Tingkat Pengetahuan Pengguna Lensa Kontak Terhadap Dampak Negatif Penggunaannya Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2007-2009

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNA LENSA KONTAK TERHADAP DAMPAK NEGATIF PENGGUNAANNYA PADA MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU ANGKATAN 2007-2009

Oleh:

FINERA WINDA S T 070100134

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNA LENSA KOTAK TERHADAP DAMPAK NEGATIF PENGGUNAANNYA PADA MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN USU ANGKTAN 2007-2009

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

FINERA WINDA S T 070100134

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan Pengguna Lensa Kontak Terhadap Dampak Negatif Penggunaannya Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2007-2009

Nama : Finera Winda S T Nim : 070100134

Pembimbing Penguji I

dr. Aryani A. Amra, Sp. M

NIP : 196405021992032003 NIP : 19708191999032001 dr. Nurfida K. A., M. Kes

Penguji II

NIP : 196303201989022001

dr. Rointan Simanungkalit, Sp. KK

Medan, 2010 Dekan,

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP : 19540220 198110 1 001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Alloh SWT Yang Maha Kuasa atas atas kasih sayang, nikmat, karunia, dan kehendak-Nya karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Salawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang dijalan-Nya.

Rasa cinta dan kasih sayang penulis, penulis sampaikan kepada Ayahanda Alm. Drs. H. M. H. Iralend Tobing, S.H., M.B.A., M.M. yang sangat penulis cintai sebagai motivasi terbesar penulis untuk terus berjuang, Ibunda tersayang Ida Bulan Siregar, S.H. yang selalu mencurahkan kasih sayang, doa, dan dukungan yang tidak akan pernah terbalas. Semoga Alloh senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Aryani A. Amra, Sp.M, selaku Dosen Pembimbing yang tulus meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.

4. Ibu dr. Masitha Dewi, Sp.M, selaku Dosen Pengganti Pembimbing yang tulus meluangkan waktu untuk membimbing dan mengajari penulis dalam menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah.


(5)

5. Bapak dr. Zulkifli, M.Si, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran yang konstruktif dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Ibu dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran yang konstruktif dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

7. Seluruh dosen dan pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas jasa-jasanya dalam memberikan bantuan selama perkuliahan. 8. Saudara-saudari kandung penulis Bang Ari, Kak Wulan, Kak Widya, Ridha,

Iman, dan Ira atas cinta, kasih sayang, dan kebersamaannya selama ini. 9. Sahabat terbaik penulis Kak Suci yang telah memberikan bantuan yang tidak

terkira, semoga kita tetap bersama.

10. Pembimbing mentoring penulis Kak Imah yang banyak memberikan waktu, tenaga, ilmu, dan motivasi yang tidak terhingga. Semoga kita tetap terikat dalam tali ukhuwah islamiyah.

11. Senior-senior penulis Kak Dina, Kak Aimi, dan Kak Swarna yang telah membantu penulis dalam penyelesaian proposal karya tulis ilmiah.

12. Teman-teman penulis Gebby Yohanna, Irfan, Michael, Nanda Bagus, Vina, Tina yang memberikan waktu, tenaga, ilmu, semangat, dan senyuman sehingga penulis bisa bersemangat dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Dan teman-teman seangkatan 2007 yang tidak tersebutkan satu per satu terima kasih atas persahabatan dan dukungannya selama ini.

13. Adik-adik penulis Sari, Naila, Sharlini, Widya, Uchty, Nungki, Siti, Dini, Irfah, Nindi yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data-data sampel, dan adik-adik yang tidak tersebutkan satu per satu terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Semoga kita tetap terikat dalam tali ukhuwah dakwah.

14. Dan orang yang paling terkasih, terima kasih atas perhatian dan kebersamaannya selama ini.


(6)

Penulis menyadari bahwa penelitian ini terdapat banyak sekali kekurangan. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak demi perkembangan dan kemajuan Civitas Akademika.

Medan, 25 November 2010 Penulis


(7)

ABSTRAK

Lensa kontak merupakan benda pengganti kacamata yang berfungsi untuk mengoreksi kelainan refraksi mata. Saat ini, banyak orang yang beralih dari menggunakan kacamata ke lensa kontak. Tahun 2004, tercatat 128 juta orang yang menggunakan lensa kontak di seluruh dunia dan ini akan meningkat setiap dekadenya. Penggunaan lensa kontak dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Dan mereka yang menggunakan lensa kontak berisiko untuk mendapatkan dampak negatif tersebut. Untuk dapat melakukan pencegahan dampak negatif tersebut, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pengetahuan pengguna lensa kontak.

Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional

study dan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling

dengan besar sampel sebanyak 57 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-November 2010 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya.

Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas tingkat pengetahuan responden berada pada kategori sedang 63,1%, kategori baik diperoleh sebesar 36,9%, dan kategori kurang diperoleh 0%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya berada pada kategori sedang. Masukan kepada Bagian Pendidikan FK USU untuk memberikan topik kuliah gejala klinis dan simptom dari dampak negatif penggunaan lensa kontak.

Kata kunci: Pengetahuan, Mahasiswa, Pengguna Lensa Kontak, Dampak Negatif Lensa Kontak


(8)

ABSTRACT

Contact lens is an alternative spectacles used to correct refractive errors. A now days, many people are switching from spectacles to contact lens. In 2004, there are 128 millions of people were using contact lens in the whole world and it will be increasing each decade. Contact lens wear can cause numerous side effects. And who wears contact lens that they have risk to suffer it. To be able to prevent it, one of influencing factor is knowledge of contact lens user.

This research method is descriptive with cross sectional study approach and the sample withdrawal is done by using a stratified random sampling technique with total sample of 57 people. The research was done from March-November 2010 and data was collected by using quetionnary.

The aim of this study is to know knowledge among students of the medical faculty in The University of North Sumatera who uses contact lens about side effect of contact lens wear.

The experiment’s result shows that the majority of respondent’s knowledge towards side effect of contact lens wear is moderate category which is 63,1%, the good category is 36,9%, and the less category is 0%.

The conclusion from this research is level of knowledge among students of the medical faculty in The University of North Sumatera who uses contact lens towards it is moderate category. By doing this research, hopefully this will be an input to Education Departement of Medical Faculty so that in the future, there will be a topic lecturing in various clinical signs and symptoms about side effects of contact lens wear.

Key words: Knowledge, University Student, Contact Lens User, Side Effect of Contact Lens.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Abstrak ... vi

Abstract ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ………...…... xi

Daftar Singkatan ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Definisi Lensa Kontak ... 4

2.2. Klasifikasi Lensa Kontak ... 4

2.3. Indikasi Penggunaan ... 5

2.4. Kontraindikasi ... 6

2.5. Dampak Negatif Akibat Penggunaan Lensa Kontak ... 7

2.5.1. Ketidakuntungan Penggunaan Lensa Kontak ... ... 7

2.5.2. Komplikasi ... 7

2.6. Manajemen ... 11

2.6.1. Terapeutik ... 11

2.6.2. Prevensi ... 13

2.7. Pengetahuan ... 14


(10)

2.7.2. Faktor-Faktor Pengetahuan ... 15

2.7.3. Indikator Pengetahuan ... 16

BAB 3 KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 17

3.2. Definisi Operasional ... 17

3.2.1. Definisi ... 17

3.2.2. Cara Ukur ... 17

3.2.3. Alat Ukur ... 17

3.2.4. Kategori ... 17

3.2.5. Skala Pengukuran ... 18

BAB 4 METODE PENAMPILAN ... 19

4.1. Rancangan Penelitian ... 19

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.3.1. Populasi ... 19

4.3.2. Sampel ... 19

4.3.3. Besar Sampel ... 19

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 20

4.5. Metode Analisis Data ... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 21

5.1. Hasil Penelitian ... 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 22

5.1.3. Hasil Analisis Data ... 23

5.2. Pembahasan ... 25

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29


(11)

DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin dan Umur ... 22 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Tingkat Stambuk ... 23 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Tingkat Pengetahuan ... 23 5.4.

5.5.

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan Tingkat Stambuk ... Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban

24


(13)

DAFTAR SINGKATAN

RGP = Rigid Gas-Permeable

GPC = Giant Papillary Conjunctivitis

NSAID = Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drug SPSS = Statistical Product and Service Solution


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian Lampiran 4 Informed Consent

Lampiran 5 Uji Validasi

Lampiran 6 Data Induk dan Master Data Hasil Penelitian Lampiran 7 Ethical Clearence


(15)

ABSTRAK

Lensa kontak merupakan benda pengganti kacamata yang berfungsi untuk mengoreksi kelainan refraksi mata. Saat ini, banyak orang yang beralih dari menggunakan kacamata ke lensa kontak. Tahun 2004, tercatat 128 juta orang yang menggunakan lensa kontak di seluruh dunia dan ini akan meningkat setiap dekadenya. Penggunaan lensa kontak dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Dan mereka yang menggunakan lensa kontak berisiko untuk mendapatkan dampak negatif tersebut. Untuk dapat melakukan pencegahan dampak negatif tersebut, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pengetahuan pengguna lensa kontak.

Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional

study dan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling

dengan besar sampel sebanyak 57 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-November 2010 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya.

Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas tingkat pengetahuan responden berada pada kategori sedang 63,1%, kategori baik diperoleh sebesar 36,9%, dan kategori kurang diperoleh 0%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya berada pada kategori sedang. Masukan kepada Bagian Pendidikan FK USU untuk memberikan topik kuliah gejala klinis dan simptom dari dampak negatif penggunaan lensa kontak.

Kata kunci: Pengetahuan, Mahasiswa, Pengguna Lensa Kontak, Dampak Negatif Lensa Kontak


(16)

ABSTRACT

Contact lens is an alternative spectacles used to correct refractive errors. A now days, many people are switching from spectacles to contact lens. In 2004, there are 128 millions of people were using contact lens in the whole world and it will be increasing each decade. Contact lens wear can cause numerous side effects. And who wears contact lens that they have risk to suffer it. To be able to prevent it, one of influencing factor is knowledge of contact lens user.

This research method is descriptive with cross sectional study approach and the sample withdrawal is done by using a stratified random sampling technique with total sample of 57 people. The research was done from March-November 2010 and data was collected by using quetionnary.

The aim of this study is to know knowledge among students of the medical faculty in The University of North Sumatera who uses contact lens about side effect of contact lens wear.

The experiment’s result shows that the majority of respondent’s knowledge towards side effect of contact lens wear is moderate category which is 63,1%, the good category is 36,9%, and the less category is 0%.

The conclusion from this research is level of knowledge among students of the medical faculty in The University of North Sumatera who uses contact lens towards it is moderate category. By doing this research, hopefully this will be an input to Education Departement of Medical Faculty so that in the future, there will be a topic lecturing in various clinical signs and symptoms about side effects of contact lens wear.

Key words: Knowledge, University Student, Contact Lens User, Side Effect of Contact Lens.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lensa kontak merupakan suatu hasil perkembangan teknologi di bidang oftalmologi yang digunakan sebagai alternatif pengganti kacamata untuk mengatasi kelainan refraksi mata. Ide pertama sekali pembuatan lensa kontak dikemukakan oleh Leonardo Da Vinci pada tahun 1508 (Chrismer, 2010). Perkembangan dan penggunaan lensa kontak semakin pesat, baik di negara maju maupun negara berkembang. Saat ini, telah tersedia beragam jenis lensa kontak. Pada tahun 1994-1997, diperkirakan prevalensi pengguna lensa kontak sekitar 28 juta orang di Amerika Serikat dan sekitar 17 juta orang di United Kingdom dan akan terjadi peningkatan setiap dekade. Dengan rincian jenis lensa kontak yang digunakan sekitar 14 juta orang, untuk lensa tipe RGP (Rigid Gas-Permeable) 639.000 orang, daily-wear soft contact lens 713.000 orang, extended-wear 24.000 orang, dan selebihnya menggunakan extended-wear disposable soft lens (Cheng, 1999). Sedangkan pada tahun 2004, diketahui pengguna lensa kontak di Amerika serikat sekitar 38 juta orang, dan rata-rata pengguna lensa kontak di seluruh dunia sekitar 128 juta orang, dan sekitar 13,2 juta orang pengguna lensa kontak berusia antara 18 sampai 34 tahun (Barr, 2005). Sedangkan prevalensi pengguna lensa kontak pada mahasiswa kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2009 menunjukkan ada sekitar 115 pengguna lensa kontak dari 1306 mahasiswa (Somanathan, 2009).

Berdasarkan American Optometric Association, alasan orang memilih menggunakan lensa kontak daripada kacamata karena lensa kontak mengikuti pergerakan bola mata dan tidak sedikitpun mengurangi lapangan pandang mata, sehingga tidak mengganggu penglihatan, memperindah penampilan, nyaman, lebih terang, tidak ada bingkai yang mengganggu pandangan mata, mengurangi distorsi, tidak berkabut, tidak mudah terkena air hujan, dan tidak menghalangi aktivitas.


(18)

Tetapi penggunaan lensa kontak menimbulkan banyak dampak negatif yang perlu diwaspadai, terlebih jika tidak mengikuti aturan pemakaian. Seperti gangguan metabolisme mata (hypoxia), kerusakan stroma, trauma endotel, timbulnya toksik dan alergi, keratitis steril, keratitis mikroba, gangguan aliran airmata, dan distorsi kornea mata. Tetapi yang paling sering timbul adalah neovaskularisasi pada kornea mata akibat hypoxia dan keratitis yang disebabkan bakteri timbul akibat adanya stres dari penggunaan lensa kontak (Dart, 1999).

Menurut Seal (1999) dalam Moriyama (2008), insidensi keratitis yang disebabkan bakteri meningkat setiap dekadenya seiring dengan peningkatan populasi pengguna lensa kontak. Diperkirakan insidensi keratitis ini yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak sekitar 1,8 sampai 2,44 per 10.000 pengguna lensa kontak/tahun.

Dari satu hasil penelitian, selama januari 2002 sampai desember 2007 di Brazil, ada 2455 pasien yang kikisan kornea matanya dianalisis di Laboratorium Mikrobiologi Mata (UNIFESP/EPM) dengan diagnosis keratitis. Dari 2455 pasien terdapat 366 pasien adalah pengguna lensa kontak dengan rata-rata umur 9-84 tahun dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 1:1,26. Ditemukan 69,46% yang terinfeksi bakteri dengan prevalensi bakteri gram positif 41,20%, bakteri gram negatif 21,72%, sedangkan acanthamoeba keratitis 39,75%, dan yang terinfeksi jamur 1,67%. Agen-agen mikroba yang paling sering menyebabkan keratitis dari bakteri gram positif adalah coagulase-negative staphylococcus (67,27%), Corynebacterium sp (18,18%), Staphylococcus aureus (9,09%),

Streptococcus sp (3,6%), dll (1,8%). Bakteri gram negatif yang tersering adalah Pseudomonas sp (55,17%), Pseudomonas aeruginosa (22,4%), Pseudomonas fluorescens (7%), Serratia sp (25,86%), Enterobacter aerogenes (8,62%), Klebsiella sp (1,72%), Proteus mirabilis (1,72%), Citrobacter freundii (1,72%), Achromobacter xyloxidans (1,72%), Alcaligenes sp (1,72%), Moraxella sp

(1,72%), sedangkan penyebab jamur yang tersering adalah Candida sp (75%), dan

Aureobasidium pullulans (25%) (Moriyama, 2008).

Dari data statistik diatas dapat diketahui bahwa penggunaan lensa kontak semakin meningkat setiap dekade dan memiliki risiko yang tinggi untuk


(19)

terjadinya keratitis. Namun, di Fakultas Kedokteran belum ada penelitian tentang tingkat pengetahuan mahasiswa yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak-dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaannya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelititan ini.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas didapati masalah sebagai berikut:

Seberapa besar pengetahuan pengguna lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Diketahuinya tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya angkatan 2007-2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui kategori tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya berdasarkan tingkat stambuk.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang community research

program, sehingga menambah kemampuan peneliti untuk melakukan

penelitian.

2. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari setiap jenis lensa kontak yang tersedia.

3. Menambah pengetahuan jenis-jenis mikroba yang dapat menyebabkan keratitis akibat penggunaan lensa kontak.

4. Dapat mengetahui dan melakukan prevensi dari dampak negatif penggunaan lensa kontak khususnya pengguna lensa kontak.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi Lensa Kontak

Lensa kontak adalah penutup dari kaca atau plastik yang melengkung digunakan langsung diatas bola mata atau kornea mata untuk memperbaiki kesalahn refraksi mata (Anderson, 2007).

1.2. Klasifikasi Lensa Kontak

Klasifikasi lensa kontak beserta keuntungan dan kelemahannya berdasarkan American Optometric Association:

1. Rigid gas-permeable (RGP)

Terbuat dari plastik tipis yang fleksibel yang mempermudah masuknya oksigen ke mata.

Keuntungan: penglihatan lebih baik, waktu berdaptasi pendek, nyaman, mengoreksi hampir seluruh kelainan refraksi mata, mudah digunakan dan disimpan, jangka penggunaannya relatif lama, tersedia dalam berbagai warna, dan bifokal.

Kelemahan: lebih mudah terlepas pada pusat mata daripada tipe yang lain, debris lebih mudah menempel pada lensa, memerlukan penggunaan yang konsisten dan pemeriksaan kesehatan mata.

2. Daily-wear soft lens

Terbuat dari plastik yang lembut dan fleksibel, yang mempermudah masuknya oksigen ke mata.

Keuntungan: waktu beradaptasi sangat pendek, lebih nyaman dan tidak mudah terlepas seperti RGP, tersedia dalam berbagai warna dan bifokal, baik untuk yang selalu menjaga penampilan.

Kelemahan: tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, penglihatan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP, lensanya mudah berminyak dan harus diganti, dan memerlukan perawatan yang intensif.


(21)

3. Extended-wear

Digunakan pada malam hari, tersedia dalam jenis soft lens dan RGP. Keuntungan: bisa dipakai selama 7 hari tanpa dilepas.

Kelemahan: tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, risiko komplikasi meningkat, memerlukan pemeriksaan kesehatan mata yang rutin, dan pelayanan yang profesional.

4. Extended-wear disposable

Digunakan dalam waktu berjangka, dari hari pertama sampai 6 hari kemudian diganti.

Keuntungan: tidak perlu dibersihkan, memiliki risiko yang rendah jika digunakan sesuai petunjuk, tersedia dalam berbagai warna, bifokal, dan sebagai lensa cadangan.

Kelemahan: Penglihatan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP, tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, dan perawatannya lebih sulit.

5. Planed replacement

Lensa ini digunakan secara berjangka sebagai pengganti dari soft lens, kebanyakan digunakan lebih dari 2 minggu, sebulan atau 4 bulan.

Keuntungan: mudah dibersihkan dan tidak mudah terkena infeksi, baik untuk mata yang sehat, tetapi harus dengan resep dokter.

Kelemahan: penglihatan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP, tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, dan perawatannya lebih sulit.

1.3. Indikasi Penggunaan

Indikasi-indikasi penggunaan lensa kontak:

1. Indikasi optik, termasuk untuk anisometropia, aphakia unilateral, myopia yang berminus tinggi, keratokonus dan astigmatisma irreguler. Lensa kontak dapat digunakan oleh setiap orang yang memiliki kelainan refraksi mata dengan tujuan kosmetik.


(22)

a. Penyakit pada kornea, contohnya ulkus kornea non-healing, keratopathi bullousa, keratitis filamentari, dan sindrom erosi kornea yang rekuren.

b. Penyakit pada iris mata, contohnya aniridia, koloboma, albino untuk menghindari kesilauan cahaya.

c. Pada pasien glukoma, lensa kontak digunakan sebagai alat pengantar obat.

d. Pada pasien ambliopia, lensa kontak opak digunakan untuk oklusi. e. Bandage soft contact lenses digunakan untuk keratoplasti dan perforasi

mikrokornea.

3. Indikasi preventif, digunakan untuk prevensi simblefaron dan restorasi forniks pada penderita luka bakar akibat zat kimia, keratitis, dan trichiasis. 4. Indikasi diagnostik, termasuk selama menggunakan gonioskopi,

elektroretinografi, pemeriksaan fundus pada astigmatisma irreguler, fundus fotografi, dan pemeriksaan goldmann’s 3 bayangan.

5. Indikasi operasi, lensa kontak digunakan selama operasi goniotomi untuk glukoma kongenital, vitrektomi, fotokoagulasi endokular.

6. Indikasi kosmetik, termasuk skar pada kornea mata yang menyilaukan mata (lensa kontak warna), ptosis, lensa sklera kosmetik pada phthisis

bulbi.

7. Indikasi occupational, termasuk olahragawan, pilot, dan aktor (Kharuna, 2007).

1.4. Kontraindaksi

Pengguanaan lensa kontak dikontraindikasikan pada orang yang memiliki gangguan mental dan tidak ada gairah hidup, blepharitis kronik dan styes rekuren, konjungtivitis kronis, dry-eye syndrome, distrofi dan degenarasi kornea mata, penyakit yang rekuren seperti episkleritis, skleritis, dan iridocyclitis (Kharuna, 2007).


(23)

1.5. Dampak Negatif Akibat Penggunaan Lensa Kontak 1.5.1. Ketidakuntungan Penggunaan Lensa Kontak

Penggunaan lensa kontak mempengaruhi mekanik dan metabolik kornea: 1. Pengaruh mekanik terhadap kornea mata adalah mudah untuk terjadinya

perubahan refraksi mata secara transien. Kekaburan kacamata adalah hasil dari kacamata yang tidak dapat mengoreksi dengan tepat setelah perubahan lensa mata secara tiba-tiba. Lensa kontak membutuhkan pembersihan sehari-hari dan desinfeksi dengan hati-hati. Ini lebih sulit, penggunaannya berperiode, dan lebih mahal dibandingkan menggunakan kacamata.

2. Pengaruh metabolik terhadap kornea mata adalah bahan-bahan makromolekular yang terperangkap dan menyerap protein, kemudian protein memecah bahan-bahan tersebut. Substansi berat molekul yang rendah seperti obat, desinfeksi, bakteri, dan jamur. Komplikasi yang serius dapat terjadi jika perawatan sehari-hari lensa kontak tidak adekuat. Lensa kontak memiliki ambang batas permeabilitas terhadap oksigen, terutama

soft lens, ini akan mempengaruhi metabolisme kornea. Lensa kontak tidak

dianjurkan digunakan pada orang yang memiliki simptom

keratoconjunctivitis sicca (Lang, 2000).

2.5.2. Komplikasi

Komplikasi yang timbul pada bagian-bagian mata akibat penggunaan lensa kontak adalah:

1. Kelopak mata

a. Giant papillary conjunctivitis (GPC) adalah komplikasi yang tersering

timbul akibat penggunaan soft lens. Ini timbul akibat salah satu dari 3 faktor yaitu peningkatan frekuensi pemakaian lensa, penurunan lama pemakaian lensa kontak, perubahan larutan pembersih yang kuat. Untuk lensa RGP, ia mudah berpindah dari kornea ke forniks atas. Jika tidak dapat dideteksi, maka lensa akan mengikis forniks melewati konjungtiva dan membawanya ke dalam jaringan yang lembut di kelopak mata, dan akan menimbulkan gejala yang relatif


(24)

asimptomatik. Akibatnya, jaringan yang disekitar lensa kontak akan mengalami iritasi dan inflamasi, dan menimbulkan abses yang steril. Lensa yang dianggap sebagai benda asing akan terbentuk jaringan granulasi disekitar lensa, dan membungkusnya seperti bentuk kista. b. Ptosis, ini timbul akibat adanya massa pada lensa, skar, jaringan

fibrosa di kelopak mata. Lensa kontak yang menempel pada kornea mata juga akan membentuk skar dan kontraksi pada jaringan kelopak mata yang mengakibatkan retraksi pada kelopak mata. Ptosis juga dapat timbul akibat dari giant papillary conjunctivitis yang berat. 2. Konjungtiva

a. Alergi kontak merupakan reaksi hipersensitivitas dermatitis kontak akibat dari zat-zat kimia host yang didapati dari larutan lensa kontak. Manifestasi klinisnya adalah rasa gatal yang diikuti dengan adanya injeksi, rasa terbakar, merah, berair, secret mukoid, dan chemosis. Sebagai tambahan kelopak mata bisa edema dan eritema.

b. GPC, rata-rata 1-3% pengguna lensa kontak akan mendapatkan simptom GPC yang kompleks, terdiri dari injeksi konjungtiva, sekret mukoid, gatal, debris pada tear film, lapisan lensa, pandangan kabur, dan pergerakan lensa yang berlebihan.

c. Contact lens-induced superior limbic keratoconjunctivits (CL-ISLK)

merupakan suatu reaksi imun pada konjungtiva perifer. Manifestasi klinisnya adalah penebalan konjungtiva, eritema, dan timbul berbagai warna pada konjungtiva bulbaris superior. Sel epitelium keratinisasi akan berisi banyak sel-sel goblet yang diinvasi oleh neutrofil. Akibatnya akan terasa seperti ada benda asing, fotofobia, berair, rasa terbakar, gatal, dan penurunan akuitas visual.

3. Epitelium kornea

a. Kerusakan epitel yang mekanik. Lensa kontak merupakan banda asing yang akan menggosok kornea dan menekan epitel kornea setiap mengedipkan mata sepanjang hari dan menimbulkan abrasi kornea. Jika tidak dikenali dan diobati akan mengakibatkan stres pada epitel


(25)

yang kronis. Kerusakan epitel akan memudahkan bakteri menempel pada kornea dan mengakibatkan infeksi stroma, serta menstimulus sub-epitel fibrosa tanpa adanya infeksi.

b. Chemical epithelial defect. Berbagai larutan kimia lensa kontak akan

menimbulkan kerusakan epitel ditandai dengan adanya erosi. Larutan pembersih surfaktan biasanya akan menyebabkan nyeri, merah, fotopobia, dan berair, segera setelah dibersihkannya lensa. Gejala ini akan hilang dalam 1-2 hari. Jika hidroksi peroksida diteteskan ke mata, maka akan timbul gelembung-gelembung gas pada intra-epitel dan sub-epitel. Gelembung ini terlihat dan menyebabkan hilangnya penglihatan secara signifikan yang bersifat temporer, dan hidroksi peroksida juga menyebabkan perubahan refraksi permanen dan larutan desinfeksi kimia dapat merusak epitel yang tidak terlihat dan bersifat intermiten.

c. Hypoxia. Kebutuhan oksigen di kornea mata dipengaruhi karena

lapisan lensa kontak mengurangi jumlah oksigen yang masuk. Hipoksia yang ringan mengakibatkan edema epitel dan penglihatan kabur yang temporer, sedangkan hipoksia berat akan terjadi kematian sel-sel epitel dan deskuamasi. Pengguna tidak merasa nyaman, penurunan penglihatan temporer, dan fotopobia. Salah satu tanda hipoksia kornea kronis adalah adanya neovaskularisasi superfisial terutama sepanjang limbus superior. Epitel kornea yang lebih tipis dibandingkan lensa kontak menyebabkan hipoksia yang kronis dan menurunkan aktivitas mitosis. Pembentukan sel-sel epitel menurun, ukurannya membesar, dan memudahkan menempelnya Pseudomonas

aeruginosa pada permukaan sel epitel.

d. Reaksi imun superfisial. Variasi larutan lensa kontak dapat menimbulkan toksik superfisial atau reaksi imun. Ditandai dengan adanya keratophati, injeksi konjungtiva, berair, gatal, dan chemosis.


(26)

4. Stroma kornea

a. Infiltrat steril. Penggunaan lensa kontak akan menginduksi terjadinya keratitis steril, dengan onset adanya infiltrat pada stroma anterior atau leukosit polimorfonuklear di sub-epitel dan sel mononuklear di perifer kornea secara tiba-tiba. Berdiameter 0,1-2 mm, tunggal atau berkelompok, dengan bentuk bulat, oval, dan menempel pada sel epitel yang menyebabkan kerusakan epitel. Manifestasi klinisnya adalah nyeri ringan, inflamasi pada anterior chamber yang minim, kerusakan epitel, kemudian terbentuk ulkus.

b. Infeksi kornea (keratitis). Disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa (acanthamoeba keratitis). Infeksi bakteri biasanya timbul di kelopak mata dan kelenjar air mata. Penggunaan lensa kontak mengganggu pertukaran air mata, sehingga air mata terkumpul di kornea mata. Selain itu, ketebalan epitel menurun, pergantian sel menurun dan terjadi deskuamasi, sehingga meningkatkan risiko infeksi bakteri pada sel epitel. Gejala awal tidak begitu kelihatan, tetapi gejala yang mungkin ada seperti berair dan sedikit sulit mengedipkan mata. Bakteri yang sering menimbulkan infeksi kornea mata adalah P. aeruginosa,

Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Infeksi ini

biasanya berasal dari larutan lensa kontak yang terkontaminasi. Infeksi bakteri yang akut biasanya terjadi dalam waktu 24 jam dengan simptom nyeri, fotopobia, berair, sekret purulen, dan penurunan penglihatan. Awalnya infiltrat stroma berwarna putih kekuningan yang berkembang di bawah sel epitel yang rusak diikuti adanya reaksi di

anterior chamber dan injeksi konjungtiva. Setelah itu, berkembang

menjadi edema epitel kemudian menjadi nekrosis. Dilaporkan di

United State dan Netherland, bahwa infeksi kornea mata memiliki

risiko yang paling sering ditimbulkan akibat penggunaan lensa kontak dalam 2 dekade terakhir ini.

c. Acanthamoeba keratitis merupakan infeksi yang sulit untuk diterapi.


(27)

larutan tersebut telah terkontaminasi oleh acanthamoeba. Manifestasi klinis awal yang timbul adalah adanya sensasi benda asing, penglihatan kabur yang ringan, dan merah. Kemudian diikuti rasa nyeri yang progresif, injeksi konjungtiva, epitelnya kasar, dan pada pemeriksaan dengan senter terlihat adanya penebalan saraf-saraf kornea mata. Infeksi ini bersifat progresif, berat, dan bentuk infiltratnya seperti cincin di sentral.

d. Mata merah akut (tight lens syndrome). Lensa kontak dapat menebalkan mata dan sebagai tanda adanya inflamasi stroma difus dan reaksi pada anterior chamber. Manifestasi klinisnya adalah rasa nyeri, fotopobia, injeksi, dan berair baik akut maupun kronik.

e. Kikisan kornea mata (corneal warpage). Selama menggunakan lensa kontak akan terjadi perubahan kontur kornea. Corneal warpage menyebabkan astigmatisma irreguler, dan ini dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata.

f. Contact lens-induced keratoconus. Hubungan antara keratokonus

dengan lensa kontak masih kontroversi. Persentasi yang tinggi (20-30%) penderita keratokonus didiagnosis akibat dari penggunaan lensa kontak, tetapi bagaimanapun tidak ada penyebab yang berhubungan langsung dengan penyakit tersebut.

5. Endotel kornea mata

Penggunaan lensa kontak juga berhubungan dengan endotel kornea mata. Pengguna memiliki variasi ukuran sel endotel (polymegethism) dan peningkatan frekuensi sel non-heksagonal (polymorphism) lebih tinggi daripada yang menggunakan lensa kontak (Ventocilla, 2010).

2.6. Manajemen 2.6.1. Terapeutik

Dibawah ini obat-obatan yang digunakan, berdasarkan penyebab mikroba dari infeksi kornea:


(28)

1. Jika penyebab bakteri tidak teridentifikasi, tetapi ada ulkus yang diduga sebagai akibat dari nifeksi bakteri, maka diberi moxifloxacin, gatifloxacin, atau tobramycin dengan cefazolin. Terapi alternatifnya adalah ciprofloxacin, levofloxacin, oxfloxacin, gentamicin, ceftadizime, atau ceftacidime.

2. Gram-positif kokus; kapsul berbentuk tajam = S. Pneumponia. Inisial terapi: moxifloxacin, gatifloxacin, atau cefazolin. Terapi alternatifnya adalah levofloxacin, oxfloxacin, penicillin G, vancomycin, atau ceftaxidim.

3. Gram-positif kokus; methacilin-resistant S. aureus (MRSA). Inisial terapinya adalah vancomycin.

4. Batang gram negatif = Pseudomonas. Inisial terapi adalah moxifloxacin, gatifloxacin, ciprofloxacin, tobramycin, atau gentamicin. Terapi alternatifnya adalah golongan fluoroquinolones, polymyxin B, atau carbenicillin.

5. Batang gram negatif, besar, square-ended diplobasil = Moraxella. Inisial terapinya adalah moxifloxacin, gatifloxacin, atau ciprofloxacin. Terapi alternatifnya adalah tobramycin atau gentamicin dengan cefazolin, atau penisilin G.

6. Batang gram negatif yang lain. Inisial terapi; moxifloxacin, gatifloxacin, atau tobramycin. Terapi alternatifnya adalah ceftazidim, gentamicin, atau carbenicillin.

7. Jika penyabab mikroba tidak teridentifikasi, tetapi ada ulkus yang diduga sebagai akibat dari infeksi jamur, maka diberi; natamycin atau voriconazole. Terapi alternatif; amphotericin B, nystatin, miconazole, atau flucytosine.

8. Candida sp adalah organisme mirip seperti ragi. Inisial terapi voriconazole

atau amphotericin B.Terapi alternatifnya adalah amphotericin B, nystatin, miconazole, atau flucytosine.


(29)

9. Ulkus jamur adalah organisme mirip seperti hifa (benang halus). Inisial terapi adalah natamycin atau voriconazole. Terapi alternatifnya adalah amphotericin B atau nystatin.

10. Kista, tropozoit = Acanthamoeba. Inisial terapi; propamidine dan/atau polyhexamethylene biguanide. Terapi alternatifnya adalah chlorhexidine atau neomycin (Lange, 2007).

11. Jika mata mengalami keratitis, maka malam hari dapat diterapi dengan baik dan lindungi kornea mata dari kekeringan. Sebagai tambahan berikan lubrikasi pada kornea mata berupa tetes mata atau salap mata sebelum tidur.

12. Jika terjadi reaksi kornea mata terhadap larutan lensa kontak, maka hentikan segera penggunaan lensa kontak, obati dan lakukan monitoring (langsung dokter mata yang melakukannya) serta sebagai tambahan berikan topikal steroid atau NSAID jika diduga tidak ada infeksi pada mata (Mezu-Nnabue, 2009).

2.6.2. Prevensi

Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penggunaan lensa kontak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan menurut American

Optometric Association:

1. Selalu mencuci tangan sebelum menggunakan lensa kontak.

2. Bersihkan lensa kontak dengan hati-hati secara rutin, gosok lensa kontak dengan menggunakan jari-jari tangan dan bilas dengan air bersih sebelum merendam lensa kontak dalam larutan multi-fungsi pada malam hari. 3. Simpan lensa yang digunakan dalam kotak penyimpanan dan ganti kotak

tersebut setiap 3 bulan. Selain itu, bersihkan kotak setelah menggunakannya.

4. Gunakan produk-produk yang telah disarankan oleh dokter mata anda untuk membersihkan dan mendesinfeksi lensa kontak anda.

5. Selalu ikuti rekomendasi lensa kontak yang telah direncanakan oleh dokter mata anda.


(30)

7. Lakukan pemeriksaan mata dan lensa kontak anda secara rutin kepada dokter mata anda.

2.7. Pengetahuan 2.7.1. Definisi

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu ransangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sutau spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan termasuk ke dalam struktur organisasi tersebut. e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


(31)

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).

2.7.2. Faktor-Faktor Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b. Umur

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

c. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

d. Keyakinan

Biasanya keyakinan secara turun-temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.


(32)

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

f. Penghasilan

Pengahasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. g. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan diatas (Notoatmodjo, 2003).

2.7.3. Indikator Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang, ada beberapa indikator yang dapat digunakan dan dikelompokkan menjadi:

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan dan kemana mencari pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan suatu penyakit.

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat meliputi jenis-jenis makanan bergizi, manfaat makanan bergizi bagi kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya merokok, minuman keras, narkoba dsb, pentingnya istirahat yang cukup, relaksasi, dsb.

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih, cara pembuangan limbah sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat, dan akibat yang ditimbulkan polusi bagi kesehatan (Notoatmodjo, 2003)


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel independen Variabel dependen

3.2. Definisi Operasional 3.2.1 Definisi

a. Pengetahuan pengguna lensa kontak adalah hasil dari tahu dan pengalaman orang yang menggunakan penutup dari kaca atau plastik yang melengkung digunakan langsung di atas kornea mata untuk mengoreksi kesalahan refraksi mata.

b. Tingkat stambuk adalah jenjang pendidikan seseorang dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

d. Dampak negatif adalah segala hal yang bersifat merugikan dalam menggunakan lensa kontak.

3.2.2. Cara Ukur: wawancara

3.2.3. Alat Ukur: kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan

dengan beberapa pilihan jawaban: a. Jawaban yang benar diberi skor 1 b. Jawaban yang salah diberi skor 0

3.2.4. Kategori

Tingkat pengetahuan akan dikategorikan sebagai berikut (Pratomo, 1990): a. Pengetahuan baik (skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi) b. Pengetahuan sedang (skor jawaban responden 40-75% dari nilai tertinggi)

Pengetahuan pengguna lensa kontak berdasarkan tingkat stambuk

Dampak Negatif Penggunaannya


(34)

c. Pengetahuan kurang (skor jawaban responden < 40% dari nilai tertinggi)


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan rancangan studi

cross-sectional yaitu mengetahui tingkat pengetahuan pengguna lensa kontak

terhadap dampak negatif penggunaannya pada Mahasiswa FK USU stambuk 2007-2009.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, penelitian dilakukan selama bulan Maret-November 2010, sedangkan pengambilan dan pengumpulan data dilakukan pada bulan September-November 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2007, 2008, dan 2009 yang menggunakan lensa kontak.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling. Adapun kriteria inklusi adalah mahasiswa yang menggunakan lensa kontak, sedangkan kriteria eksklusi pada sampel ini adalah mahasiswa yang tidak bersedia menjawab kuesioner.

4.3.3. Besar Sampel

Besar sampel ditentukan dengan rumus populasi < 10.000 (Notoatmodjo, 2005):


(36)

Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan, pada penelitian ini dipakai d = 0,1 Perhitungan:

Dari hasil perhitungan diatas, didapati besar sampel mehasiswa yang menggunakan lensa kontak di FK USU sebanyak 52,83 orang sebagai sampel minimal. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 57 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pada awal penelitian diperlukan data primer berupa data umum populasi Mahasiswa FK USU stambuk 2007, 2008, dan 2009 yang menggunakan lensa kontak dari setiap kelas tutorial. Terlebih dahulu kuesioner telah dilakukan uji validitas untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid). Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antara setiap skor tiap-tiap pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Untuk menguji validitas kuesioner menggunakan program SPSS (Statistical Product and

Service Solution). Untuk tiap-tiap pertanyaan yang tidak valid harus dibuang atau

tidak dipakai sebagai instrumen pertanyaan. Setelah dilakukan uji validitas, maka didapati pertanyaan yang valid untuk tingkat pengetahuan.

4.5. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS.


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses Pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan

menggunakan instrumen kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan dibawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No. 5 Medan, Indonesia dimana fakultas ini merupakan salah satu fakultas kebanggaan di Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran USU dibuka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru dengan batas wilayah:

a. Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c. Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki berbagai ruangan yaitu kelas kuliah dan tutorial, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, pendopo, mushola, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, tempat fotokopi dan parkir. Fakultas ini menerima mahasiswa baru lebih dari 400 orang setiap tahunnya yang dapat masuk melalui jalur PMP, UMB Kemitraan, UMB-SPMB, SNMPTN, Mandiri, dan Internasional dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak Universitas.


(38)

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Pada penelitian ini jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan, serta umur tidak di batasi. Karena dalam penelitian ini, peneliti hanya ingin melihat tingkat pengetahuan pengguna lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya, dan peneliti tidak membandingkan pengetahuan tentang dampak negatif penggunaan lensa kontak berdasarkan jenis kelamin dan umur.

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

Variabel Frekuensi (n) Persen (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 2 3,5

Perempuan 55 96,5

Umur

17 3 5,3

18 6 10,5

19 15 26,3

20 16 28,1

21 12 21,1

22 1 1,8

23 2 3,5

24 1 1,8

25 1 1,8

Total 57 100,0

Mayoritas responden yang menggunakan lensa kontak adalah berjenis kelamin perempuan yaitu 55 orang (96,5%) dan responden laki-laki hanya 2 orang (3,5%). Pengguna lensa kontak yang terbanyak berumur 20 tahun (28,1%) dan hanya 1,8 % berusia 22 tahun, 24 tahun, dan 25 tahun.


(39)

Tabel 5.2.

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Stambuk

Stambuk Frekuensi (n) Persen (%)

2007 19 33,3

2008 18 31,6

2009 20 35,1

Total 57 100,0

Dari data diatas, mayoritas responden yang menggunakan lensa kontak adalah stambuk 2009 sebanyak 20 orang (35,1%), stambuk 2007 sebanyak 19 orang (33,3%), dan paling sedikit adalah stambuk 2008 berjumlah 18 orang (31,6%).

5.1.3. Hasil Analisis Data

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori

yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang responden akan dikatakan baik jika menjawab 8-10 pertanyaan dengan benar, sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan sedang jika menjawab 4-7 pertanyaan dengan benar dan dikatakan berpengetahuan kurang jika hanya menjawab lebih kecil sama dengan 3 dari pertanyaan dengan benar.

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 21 36,9

Sedang 36 63,1

Kurang 0 0

Total 57 100

Dari data tabel 5.3., terdeskripsi bahwa tingkat pengetahuan responden tentang dampak negatif penggunaan lensa kontak dengan kategori sedang memiliki persentasi yang paling besar yaitu 63,1%, untuk berpengetahuan kategori baik sebesar 36,9% dan tingkat pengetahuan kategori kurang yaitu 0%.


(40)

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Stambuk

Tingkat Stambuk

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

n % n % n %

2007 12 63.2 7 36.8 0 0 19

2008 12 66.7 6 33.3 0 0 18

2009 12 60 8 40 0 0 20

Dari tabel 5.4. diatas, didapati bahwa responden stambuk 2007 memiliki pengetahuan baik sebesar 63,2% dan berpengetahuan sedang sebesar 36,8% dari 19 responden, responden stambuk 2008 yang memiliki pengetahuan baik sebesar 66,7% dan berpengetahuan sedang 33,3% dari 18 responden, dan responden stambuk 2009 yang memiliki pengetahuan baik sebersar 60% dan pengetahuan sedang 40% dari 20 responden, sedangkan berpengetahuan kategori kurang dari setiap stambuk 0%.


(41)

Tabel 5.5.

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Pengetahuan Responden Pada Variabel Pertanyaan

No Pertanyaan

Jawaban Responden Benar Salah

n % n %

1 Fungsi dasar lensa kontak 50 87,7 7 12,3

2 Retardasi mental 39 68,4 18 31,6

3 Sebelum menggunakan dan melepaskan lensa kontak 57 100,0 0 0 4 Aktivitas yang melepaskan lensa kontak 56 98,2 1 1,8 5 Perawatan lensa kontak yang benar 27 47,4 30 52,6 6 Efek samping penggunaan lensa kontak 9 15,8 48 84,2 7 Komplikasi dari penggunaan lensa kontak 54 94,7 3 5,3 8 Penyebab komplikasi tersebut 25 43,9 32 56,1 9 Mikroorganisme penyebab komplikasi tersebut 31 54,4 26 45,6 10 Perawatan mata dari penggunaan lensa kontak 57 100,0 0 0

Berdasarkan tabel 5.5. diatas, pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan pada nomor 1, 3, 4, 7, dan 10 dengan persentasi sebesar 87,7%, 100%, 98,2%, 94,7%, dan 100%. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 6 yaitu sebesar 84,2%.

5.2. Pembahasan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). Dalam penelitian ini, telah dilakukan pembagian kuesioner yang telah valid untuk mengukur pengetahuan responden pada tingkat pengetahuan, yaitu tahu.


(42)

Dari hasil kuesioner penelitian, diperoleh sebanyak 50 responden (87,7%) telah memiliki pengetahuan yang baik bahwa fungsi dasar penggunaan lensa kontak adalah sebagai pengoreksi penglihatan untuk memperindah penampilan. Kemudian, sebanyak 39 responden (68,4%) memiliki pengetahuan yang baik bahwa penderita retardasi mental tidak diperbolehkan menggunakan lensa kontak, seperti yang dikemukakan oleh Kharuna (2007) bahwa penderita retardasi mental dikontraindikasikan untuk menggunakan lensa kontak.

Semua, 57 responden (100%) memiliki pengetahuan yang baik tentang mencuci tangan sebelum menggunakan dan melepaskan lensa kontak, dan sebanyak 56 responden (98,2%) mengetahui bahwa mandi/berenang adalah aktivitas yang sebaiknya melepaskan lensa kontak. Ini berdasarkan American

Optometric Association bahwa mencuci tangan sebelum menggunakan dan

melepaskan lensa kontak, dan melepaskan lensa kontak ketika mandi/berenang adalah sebagai prevensi untuk tidak terjadinya komplikasi akibat penggunaan lensa kontak. Disini terdeskripsi bahwasanya pengetahuan responden akan pemahaman dasar pemakaian lensa kontak sangat baik.

Selain itu, masih berdasarkan American Optometric Association, membersihkan lensa kontak dengan jari-jari tangan dengan rutin, membilas lensa kontak dengan air bersih, dan menyimpannya di kotak penyimpanan merupakan perawatan lensa kontak yang benar, sedangkan merendam lensa kontak dengan alkohol merupakan perawatan lensa kontak yang salah, dimana sebanyak 27 responden (47,7%) yang berpengetahuan baik tentang ini. Ini terlihat bahwa pengetahuan responden akan perawatan dasar pemakaian lensa kontak masih minim.

Menurut Ventocilla (2010) bahwa banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan lensa kontak seperti mata merah, berair, gatal, fotopobia, panas, nyeri, pergerakan bola mata yang berlebihan, dll, sedangkan berkabut seperti ada awan pada lensa mata merupakan efek samping dari penggunaan kacamata, dimana hanya 9 responden (15,8%) yang berpengetahuan baik tentang dampak negatif ini. Pada kuesioner ini, terdeskripsi bahwa pengetahuan responden masih sangat minim tentang efek samping yang


(43)

ditimbulkan. Responden belum mamahami dan mengetahui dengan benar gejala klinis yang timbul akibat penggunaan lensa kontak.

Sebanyak 54 responden (94,7%) yang memiliki pengetahuan baik bahwa infeksi mata merupakan komplikasi yang sering timbul akibat penggunaan lensa kontak. Seperti yang dikemukan oleh Seal (1999) dalam Moriyama (2008) dan Dart (1999) bahwa komplikasi yang sering timbul akibat penggunaan lensa kontak adalah infeksi mata dan mikroorganisme yang sering menyebabkan terjadinya komplikasi tersebut adalah bakteri (Moriyama, 2008), dimana 31 responden (54,4%) berpengetahuan baik tentang penyebab mikroorganisme tersebut. Dan juga menurut Dart (1999) bahwa penyebab terjadinya infeksi mata dikarenakan hipoksia yaitu berkurangnya aliran oksigenasi ke mata, sebanyak 25 responden (43,9%) yang memiliki pengetahuan baik tentang gangguan oksigenasi pada mata sebagai penyebab komplikasi tersebut. Pengetahuan responden untuk penyebab mikrooragnisme dan penyebab terjadinya infeksi mata yang paling sering timbul akibat penggunaan lensa kontak masih minim.

Berdasarkan American Optometric Association bahwa jika ingin melakukan perawatan mata sedang/setelah menggunakan lensa kontak atau mengalami efek samping/komplikasi akibat dari penggunaan lensa kontak, maka sebaiknya pengguna lensa kontak memeriksakannya ke dokter mata, dimana semua responden (100%) memiliki pengetahuan yang baik bahwa perawatan mata sebaiknya dilakukan/diperiksakan ke dokter mata.

Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 21 responden (36,9%) yang berpengetahuan baik, 36 responden (63,1%) yang berpengetahuan sedang, dan tidak ada responden (0%) yang berpengetahuan kurang. Tetapi, pada kuesioner 5, 6, 8, 9 terdeskripsi bahwa pengetahuan responden masih dibawah rata-rata.

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan informasi sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pula informasi yang didapatkan. Pada penelitian ini, pendidikan responden berdasarkan tingkat stambuk, dan didapati tingkat pengetahuan responden berdasarkan tingkat stambuk adalah responden stambuk 2007 memiliki pengetahuan baik sebesar


(44)

63,2% dan berpengetahuan sedang sebesar 36,8% dari 19 responden, responden stambuk 2008 yang memiliki pengetahuan baik sebesar 66,7% dan berpengetahuan sedang 33,3% dari 18 responden, dan responden stambuk 2009 yang memiliki pengetahuan baik sebersar 60% dan pengetahuan sedang 40% dari 20 responden, sedangkan berpengetahuan kategori kurang dari setiap stambuk 0%. Dari hasil penelitian sebelumnya, dikatakan tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU stambuk 2006, 2007, dan 2008 yang memiliki pengetahuan baik sebesar 41%, berpengetahuan sedang sebesar 50%, dan yang berpengetahuan kurang sebesar 8% dari 100 responden yang diteliti (Jaafar, 2009). Disini terlihat tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU baik yang menggunakan lensa kontak maupun yang tidak menggunakan lensa kontak memiliki pengetahuan sedang.

Dan responden dari penelitian ini, stambuk 2007 ada 19 responden (33,3%) telah mendapatkan topik kuliah tentang lensa kontak, dan stambuk 2008 18 responden (31,6%) sedang dalam proses pemberian topik kuliah tersebut, sedangkan stambuk 2009 20 responden (35,1%) belum mendapatkan topik kuliah tersebut. Meskipun sebagian responden telah mnedapatkan kuliah tentang lensa kontak, tetapi masih banyak responden belum mengenali efek samping, penyebab tersering infeksi mata, dan penyebab mikroorganisme utama akibat penggunaan lensa kontak, serta perawatan pemakaian lensa kontak yang benar.


(45)

BAB 6

KESIMPULAN dan SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, didapati bahwa responden stambuk 2007 memiliki pengetahuan baik sebesar 63,2% dan berpengetahuan sedang sebesar 36,8% dari 19 responden, responden stambuk 2008 yang memiliki pengetahuan baik sebesar 66,7% dan berpengetahuan sedang 33,3% dari 18 responden, dan responden stambuk 2009 yang memiliki pengetahuan baik sebersar 60% dan pengetahuan sedang 40% dari 20 responden, sedangkan berpengetahuan kategori kurang dari setiap stambuk 0%.

Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 21 responden (36,9%) yang berpengetahuan baik, 36 responden (63,1%) yang berpengetahuan sedang, dan tidak ada responden (0%) yang berpengetahuan kurang.

Dari hasil data tersebut, terdeskripsi bahwa mayoritas tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU pengguna lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya pada stambuk 2007, 2008, dan 2009 berada pada kategori sedang.

6.2. Saran

Masukan kepada Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara agar menambahkan topik kuliah tentang lensa kontak secara keseluruhan terutama efek samping, komplikasi, penyebab tersering infeksi mata, dan penyebab mikroorganisme utama akibat penggunaan lensa kontak, serta perawatan pemakaian lensa kontak yang benar agar mahasiswa benar-benar memahami dan mengenali gejala klinis dan simptom akibat penggunaan lensa kontak dan mahasiswa dapat memberikan pengetahuan tersebut ke masyarakat luas khususnya pengguna lensa kontak.

Masukan untuk penelitian berikutnya agar membuat penelitian tentang sikap dan tindakan pengguna lensa kontak dalam mencegah dan menanggulangi dampak negatif akibat penggunaan lensa kontak.


(46)

Masukan untuk responden agar mencari informasi yang lengkap tentang dampak negatif akibat penggunaan lensa kontak terutama efek samping, komplikasi, penyebab tersering infeksi mata, dan penyebab mikroorganisme utama akibat penggunaan lensa kontak, serta perawatan pemakaian lensa kontak yang benar.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

American Optometric Association, 2006. Advantages and Disadvantages of Types

of Contact Lenses. America: American Optometric Association. Available

from: www.aoa.org%2Fx5234.xml. [Accessed 28 March 2010]

American Optometric Association, 2006. Recommendations for Contact Lens

Wearers. America: American Optometric Association. Available from:

Anderson, D.M., 2007. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 31st ed. Philadelphia: Saunders.

Barr, J.T., 2005. Contact Lens Sprectrum’s Annual Repots of Major Corporate &

Product Device & Events in Contact Lenses Industry 2004 and 2005.

Available from: [Accessed 28 March 2010]

Cheng, K.H., et al, 1999. Incidence of Contact-Lens-Associated Microbial Keratitis and Its Related Morbidity. The Lancet. London: Jul 17, 1999. Vol.

354, Iss. 9174; pg. 181, 5 pgs.

Chrismer, M., 2010. Love Your Eye, Use Contact Lens to Protect Them. Available from:


(48)

Dart, J.K.G., 1993. Disease and Risks Associated with Contact Lenses. Br J

Ophthalmol 1993;77: 49-53.

Jaafar, A.B., 2009. Awareness On Contact Lens Sides Effects among Contact Lens

Users In The Medical Faculty of Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kharuna, A.K., 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Dehli: New Age International (P) Limited.

Lang, G.K., 2000. Ophthalmology. New York: Stuttgart, 454-455.

Lange, 2007. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. McGraw-Hill Companies, Chapter 6.

Mezu-Nnabue, K., 2009. Contact Lens Complications & Management. Available from:

Moriyama, A.S., dan Hofling-Lima, A.L., 2008. Contact Lens-Associated

Microbial Keratitis, Federal De Sao Paulo University. Available from:

2010]

Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.


(49)

__________, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pratomo, Hadi, dan Sudarti, 1990. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Depdikbud, 24-27.

Seal, D.V., Kirkness, C.M., Bennett, H.G., dan Peterson, M., 1999. Incidence and Features. Dalam: Moriyama, A.S., dan Hofling-Lima, A.L., 2008. Contact

Lens-Associated Microbial Keratitis, Federal De Sao Paulo University.

Available from: 2010]

Somanathan, S., 2009. Prevalence of Contact Lenses User and Associated

Complication In Relation to Misuse among Medical Students of Batch 2006 till 2008, Medical Faculty of North Sumatera University.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian

Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.

Ventocilla, M., 2010. Contact Lens Complications, Michigan Collage of

Optometry. Available from:

[Accessed 11 April 2010]


(50)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Finera Winda Sundary Tobing Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 13 Oktober 1987

Agama : Islam

Alamat : Jl. Rajawali No. 42 Sei Kambing B Medan Riwayat Pendidikan : 1. TK : Sibolga

2. SD : SD Negeri 11 Kisaran 3. SLTP : SLTP Negeri 1 Kisaran

4. SMU : SMU Swasta Galih Agung Medan Riwayat Pelatihan : 1. Penyambutan Mahasiswa Baru FK USU 2007

2. Workshop Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO) dan Traumatologi 2008

3. Workshop Hipnoterapi dan Sugesti 2009 4. Symposium and Workshop Emergency 2010 Riwayat Organisasi : 1. Anggota Divisi LITBANG PHBI FK USU 2008

2. Sekretaris Divisi Kenaziran PHBI FK USU 2008-2009 3. Anggota Divisi Dana KAM Rabbani FK 2008-2009 4. Sekretaris Umum KAM Rabbani FK USU 2009-2010

Pas Foto 3x4 cm


(51)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNA LENSA KONTAK TERHADAP DAMPAK NEGATIF PENGGUNAANNYA PADA MAHASISWA FK USU

ANGKATAN 2007-2009

Jawablah Pertanyaan dibawah dengan melingkari salah satu jawaban dengan benar!

1. Menurut anda, apakah fungsi dasar penggunaan lensa kontak? a. Mengoreksi penglihatan untuk memperindah penampilan b. Menambah keindahan warna mata

c. Tidak tahu

2. Menurut anda, apakah orang yang mengalami gangguan/retardasi mental diperbolehkan menggunakan lensa kontak?

a. Ya, boleh c. Tidak tahu

b. Tidak boleh

3. Menurut anda, apakah yang perlu dilakukan sebelum menggunakan dan melepaskan lensa kontak?

a. Mencuci tangan c. Mencuci mata

b. Mencuci wajah d. Tidak tahu

4. Menurut anda, aktivitas apakah yang sebaiknya melepaskan lensa kontak?

a. Olahraga c. Mandi/berenang

b. Jalan-jalan d. Tidak tahu

5. Dibawah ini, yang tidak termasuk perawatan lensa kontak yang benar adalah? a. Merendam lensa kontak dengan alkohol

b. Membersihkan lensa kontak dengan jari-jari tangan dengan rutin c. Membilas lensa kontak dengan air bersih


(52)

6. Berikut ini, yang tidak termasuk efek samping pemakaian lensa kontak adalah?

a. Mata merah, berair, gatal, dan fotofobia (silau melihat cahaya) b. Panas, nyeri, dan pandangan kabur

c. Berkabut, seperti ada awan pada lensa mata d. Pergerakan bola mata yang berlebihan

7. Menurut anda, apakah penyakit/komplikasi yang sering timbul akibat penggunaan lensa kontak?

a. Infeksi mata b. Katarak c. Tidak tahu 8. Menurut anda, apakah penyebab komplikasi tersebut?

a. Gangguan oksigenasi pada mata c. Lensa kontak terkena hujan b. Lensa kontak terkena debu d. Tidak tahu

9. Menurut anda, mikroorganisme apakah yang paling sering menimbulkan komplikasi pada penggunaan lensa kontak?

a. Virus b. Bakteri c. Jamur

d. Acanthamoeba/Parasit e. Tidak tahu

10.Menurut anda, jika anda ingin melakukan perawatan mata sedang/setelah menggunakan lensa kontak atau anda mengalami efek samping/komplikasi akibat penggunaan lensa kontak, kemanakah sebaiknya anda pergi?


(53)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Finera Winda S T Nim : 070100134

Lembar persetujuan responden ini bertujuan untuk melakukan penelitian mengenai Tingkat Pengetahuan Pengguna Lensa Kontak Terhadap Dampak Negatif Penggunaannya Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2007-2009. Peneliti memerlukan Saudara/i sebagai subjek dalam penelitian ini, dimana Saudara/i berperan sebagai responden. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sesuai petunjuk yang diberikan. Nama responden tidak dicantumkan pada hasil penelitian dan jawaban yang responden berikan hanya digunakan untuk keperluan penelitian saja. Pengisian kuesioner memerlukan waktu lebih kurang 7 menit.

Demikian informasi ini saya sampaikan, atas partisipasi dan kesediaan waktu Saudara/i sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Tanda Tangan


(54)

Lampiran 4

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan *)

Umur : tahun

Stambuk : 2007/ 2008/ 2009 *)

setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap tentang penelitian:

Judul : Tingkat Pengetahuan Pengguna Lensa Kontak Terhadap Dampak Negatif Penggunaannya Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2007-2009

Nama Peneliti : Finera Winda S T (070100134) Jenis Penelitian : Deskriptif

Lokasi : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan, 2010

Mahasiswa peneliti, Peserta penelitian,

Finera Winda S T _________________ (NIM: 070100134)


(55)

Lampiran 5

UJI VALIDASI Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total Skor

Pengetahuan

P1

Pearson Correlation

1 .049 .890** .942** .942** -.037 .942** .942** .007 .890** .908** Sig. (2-tailed) .777 .000 .000 .000 .831 .000 .000 .970 .000 .000

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

P2

Pearson Correlation

.049 1 .143 -.019 -.019 .890** .096 .096 .944** -.086 .427** Sig. (2-tailed) .777 .406 .911 .911 .000 .576 .576 .000 .619 .009

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

P3

Pearson Correlation

.890** .143 1 .828** .828** .049 .828** .944** .096 .771** .882** Sig. (2-tailed) .000 .406 .000 .000 .777 .000 .000 .576 .000 .000

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

P4

Pearson Correlation

.942** -.019 .828** 1 .883** -.112 .883** .883** -.065 .944** .853** Sig. (2-tailed) .000 .911 .000 .000 .515 .000 .000 .707 .000 .000


(56)

P5

Pearson Correlation

.942** -.019 .828** .883** 1 -.112 .883** .883** -.065 .944** .853** Sig. (2-tailed) .000 .911 .000 .000 .515 .000 .000 .707 .000 .000

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

P6

Pearson Correlation

-.037 .890** .049 -.112 -.112 1 .007 .007 .942** -.186 .337* Sig. (2-tailed) .831 .000 .777 .515 .515 .970 .970 .000 .278 .044

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

P7

Pearson Correlation

.942** .096 .828** .883** .883** .007 1 .883** .052 .828** .885** Sig. (2-tailed) .000 .576 .000 .000 .000 .970 .000 .763 .000 .000

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

P8

Pearson Correlation

.942** .096 .944** .883** .883** .007 .883** 1 .052 .828** .901** Sig. (2-tailed) .000 .576 .000 .000 .000 .970 .000 .763 .000 .000

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

P9

Pearson Correlation

.007 .944** .096 -.065 -.065 .942** .052 .052 1 -.135 .390* Sig. (2-tailed) .970 .000 .576 .707 .707 .000 .763 .763 .433 .019

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

P10

Pearson Correlation

.890** -.086 .771** .944** .944** -.186 .828** .828** -.135 1 .802** Sig. (2-tailed) .000 .619 .000 .000 .000 .278 .000 .000 .433 .000


(57)

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 Total Skor

Pengetahuan

Pearson Correlation

.908** .427** .882** .853** .853** .337* .885** .901** .390* .802** 1 Sig. (2-tailed) .000 .009 .000 .000 .000 .044 .000 .000 .019 .000

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(58)

Lampiran 6

DATA INDUK RESPONDEN

a. Nama :

b. Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan *)

c. Umur : tahun

d. Stambuk : 2007/ 2008/ 2009 *)


(59)

MASTER DATA HASIL PENELITIAN

Kode Jenis Kelamin Umur Stambuk P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Ptot Kategori Pengetahuan

1 Perempuan 21 2007 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 6 Sedang

2 Perempuan 21 2007 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

3 Perempuan 21 2007 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 6 Sedang

4 Perempuan 20 2007 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 6 Sedang

5 Perempuan 24 2007 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik

6 Perempuan 19 2007 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

7 Perempuan 23 2007 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 Baik

8 Perempuan 23 2007 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5 Sedang

9 Laki-laki 21 2007 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7 Sedang

10 Perempuan 21 2007 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

11 Perempuan 21 2007 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 Baik

12 Perempuan 21 2007 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 Baik

13 Perempuan 21 2007 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik

14 Laki-laki 20 2007 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang


(60)

16 Perempuan 21 2007 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 Baik

17 Perempuan 21 2007 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 5 Sedang

18 Perempuan 22 2007 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 6 Sedang

19 Perempuan 20 2007 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

20 Perempuan 20 2008 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 Baik

21 Perempuan 19 2008 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik

22 Perempuan 19 2008 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 Baik

23 Perempuan 21 2008 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 5 Sedang

24 Perempuan 19 2008 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 6 Sedang

25 Perempuan 20 2008 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 5 Sedang

26 Perempuan 21 2008 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 Baik

27 Perempuan 20 2008 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

28 Perempuan 20 2008 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 6 Sedang

29 Perempuan 20 2008 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 7 Sedang

30 Perempuan 25 2008 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 7 Sedang

31 Perempuan 20 2008 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 Baik

32 Perempuan 20 2008 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 6 Sedang


(61)

34 Perempuan 18 2008 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 6 Sedang

35 Perempuan 19 2008 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 7 Sedang

36 Perempuan 20 2008 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 6 Sedang

37 Perempuan 20 2008 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 6 Sedang

38 Perempuan 17 2009 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 6 Sedang

39 Perempuan 18 2009 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8 Baik

40 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

41 Perempuan 18 2009 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 Baik

42 Perempuan 18 2009 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 6 Sedang

43 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

44 Perempuan 18 2009 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 Baik

45 Perempuan 17 2009 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 6 Sedang

46 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 Baik

47 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

48 Perempuan 20 2009 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 Baik

49 Perempuan 20 2009 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 Baik

50 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 7 Sedang


(62)

52 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 7 Sedang

53 Perempuan 18 2009 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik

54 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 7 Sedang

55 Perempuan 20 2009 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 Baik

56 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 Sedang


(1)

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 Total Skor

Pengetahuan

Pearson Correlation

.908** .427** .882** .853** .853** .337* .885** .901** .390* .802** 1 Sig. (2-tailed) .000 .009 .000 .000 .000 .044 .000 .000 .019 .000

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(2)

Lampiran 6

DATA INDUK RESPONDEN

a. Nama :

b. Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan *)

c. Umur : tahun

d. Stambuk : 2007/ 2008/ 2009 *)


(3)

MASTER DATA HASIL PENELITIAN

Kode Jenis Kelamin Umur Stambuk P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Ptot Kategori Pengetahuan

1 Perempuan 21 2007 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 6 Sedang

2 Perempuan 21 2007 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

3 Perempuan 21 2007 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 6 Sedang

4 Perempuan 20 2007 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 6 Sedang

5 Perempuan 24 2007 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik

6 Perempuan 19 2007 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

7 Perempuan 23 2007 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 Baik

8 Perempuan 23 2007 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5 Sedang

9 Laki-laki 21 2007 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7 Sedang

10 Perempuan 21 2007 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

11 Perempuan 21 2007 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 Baik

12 Perempuan 21 2007 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 Baik

13 Perempuan 21 2007 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik

14 Laki-laki 20 2007 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang


(4)

16 Perempuan 21 2007 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 Baik

17 Perempuan 21 2007 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 5 Sedang

18 Perempuan 22 2007 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 6 Sedang

19 Perempuan 20 2007 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

20 Perempuan 20 2008 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 Baik

21 Perempuan 19 2008 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik

22 Perempuan 19 2008 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 Baik

23 Perempuan 21 2008 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 5 Sedang

24 Perempuan 19 2008 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 6 Sedang

25 Perempuan 20 2008 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 5 Sedang

26 Perempuan 21 2008 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 Baik

27 Perempuan 20 2008 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

28 Perempuan 20 2008 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 6 Sedang

29 Perempuan 20 2008 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 7 Sedang

30 Perempuan 25 2008 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 7 Sedang

31 Perempuan 20 2008 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 Baik

32 Perempuan 20 2008 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 6 Sedang


(5)

34 Perempuan 18 2008 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 6 Sedang

35 Perempuan 19 2008 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 7 Sedang

36 Perempuan 20 2008 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 6 Sedang

37 Perempuan 20 2008 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 6 Sedang

38 Perempuan 17 2009 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 6 Sedang

39 Perempuan 18 2009 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8 Baik

40 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

41 Perempuan 18 2009 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 Baik

42 Perempuan 18 2009 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 6 Sedang

43 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

44 Perempuan 18 2009 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 Baik

45 Perempuan 17 2009 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 6 Sedang

46 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 Baik

47 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 Sedang

48 Perempuan 20 2009 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 Baik

49 Perempuan 20 2009 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 Baik

50 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 7 Sedang


(6)

52 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 7 Sedang

53 Perempuan 18 2009 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik

54 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 7 Sedang

55 Perempuan 20 2009 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 Baik

56 Perempuan 19 2009 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 Sedang