menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan. Ketiga: sebagai sarana untuk memberikan masukan , saran,
dan kritik terhadap pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan-pelaksanaan pembangunan. Organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan ormas dan organisasi sosial
politik orsospol merupakan contoh dari fungsi politik ini.
14
a. Keikutsertaan seseorang dalam kampanye oleh salah satu partai
Uraian di atas memperlihatkan bahwa partisipasi politik sebagai suatu bentuk kegiatan atau aktivitas dapat dilihat dari beberapa sisi. Sehubungan dengan itu penelitian yang
dilakukan penulis adalah menyangkut partisipasi politik atau keikutsertaan masyarakat pemilih, dikaitkan dengan faktor sosial ekonomi di Kelurahan Sitirejo I Pada Pemilu 2009,
maka disini yang akan dilihat adalah menyangkut:
b. Keanggotaan seseorang dalam salah satu organisasi peserta pemilu
c. Pemberian suara kepada kekuatan politik tersebut
4.2.1. Bentuk Partisipasi Politik
Karena begitu luasnya cakupan tindakan warga negara biasa dalam menyuarakan aspirasinya, maka tak heran bila bentuk-bentuk partisipasi politik ini sangat beragam. Secara
sederhana, Gabriel Almond membagi bentuk partisipasi politik menjadi dua, yakni: Pertama, partisipasi secara konvensional di mana prosedur dan waktu partisipasinya diketahui publik
secara pasti oleh semua warga. Hal ini dapat dilihat dalam bentuk pemberian suara voting, diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok
kepentingan, serta komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif. Kedua, partisipasi secara non-konvensional. Artinya, prosedur dan waktu partisipasi ditentukan
sendiri oleh anggota masyarakat yang melakukan partisipasi itu sendiri. Dapat dilihat dari
14
Sudjono, Sastroatmodjo, Op. Cit., hal.86.
Universitas Sumatera Utara
tindakan pengajuan petissi, berdemonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak kekerasan politik terhadap manusia penculikan, pembunuhan, serta perang gerilya dan revolusi.
15
•
Menduduki jabatan politik atau administratif, Dalam buku Pengantar Sosiologi Politik, Michael Rush dan Phillip Althoff juga
mengidentifikasikan bentuk-bentuk partisipasi politik yang mungkin, yakni sebagai berikut:
•
Mencari jabatan politik administratif,
•
Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi politik,
•
Menjadi anggota pasif organisasi politik,
•
Menjadi anggota aktif organisasi semi-politik quasi-political ,
•
Menjadi anggota pasif suatu organisasi semi-politik,
•
Menjadi partisipan dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya,
•
Menjadi partisipan dalam diskusi politik informal,
•
Menjadi partisipan dalam pemungutan suara voting
16
Sedangkan Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk partisipasi politik tersebut menjadi:
1. Kegiatan Pemilihan – yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum,
mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu;
2. Lobby – yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik
dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu;
15
Budi Suryadi, Sosiologi Politik, Sejarah, Definisi, dan Perkembangan Konsep, Yogyakarta: IRCISOD, 2007, hal. 133-134.
16
Michael Rush dan Philip Althoff, Op. Cit., hal. 124.
Universitas Sumatera Utara
3. Kegiatan Organisasi – yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku
anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah;
4. Contacting – yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan
pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan 5.
Tindakan Kekerasan violence – yaitu tindakan individu atau kelompok guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik
manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara, teror, kudeta, pembutuhan politik assassination, revolusi dan pemberontakan.
17
Kelima bentuk partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson telah menjadi bentuk klasik dalam studi partisipasi politik. Keduanya tidak membedakan apakah tindakan
individu atau kelompok di tiap bentuk partisipasi politik legal atau ilegal. Sebab itu, penyuapan, ancaman, pemerasan, dan sejenisnya di tiap bentuk partisipasi politik adalah
masuk ke dalam kajian ini. Di Negara yang menganut paham demokrasi, bentuk partisipasi politik masyarakat
yang paling mudah diukur adalah ketika pemilihan umum berlangsung. Perilaku warga Negara yang dapat dihitung itensitasnya adalah melalui perhitungan persentase orang yang
menggunakan hak pilihnya voter turnout dibanding dengan warga Negara yang berhak memilih seluruhnya.
4.3. Status Sosial Ekonomi