberikan bantuan modal usaha yang disalurkan untuk bantuan modal yang berupa uang dan Mudarabah sistem transaksi yang saling menguntungkan atau sesuai syariat dengan sistem bantuan modal yang berupa hewan ternak Seperti yang telah di diberikan BAZDASU kepada masyarakat di Desa Mesjid - Batang Kuis. Mustahiq dapat mengembangkan usaha mereka dan bisa meningkatkan pendapatan mereka Dengan berkembangnya usaha kecil menengah dengan modal berasal dari zakat akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti angka pengangguran bisa dikurangi, berkurangnya angka pengangguran akan berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat terhadap suatu produk barang ataupun jasa, meningkatnya daya beli masyarakat akan diikuti oleh pertumbuhan produksi, pertumbuhan sektor produksi inilah yang akan menjadi salah satu indikator adanya pertumbuhan ekonomi.

1.2. Perumusan masalah