Analisis Perbedaan Average Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Go-Public di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA 1 MEDAN

ANALISIS PERBEDAAN AVERAGE ABNORMAL RETURN

SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN STOCK

SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG GO-PUBLIC

DI BURSA EFEK INDONESIA

DRAFT SKRIPSI

OLEH

KRISMAN PAKPAHAN 050502162

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Krisman Pakpahan (2009). Analisis Perbedaan Average Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Go-Public di Bursa Efek Indonesia, dibawah bimbingan Dr. Khaira Amalia F. SE, MBA, Ak, Ketua Departemen Manajemen; Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen Penguji I; Drs. Syahyunan, M.Si. Dosen Penguji II; Syafrizal, SE, M.Si.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui terdapat atau tidak perbedaan average abnormal return pada perusahaan yang melakukan stock

split periode tahun 2005-2007. Perusahaan yang diteliti adalah 26 perusahaan.

Jenis data yang dipakai merupakan data sekunder yang berupa data harga saham yang perusahaan yang diteliti, Indeks Harga Saham Gabungan, dan SBI.

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis average abnormal return sebelum dan sesudah stock split adalah metode analisis deskriptif dan statistik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda yaitu paired sample

t-test dengan tingkat signifikan (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan

Sofware pengolahan data statistik yaitu SPSS 15.00 For Windows. Hasil uji

hipotesis yang dilakukan adalah bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara average abnormal return sebelum stock split dengan average abnormal

return sesudah stock split pada perusahaan yang go public di Bursa Efek

Indonesia.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah yang Maha Kuasa atas kasih dan anugerahNya yang diberikan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Analsis Perbedaan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Stock Split pada Perusahaan yang Go-Public di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Pada penulisan Skripsi ini hingga sampai selesai, penulis telah mendapat banyak bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Khaira Amalia F. SE, MBA,AK selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis.


(4)

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si dan Bapak Syafrizal, SE, M.Si selaku Dosen Penguji yang memberikan dukungan dan saran dalam memperbaiki Skripsi.

6. Seluruh Dosen dan Staff Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk segala bantuan juga jasa-jasanya selama masa perkulihaan. 7. Orangtua penulis, Bapak M. Pakpahan dan Ibu tercinta T. Br. Tambunan

yang telah mencurahkan kasih sayang, memberikan dukungan, dorongan dan doa yang tiada henti-hentinya untuk penulis , serta abang, kakak, dan adek saya yang selalu mendukung penulis.

8. Boru Elly, Nani yang senatiasa memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat penulis di Manjemen 2005, KTB (Leonard, Octafianus, Elma, Shelfi, Stefani, Bg. Evan, dan Bg. Jhon Philip ), Jerry Rahmat, Alfa, Togu, Anri, Tovariga, Denary, Irma, Elvi, Corry, Pesta, Enny, Teje, Rika yang banyak memberikan bantuan bagi penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kasih dan berkatNya kepada berbagai pihak yang membantu.

Medan, Juni 2009 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah Penelitian ... 6

C. Kerangka Konseptual ... 6

D. Hipotesis ... 7

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 8

F. Metode Penelitian ... 9

1. Batasan Operasional... 9

2. Defenisi Operasional ... 9

3. Populasi Sasaran ... 12

4. Sumber Data dan Waktu Penelitian ... 13

5. Jenis Data ... 14

6. Teknik Pengumpulan Data ... 14

7. Metode Analisis Data ... 14

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 16

B. Pengertian Pasar Modal ... 17

C. Saham ... 19

D. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 21

E. Keuntungan dan Risiko Kepemilikan Saham ... 22

F. Pengertian Return ... 25

G. Pengertian Stock Split ... 27

H. Pengertian Studi Peristiwa (Event Study) ... 29

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 31

B. Perkembangan Bursa Efek Indonesia ... 34

C. Profil Perusahaan ... 36

1. PT. Ciputra Surya Tbk ... 36

2. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk ... 36

3. PT. Prima Alloy Stell Tbk ... 36

4. PT. Humpus Intermoda Transportasi ... 36

5. PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk ... 37

6. PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk... 37

7. PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk ... 37

8. PT. Lippo Karawaci Tbk ... 38


(6)

10. PT. Tempo Scan Pacific Tbk ... 38

11. PT. Ekadharma International Tbk ... 39

12. PT. Buana Finance Tbk ... 39

13. PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk ... 39

14. PT. Plaza Indonesia Realty Tbk... 39

15. PT.Global Mediacom Tbk ... 40

16. PT. Davomas Abadi Tbk ... 40

17. PT. Aneka Tambang ... 40

18. PT. AKR Corporindo Tbk ... 40

19. PT. Semen Gresik Tbk ... 41

20. PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk ... 41

21. PT. Hortus Danavest Tbk ... 41

22. PT. Pakuwon Jati Tbk ... 41

23. PT.Charoen Pokphand Indonesia... 42

24. PT. Jaya Pari Stell Tbk ... 42

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 43

1. Analisis Actual Return ... 43

2. Analisis Expected Return ... 46

3. Analisis Abnormal Return ... 48

B. Pengujian Hipotesis ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(7)

ABSTRAK

Krisman Pakpahan (2009). Analisis Perbedaan Average Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Go-Public di Bursa Efek Indonesia, dibawah bimbingan Dr. Khaira Amalia F. SE, MBA, Ak, Ketua Departemen Manajemen; Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen Penguji I; Drs. Syahyunan, M.Si. Dosen Penguji II; Syafrizal, SE, M.Si.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui terdapat atau tidak perbedaan average abnormal return pada perusahaan yang melakukan stock

split periode tahun 2005-2007. Perusahaan yang diteliti adalah 26 perusahaan.

Jenis data yang dipakai merupakan data sekunder yang berupa data harga saham yang perusahaan yang diteliti, Indeks Harga Saham Gabungan, dan SBI.

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis average abnormal return sebelum dan sesudah stock split adalah metode analisis deskriptif dan statistik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda yaitu paired sample

t-test dengan tingkat signifikan (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan

Sofware pengolahan data statistik yaitu SPSS 15.00 For Windows. Hasil uji

hipotesis yang dilakukan adalah bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara average abnormal return sebelum stock split dengan average abnormal

return sesudah stock split pada perusahaan yang go public di Bursa Efek

Indonesia.


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keputusan investor dalam melakukan investasi atas dana yang dimiliki merupakan masalah penting yang harus dipertimbangkan oleh para investor. Investor dapat melakukan investasi baik dalam sektor rill maupun sektor keuangan. Tujuan utama dari kegiatan investasi yang dilakukan pada umumnya adalah untuk memperoleh keuntungan atau dengan alasan untuk mendapatkan tingkat pengembalian optimal.

Investor memiliki alternatif dalam sektor keuangan untuk menginvestasikan dananya pada lembaga keuangan yang disukainya. Pasar modal merupakan salah satu lembaga keuangan yang dapat digunakan sebagai sarana investasi. Pasar modal dapat didefenisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta ( Husnan, 2001:3).

Investor yang melakukan investasi di pasar modal sangat membutuhkan setiap informasi yang dapat mempengaruhi naik turunya harga sekuritas yang diperjualbelikan. Suatu informasi memiliki makna apabila informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi yang akan tercermin dalam indikator atau karateristik pasar modal yaitu harga saham perusahaan.


(9)

Harga saham semakin tinggi, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan demikian pula sebaliknya, semakin rendah harga saham maka semakin rendah pula nilai perusahaan tersebut bagi investor. Harga saham juga mempengaruhi tingkat penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut. Harga saham yang terlalu rendah sering kali diartikan dengan kinerja perusahaan yang kurang baik. Harga saham yang terlalu tinggi di sisi lain akan mengurangi likuiditas saham karena investor kurang mampu membeli saham tersebut sehingga akibatnya akan sulit bagi perusahaan untuk meningkatkan harga sahamnya lagi.

Perusahaan mengantisipasi hal tersebut kemudian mengambil langkah untuk mempertahankan agar sahamnya tetap berada dalam rentang perdagangan yang optimal. Langkah yang kemudian diambil oleh perusahaan adalah dengan cara melakukan pemecahan terhadap sahamnya yang dikenal dengan istilah stock split.

Stock split adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan yang go-public

untuk menaikkan jumlah saham yang beredar dengan mengurangi nilai nominal saham. Harga pasar dengan demikian tidak akan berubah sesudah split. Tindakan

stock split berbeda dengan corporate action lainya karena tidak terkait sama

sekali dengan arus kas (cash flow) perusahaan, sehingga praktis tidak akan mengubah kekayaan perusahaan atau tidak mempunyai nilai ekonomis. Stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham, harga per lembar saham baru setelah stock split adalah 1/n dari harga saham sebelumnya (Jogiyanto, 2003:415).

Teori utama yang mendominasi literatur pemecahan saham ada dua yaitu

signaling theory dan trading range theory. Signaling theory menyatakan bahwa


(10)

peningkatan return masa depan yang substansial. Return yang meningkat tersebut diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang sehingga informasi ini menimbulkan adanya abnormal return.

Trading range theory menyatakan bahwa manajemen melakukan stock

split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa

dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal sehingga akan meningkatkan likuiditas perdaganganya. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan investor untuk lebih menyukai memiliki saham dengan jumlah yang lebih banyak dengan jumlah dana yang dimilikinya. Investor akan mendapatkan jumlah saham yang lebih banyak dengan membeli saham yang lebih murah, sehingga akhirnya mereka akan meninggalkan saham yang mahal. Akibatnya, saham yang mahal tersebut akan menjadi tidak likuid dan akan stagnan atau harganya bisa juga turun.

Likuiditas jumlah volume perdagangan dan jumlah return saham 26 perusahaan yang melakukan stock split periode 2005-2007 ditunjukkan dalam tabel berikut (lima hari sebelum dan lima hari sesudah stock split):

Tabel 1.1

Jumlah Volume Perdagangan dan Jumlah Return Saham Perusahaan

Hari Jumlah Volume Perdagangan

Saham (Lembar) Jumlah Return Saham

H-5 71.881.500 0,0706

H-4 89.233.000 0,4224

H-3 92.860.000 0,2854

H-2 101.570.000 0,2284

H-1 110.536.000 -0,0514

H+1 229.826.000 -0,3540

H+2 216.509.000 -0,1139

H+3 322.533.500 -0,2006

H+4 236.285.500 -0,1728

H+5 281.643.000 0,1580


(11)

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat jumlah volume perdagangan saham sebelum stock split lebih sedikit dibandingkan dengan volume perdagangan sesudah stock split. Peningkatan jumlah volume perdagangan secara terus menerus terjasi mulai dari lima hari sebelum sampai lima hari sesudah pengumuman stock split, namun return saham berbanding terbalik yaitu return saham tertinggi terjadi sebelum stock split. Jumlah volume perdagangan saham yang semakin meningkat menunjukkan investor semakin tertarik untuk memiliki saham yang berarti bahwa ada harapan untuk memperoleh return atau keuntungan dari kepemilikan saham tersebut, namun return saham yang terus-menerus menurun menunjukkan bahwa harapan investor untuk memperoleh return yang semakin meningkat ketika perusahaan melakukan stock split tidak terwujud.

Reaksi investor atas pengumuman stock split bisa sangat beragam. Semakin cepat investor melakukan reaksi, maka pasar semakin efisien. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun mampu memperoleh abnormal return (Gumanti, 2002:56). Average abnormal return dapat dijadikan sebagai indikator atas reaksi pasar dan perilaku investor dalam pengambilan keputusan investasinya karena abnormal return merupakan return yang diperoleh atas suatu sekuritas diluar dari return yang diharapkan para investor pada tingkat risiko tertentu (Firmansyah, 2007:251). Abnormal return akan bernilai negatif apabila tingkat pengembalian yang diharapkan lebih besar dari return yang sesungguhnya dan

abnormal return akan bernilai positif apabila tingkat pengembalian yang

diharapkan lebih kecil dari return yang sesungguhnya. Jika tingkat pengembalian yang diharapkan sama dengan return sesunggguhnya maka tidak terdapat


(12)

Studi tentang stock split yang juga merupakan studi peristiwa (event study) telah dilakukan oleh Fama, Fisher, Jensen dan Roll (dalam Jogiyanto, 2003 : 416). Studi tersebut menyatakan bahwa pada waktu stock split diumumkan, abnormal

return tidak terjadi pada hari pengumuman dan hari-hari setelah pengumuman.

Charest (dalam Jogiyanto, 2003:418) mengembangkan studi yang dilakukan oleh Fama, Fisher, Jensen dan Roll yang tidak hanya mengamati pada waktu stock

split diumumkan, tetapi juga pada hari stock split diusulkan oleh manajemen dan

pada hari waktu stock split disetujui oleh pemegang saham. Dia menemukan

abnormal return hanya terjadi pada hari setelah stock split diusulkan, tetapi secara

umum pasar tampaknya efisien terhadap stock split.

Grinblatt, Masulis dan Titman (dalam Jogiyanto : 2003 : 418) menggunakan data harian untuk melihat pengaruh dari pengumuman stock split. Sebanyak 125 peristiwa stock split yang bebas dari pengumuman lainya selama tiga hari sekeliling tanggal pengumuman. Mereka menemukan reaksi yang signifikan dari pengumuman stock split. Mereka menginterpretasikan bahwa pengumuman stock

split merupakan sinyal yang positif terhadap aliran kas masa depan perusahaan.

Peristiwa stock split di pasar modal memberikan indikasi bahwa pemecahan saham merupakan alat yang penting dalam praktik pasar modal meskipun secara teoritis stock split tidak memiliki nilai ekonomis. Stock split telah menjadi salah satu alat yang digunakan oleh manajemen sebagai salah satu alat untuk membentuk harga pasar saham perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “ Analisis Perbedaan Average

Abnormal Return Sebelum Dan Sesudah Pengumuman Stock Split Pada Perusahaan Yang Go-Public Di Bursa Efek Indonesia”.


(13)

B. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah pada penelitian ini adalah : “ Apakah terdapat perbedaan average

abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock split pada perusahaan

yang go-public di Bursa Efek Indonesia”.

C. Kerangka Konseptual

Tingkat harga saham merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran saham. Bila saham dinilai terlalu tinggi oleh pasar, maka jumlah permintaanya akan berkurang. Sebaliknya, jika pasar menilai bahwa harga saham tersebut terlalu rendah maka jumlah permintaanya akan meningkat. Harga saham yang terlalu tinggi akan mengurangi kemampuan para investor untuk membeli saham tersebut. Hukum permintaan dan penawaran kembali akan berlaku, dan sebagai konsekuensinya, harga saham yang tinggi tersebut akan menurun sampai tercipta posisi keseimbangan yang baru. Peristiwa stock split di pasar modal dilakukan oleh para manajer perusahaan untuk menata kembali harga pasar saham. Hal ini mengindikasikan bahwa stock split merupakan alat yang penting dalam praktik pasar modal (Irfana, 2008:1).

Informasi mengenai stock split dan motivasi perusahaan melakukan stock

split menjadi suatu hal yang perlu dipertimbangkan oleh para investor dan calon

investor dalam mengambil keputusan untuk membeli dan melepas saham yang dimiliki berdasarkan analisis mereka mengenai informasi apa yang terkandung dalam stock split ketika mereka mencoba mengetahui alasan manajer melakukan


(14)

Keputusan investasi yang dilakukan oleh investor merupakan reaksi atas informasi yang mereka terima. Informasi yang mereka terima dari pihak manajemen akan ditangkap oleh pasar sebagai sinyal. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi pasar dari suatu kebijakan perusahaan. Ketika kebijakan stock split memberikan informasi, pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu informasi tersebut diterima. Reaksi pasar sebelum dan sesudah stock split akan diukur dengan menggunak rata-rata tingkat pengembalian abnormal (Average Abnormal Return (AAR)) (Samsul, 2006:279). Pasar menganggap informasi baru tersebut merupakan berita baik (good news) jika abnormal return yang dihasilkan bernilai positif, sedangkan jika abnormal

return yang terjadi bernilai negatif, maka pasar menganggap bahwa informasi

baru tersebut merupakan berita buruk (bad news) (Firmansyah, 2007:253).

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang digunakan adalah :

Gambar 1.1 : Kerangka konseptual

Sumber : Samsul (2006), Firmansyah (2007), Irfana (2008) (diolah)

D. Hipotesis

Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah : “Terdapat perbedaan average abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock split pada perusahaan yang go-public di Bursa Efek Indonesia”

Average Abnormal Return (AAR) Sebelum

Stock Split

Average Abnormal Return (AAR) Sesudah


(15)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan average

abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock split pada

perusahaan yang go-public di Bursa Efek Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Perusahaan (Emiten)

Penelitian ini dapat memberikan tambahan pertimbangan bagi perusahaan go-public yang tertarik untuk menerapkan kebijaksanaan pemecahan saham dalam mencapai tujuan perusahaan.

b. Bagi Investor

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal. c. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan dan pola pikir peneliti.

d. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian dengan objek ataupun masalah yang sama di masa yang akan datang, atau untuk penelitian lanjutan.


(16)

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

a) Perusahaan emiten yang menjadi obyek penelitian adalah perusahaan yang melakukan stock split dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta merupakan saham aktif diperdagangkan di perusahaan pada periode penelitian tahun 2005, 2006, dan 2007.

b) Emiten tidak mengeluarkan publikasi informasi corporate action lainya bersamaan dengan pengumuman stock split seperti pengumuman merger dan akuisisi, right issue, pengumuman dividen, warran, serta bonus share.

c) Periode pengamatan adalah selama 10 hari, yaitu lima hari sebelum

stock split dan lima hari sesudah stock split.

d) Harga saham yang digunakan adalah harga saham harian pada saat penutupan (closing price).

2. Definisi Operasional

Berdasarkan masalah dan hipotesis yang akan diuji, parameter yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Stock split adalah pemecahan sejumlah lembar saham menjadi

jumlah lembar saham yang lebih banyak dengan mengunakan nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional (Halim, 2005:97).


(17)

b) Abnormal Return ( AR )

Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang terjadi

terhadap return normal atau selisih antara actual return dengan

expected return pada masing-masing saham (Tandelilin, 2001:127).

Airt = Rit – E(Rit)

Dimana : Airt = Abnormal return sekuritas ke-i pada periode t. Rit = Actual return sekuritas ke-i pada periode t. E(Rit) = Ecpected return sekuritas ke-i pada periode t.

Average abnormal return merupakan rata-rata abnormal return

(Airt) dari setiap jenis saham yang dianalisis (Samsul, 2006 :276) : AARt =

Dimana : AARt = Rata-rata abnormal return pada waktu t. Arit = Abnormal return sekuritas i pada waktu t. N = Jumlah periode jendela

c) Cumulative average abnormal return (CAAR) merupakan kumulatif

AARt seluruh perusahaan sampel (Samsul, 2006 : 277), dengan menggunakan rumus :

CAARt = t

Dimana : CAARt = Cumulative Average Abnormal Return hari t. AARt = Average Abnormal Return pada hari t.

d) Actual return dari saham perusahaan yang telah terpilih sebagai

objek pengamatan dihitung dengan menggunakan rumus (Fakhruddin, 2001:31) :


(18)

Rit =

Keterangan :

Rit = Return atau actual return perusahaan i pada waktu t Pit = Harga saham perusahaan i pada waktu t

Pit-1 = Harga saham perusahaan i sebelum waktu t.

e) Expected return (E(R)) adalah return yang diharapkan akan diperoleh

oleh investor di masa mendatang. Return ekspektasi dapat dihitung dengan menggunakan CAPM, dengan rumus (Samsul, 2006 : 276) :

E(Rit) = rf + [rm - rf] βi Keterangan :

E(ri) = Expected return sekuritas i rf = Tingkat return bebas risiko βi = Beta saham individual rm = Return pasar

f) Data yang digunakan untuk menghitung expected return adalah data satu tahun sebelum pengumuman stock split atau data historis dan data harga saham selama periode jendela untuk menghitung actual

return. Apabila menggunakan data historis dan data selama periode

jendela disebut pasar efisien bentuk semi kuat (semi-strong market).


(19)

3. Populasi Sasaran

Populasi sasaran merupakan keseluruhan individu dalam area/wilayah/lokasi/kurun waktu yang sesuai dengan tujuan penelitian (Dergibson dan Sugiarto, 2000:9). Dalam menentukan populasi sasaran digunakan beberapa kriteria yang akan mendukung terlaksananya penelitian.

Kriteria yang digunakan untuk pemilihan populasi sasaran adalah :

a) Perusahaan yang telah go-public, terdaftar sebagai perusahaan di Bursa Efek Indonesia periode 2005 - 2007.

b) Perusahaan yang hanya melakukan stock split dimana perusahaan tersebut tidak melakukan corporate action lainya selama periode pengamatan. c) Saham dari perusahaan tersebut aktif diperdagangkan di Bursa Efek

Indonesia.

d) Perusahaan mempublikasikan data yang lengkap berkaitan dengan data yang dibutuhkan selama periode pengamatan.

Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah populasi sasaran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini :

Tabel 1.2

Data Hasil Pemilihan Populasi Sasaran

Tahun 2005 2006 2007

Populasi (Perusahaan) 336 344 383

Perusahaan yang tidak melakukan

stock split (331) (333) (371)

Perusahaan yang melakukan stock

split. 4 10 13

Perusahaan yang melakukan corporate

action lainya (0) (0) (1)

Total populasi sasaran 26


(20)

Berikut adalah nama-nama perusahaan yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini :

Tabel 1.3

Populasi Sasaran Penelitian

No Kode Nama Perusahaan Tanggal

Pengumuman 1 CTRS Ciputra Surya Tbk. 25 Juli 2005 2 HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk. 1 September 2005 3 PRAS Prima Alloy Stell Tbk. 20 September 2005 4 HITS Humpu Intermoda Transportasi Tbk. 15 Desember 2005 5 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 17 Maret 2006 6 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk. 8 Juni 2006 7 PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk. 10 Juli 2006 8 LPKR Lippo Karawaci Tbk. 28 Juli 2006 9 JRPT Jaya Real Property Tbk. 14 Agustus 2006 10 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk. 14 September 2006 11 BBLD Buana Finance Tbk. 2 Oktober 2006 12 EKAD Ekadharma International Tbk. 19 Oktober 2006 13 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 24 November 2006 14 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk. 6 Desember 2006 15 BMTR Global Mediacom Tbk. 24 April 2007 16 DAVO Davomas Abadi Tbk. 28 Mei 2007 17 ANTM Aneka Tambang Tbk. 12 Juli 2007 18 AKRA AKR Corporindo Tbk. 27 Juli 2007 19 SMGR Semen Gresik Tbk. 7 Agustus 2007 20 SOBI Sorini Agro Asia Corporation Tbk. 22 Agustus 2007 21 HADE Hortus Danavest Tbk. 10 September 2007 22 HITS Humpus Intermoda Transportasi Tbk. 11 September 2007 23 PWON Pakuwon Jati Tbk. 19 September 2007 24 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 1 November 2007 25 JPRS Jaya Pari Steel Tbk. 12 Desember 2007 26 LPKR Lippo Karawaci Tbk. 26 Desember 2007

Sumber :

4. Sumber Data dan Waktu Penelitian

a) Sumber Data

Data perusahaan yang melakukan stock split diperoleh melalui situs


(21)

b) Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai April 2009 sampai dengan Juni 2009.

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan jenis data yang diperoleh secara tidak langsung yang

merupakan hasil publikasi melalui situs

referensi, dan literatur ilmiah lainya yang berkaitan dengan topik penelitian yang dipublikasikan melalui media internet.

6. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui studi pustaka yaitu dengan mengumpulakan data pendukung berupa literatur jurnal penelitian-penelitian, serta laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan masalah yang diteliti. Juga dikumpulkan data-data sekunder yang diperlukan yaitu laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a) Metode penelitian deskriptif.

Metode penelitian deskriptif merupakan penelititan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2000 : 3009). Analisis deskriptif berguna untuk menunjang analisis kuantitatif dengan melihat gambaran pergerakan


(22)

b) Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengukur tingkat signifikansi abnormal return yang terjadi. Pengujian tingkat signifikansi dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel. Penetapan t-hitung dilakukan dengan menggunakan SPSS 15 (Firmansyah, 2007:255). Hipotesis yang digunakan dalam penelititan ini adalah :

Ho : µ setelah pengumuman = µ sebelum pengumuman artinya AAR setelah tanggal pengumuman stock split tidak berbeda secara signifikan dengan AAR sebelum tanggal pengumuman.

Hi : µ setelah pengumuman ≠ µ sebelum pengumuman artinya AAR setelah tanggal pengumuman stock split berbeda secara signifikan dengan AAR sebelum tanggal pengumuman.

Menurut Cooper (2004 : 77-78), kriteria penerimaan hipotesis dengan t-Test : Paired Two Sample for Means dengan derajat signifikansi (α) 5 adalah :

H0 diterima jika : -t tabel < t hitung < t tabel

H1 diterima jika : t hitng > t tabel atau t hitung < -t tabel .


(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Martin (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Reaksi Pasar Modal Atas Informasi Stock Split Pada Perusahaan-Perusahaan Go-Public di Bursa Efek Jakarta”. Tujuan penelitian dilakukan untuk menguji kekuatan muatan informasi dari suatu informasi stock split terhadap aktivitas di bursa efek, atau dengan kata lain untuk mengamati reaksi pasar terhadap event berupa informasi

stock split. Metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif dan

kualitatif dengan menggunakan uji t data berpasangan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa informasi stock split memberikan pengaruh yang signifikan terhadap reaksi pasar modal yang ditandai dengan adanya perbedaan rata-rata

return dan abnormal return di seputar tanggal pengumuman stock split

perusahaan.

Firmansyah dan Evony (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Pengumuman Ex-Dividend Date terhadap Abnormal Return: Event

Study pada Bursa Efek Jakarta”. Penelitian dilakukan dengan menggunakan alat

uji independent sample t-test. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengumuman ex-dividend terhadap abnormal return pada baik pada kondisi dividen naik, dividen turun maupun dividen tetap. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat abnormal return pada kondisi dividen naik, dividen turun, dan dividen tetap serta investor bereaksi negatif terhadap informasi


(24)

Lusiana (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Perubahan Harga Pasar Saham Di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sebelum pemecahan saham (stock split) dan setelah pemecahan saham terhadap perubahan harga pasar saham. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan statistik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji signifikansi parsial (uji statistik t). Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa pemecahan saham (stock split) tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga pasar saham.

B. Pengertian Pasar Modal

Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen jangka panjang, umunya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul, 2006:43). Menurut UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkanya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Tujuan dan manfaat pasar modal dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu: 1. Sudut pandang negara

Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian suatu negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Negara memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk mengatur bidang perekonomian tetapi tidak harus memiliki perusahaan sendiri. Jika kegiatan ekonomi dapat dilaksanakan oleh pihak swasta, maka negara tidak perlu ikut


(25)

campur secara lansung agar tidak menambah biaya. Akan tetapi, negara mempunyai kewajiban membuat perundang-undangan agar pihak swasta dapat bersaing dengan jujur dan tidak terjadi monopoli.

2. Sudut pandang emiten

Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal. Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah yang bisa didapatkan di pasar modal. Perusahaan yang masuk ke dalam pasar modal akan lebih dikenal karena setiap hari namanya selalu muncul dalam media massa. Perusahaan yang sudah dikenal namanya akan lebih mudah mencari hubungan bisnis dengan perusahaan domestik atau luar negeri. Selain itu, perusahaan yang masuk ke pasar modal juga selalu mendapat perhatian, sorotan, kritik, pujian dan sebagainya dari masyarakat akan berakibat positif bagi perusahaan. 3. Sudut pandang masyarakat

Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan uangnya. Pasar modal merupakan sarana yang baik untuk melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar bagi kebanyakan masyarakat. Pasar modal (dalam Jogiyanto (2003:15)) dapat dibedakan menjadi : a) Pasar primer yaitu pasar tempat perdagangan surat berharga yang baru

dikeluarkan oleh perusahaan. Harga pasar perdana ditentukan oleh emiten dan penjamin emisi berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Hasil atau penjualan saham tersebut keseluruhanya masuk sebagai modal perusahaan.


(26)

b) Pasar sekunder yaitu pasar tempat perdagangan surat berharga yang sudah beredar. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham. Hasil penjualan saham tidak lagi masuk sebagai modal perusahaan, melainkan masuk ke dalam kas para pemegang saham.

c) Pasar ketiga yaitu pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua ditutup. Operasi yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan informasi yang disebut trading information. Informasi yang diberikan pasar ini meliputi harga-harga saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainya mengenai surat berharga yang bersangkutan.

d) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar investor atau dapat diartikan dengan pengalihan saham dari satu pemegang ke pemegang saham lainya tanpa melaui perantara pedagang efek untuk menghindari adanya komisi. Meskipun transaksi terjadi secara langsung antar investor namun transaksi tersebut harus dilaporkan dan dicatat pada bursa efek.

C. Saham

Suatu perusahan membutuhkan modal (dana) yang digunakan dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Sumber modal dapat berasal dari dalam perusahaan sendiri maupun dari luar. Sumber dari dalam (internal financing) berasal dari operasi perusahaan (laba ditahan), sedangkan sumber dari luar perusahaan (external financing) dapat dalam bentuk saham biasa atau saham prioritas.


(27)

Keuntungan yang didapat investor dari investasi dalam bentuk saham pada dasarnya dapat berupa:

1. Capital Gain, merupakan keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa

selisish antara nilai jual yang lebih tinggi dari nilai beli saham.

2. Deviden, merupakan bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan

kepada pemegang saham. Ada dua jenis bentuk saham yaitu :

a. Common Stock (Saham Biasa) adalah saham yang menempatkan

pemegang sahamnya paling akhir dalam pembagian deviden sesuai dengan keadaan keuntungan yang diperoleh perusahaan penerbitnya dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

Saham biasa dapat dibedakan ke dalam lima jenis yaitu :

1) Blug Chip Stock, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang

memiliki reputasi tinggi, sebagai leader industri sejenisnya, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden.

2) Income Stock, yakni saham dari emiten yang dapat membayar

dividen lebih tinggi dari deviden yang dibayar pada tahun sebelumnya.

3) Growth Stock yaitu, saham-saham dari emiten yang memilki

pertumbuhan pendapatan yang tinggi sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.


(28)

4) Speculative Stock, yaitu saham yang tidak konsisten memperoleh

penghasilan dari tahun ke tahun, tetapi mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti. 5) Counter Cyclical Stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh

kondisi ekonomi makro atau situasi bisnis secara umum. Harga saham tetap tinggi emitenya mampu memberikan dividen yang tinggi karena kemampuan emiten dalam memperoleh pendapatan yang tinggi.

b. Prefered Stock (Saham Preferen) adalah saham yang para pemegang

sahamnya mempunyai prioritas terlebih dahulu dalam pembagian atas asset atau kekayaan perusahaan. Apabila perusahaan dilikuidasi, mempunyai prioritas pembagian deviden dalam jumlah tertentu sebelum dibagikan kepada pemegang saham biasa sesuai kesepakatan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan perusahaan penerbit.

D. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks harga saham gabungan (Composite Stock Price Index) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek. Makna gabungan berarti kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan indeks harga saham gabungan lebih dari satu. Perhitungan harga saham gabungan bisa terdiri dari 20 saham, 30 saham, 45 saham, dan bahkan seluruh saham yang tercatat pada bursa efek, tergantung dari institusi yang mengeluarkanya. Indeks harga saham gabungan Bursa Efek Jakarta mengambil harga dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan mengikutsertakan semua saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.


(29)

Indeks Harga Saham Gabungan berubah setiap hari karena perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari dan adanya saham tambahan. Pertambahan jumlah saham beredar berasal dari emisi baru, yaitu masuknya emiten baru yang tercatat di Bursa Efek, atau terjadi tindakan corporate action berupa split, right, waran, dividen saham, saham bonus, dan saham konversi.

Disamping indeks harga saham gabungan, Bursa Efek Jakarta juga mengeluarkan indeks harga saham gabungan sektoral yang terdiri dari sembilan sektor industri yaitu :

1. Indeks sektor pertanian 2. Indeks sektor pertambangan

3. Indeks sektor industri dasar dan kimia 4. Indeks sektor aneka industri

5. Indeks sektor industri barang konsumsi 6. Indeks sektor properti dan real estate

7. Indeks sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi 8. Indeks sektor keuangan

9. Indeks sektor perdagangan, jasa , dan transportasi

E. Keuntungan dan Risiko Kepemilikan Saham 1. Keuntungan kepemilikan saham

Saham merupakan sekuritas yang menerbitkan penghasilan yang diperoleh pemodal dengan membeli dan memiliki saham. Penghasilan tersebut dapat berupa dividen dan capital gain.


(30)

a) Dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Umumnya dividen ini merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. Dividen yang diberikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap saham, sedangkan dividen saham adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk sejumlah saham sehingga jumlah yang dimiliki seseorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen tersebut.

b) Capital gain

Capital gain adalah realisasi keuntungan yang diperoleh dari selisih

harga beli dan harga jual saham akibat fluktuasi yang terjadi di pasar modal ketika pemegang saham tersebut menjual sahamnya. Capital

gain akan diperoleh jika harga saham saat penjualan lebih tinggi

dibandingkan harga saham pada saat pembelian.

2. Risiko kepemilikan saham

Para pemegang saham selain mendapatkan keuntungan juga memiliki risiko terhadap saham akibat fluktuasi harga pasar. Risiko tersebut antara lain:


(31)

a) Tidak mendapat dividen

Potensi keuntungan ditentukan oleh kinerja perusahaan, jika operasi perusahaan tidak mendapat keuntungan (perusahaan mengalami kerugian), maka perusahaan tidak dapat membagikan dividen.

b) Capital loss

Fluktuasi harga saham yang terjadi tidak hanya mengakibatkan pemegang saham memperoleh keuntungan (capital gain) namun dapat menyebabkan kerugian(capital loss), hal ini terjadi apabila harga pada saat penjualan saham lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada saat penjualan.

c) Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi

Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka secara otomatis saham perusahaaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa (di-delist). Dalam kondisi tersebut, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi, artinya setelah semua asset perusahaan yang dilikuidasi tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada kreditor atau pemegang obligasi dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.

d) Saham di-delist dari bursa

Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak mendapatkan dividen secar berturut-turut selama beberapa tahun dan


(32)

berbagai kondisi lainya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa. Saham yang telah di-delist tentu saja tidak dapat lagi diperdagangkan dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya harganya jauh dari harga sebelumnya. e) Saham di-suspend

Saham di-suspend berarti saham tersebut dihentikan perdaganganya sementara oleh otoritas bursa, dan pemodal tidak dapat menjual sahamnya sampai suspend dicabut. biasanya berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan, hal tersebut dilakukan oleh otoritas bursa jika misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya dan bebagai kondisi lainya yang mengharuskan otoritas bursa men-suspend saham perusahaan tersebut untuk kemudian dimintakan konfirmasi dan informasi lainya dari perusahaan tersebut, sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Informasi yang diperoleh investor secara jelas, maka suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula.

F. Pengertian Return

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return eskpektasi yang belum terjadi tetapi

yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi (realized


(33)

pengukur dari kinerja perusahaan. Data historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang.

Abnormal return sebagai selisih antara actual return dengan expected return

dapat terjadi sebelum informasi resmi diterbitkan atau telah terjadi kebocoran informasi atau sesudah informasi resmi diterbitkan (Samsul, 2006 : 275).

Abnormal return dihitung berdasarkan adanya expected return oleh investor.

Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung expected return adalah (Tandelilin, 2001:52) :

E(R) = Dimana:

E(R) = expected return dari suatu sekuritas Ri = return ke-i yang mungkin terjadi pri = probabilitas kejadian return ke-i

n = banyakanya return yang mungkin terjadi.

Expected return dapat juga dihitung dengan menggunakan CAPM,

dengan rumus (Samsul, 2006 : 276): E(Rit) = rf + βi[rm - rf] dimana :

E(ri) = expected return sekuritas i rf = beta saham individual βi = tingkat return bebas risiko rm = return pasar


(34)

Expected return dapat juga dihitung dengan model pasar, dengan rumus

(Fakhruddin, 2001:36) :

E(Ri) = αi + βi(Rm) + εit Dimana :

E(Ri) = expected return pada waktu t αi = konstanta

βi = beta saham ke-i pada periode t Rm = return pasar pada periode t

εit = kesalahan acak sekuritas i pada periode t

Ada juga model rata-rata yang disesuaikan, expected return dapat dihitung dengan rumus (Bodie, 2006:385) :

E(Rit) = Dimana :

E(Rit) = expected return pada periode t Rit = actual return saham ke-i periode t T = lamanya periode estimasi

G. Pengertian Stock Split

1. Defenisi Stock Split

Stock split merupakan salah satu bentuk corporate action yang dilakukan

emiten, dengan cara memecah jumlah sahamnya (split) menjadi lebih banyak. Hal ini akan secara otomatis juga memecah harga saham, baik harga nominal dan harga pasar.

Ilustrasi dari stock split adalah sebagai berikut ; misalkan perusahaan A memiliki lima juta lembar saham dengan harga nominal Rp 1000. Pada


(35)

saat perusahaan mengumumkan akan melakukan stock split 1 : 2, perusahaan A akan memiliki 10 juta lembar saham (5 juta x 2) dengan harga nominal Rp 500 (Rp 1000/2).

2. Prosedur Stock Split

Prosedur stock split dilakukan dengan cara menukarkan saham dengan nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham baru dengan nilai nominal yang baru. Penukaran ini dapat dilakukan di Biro Administrasi Efek yang ditunjuk oleh emiten. Tanggal-tanggal penting yang harus diperhatikan dalam rangka stock split adalah:

a) Tanggal mulai permohonan penggantian surat kolektif saham (SKS) lama untuk stock split.

b) Periode suspensi.

c) Tangggal mulai penyerahan SKS baru hasil stock split.

d) Tanggal dimulainya perdagangan saham dan dimulainya pergantian. Perusahaan mulai mendaftarkan saham yang dimiliki untuk ditukarkan dengan saham baru dengan nilai nominal yang baru pada tanggal permohonan. Saham dengan nilai nominal lama masih diperdagangkan mulai dari tanggal ini sampai dengan periode suspensi dan pemegang saham lama selama periode ini boleh mendaftarkan diri untuk stock split. Saham tidak dapat diperdagangkan di bursa efek selama periode suspensi untuk memberikan waktu mengatministrasikan saham untuk stock split.

Tanggal ketiga adalah tanggal dimulainya penyerahan surat kolektif saham baru hasil stock split. Saham baru dengan nilai nominal baru ini mulai dapat diperdagangkan di bursa efek sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Biasanya


(36)

tanggal mulai perdagangan saham dengan nilai nominal baru sama dengan tanggal mulai penyerahan SKS baru hasil stock split. Sesudah tanggal mulai tanggal perdagangan saham dengan nilai nominal baru maka semua sham dengan nilai nominal lama tidak dapat diperdagangkan lagi di bursa, tetapi harus ditukarkan dengan saham dengan nilai nominal baru (www.idx.com).

Gambar 2.1: Skema Prosedur Pelaksanaan Stock Split

Sumber : http//www.idx.co.id

H. Pengertian Studi Peristiwa (Event Study)

Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Studi peristiwa dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat.

Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan oleh adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal

return, maka dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan Tanggal mulai

permohonan penukaran SKS

lama

Periode suspensi

Tanggal mulai penyerahan

SKS baru

Tanggal mulai perdagangan


(37)

informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar.

Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi dari pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian melibatkan pengujian kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap informasi yang diumumkan, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market) bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika investor bereaksi dengan cepat untuk menyerap

abnormal return untuk menuju ke harga keseimbangan yang baru. Jika investor

menyerap abnormal return dengan lambat, maka pasar dikatakan tidak efisien bentuk setengah kuat secara informasi.


(38)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang stabil.

Pasar modal secara teoritis telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.


(39)

Tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia secara singkat dapat dilihat sebagai berikut:

1. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

2. Tahun 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. 3. Tahun 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama

dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

4. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

5. Tahun 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

6. Tahun 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

7. Tahun 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

8. Tahun 1956 – 1977 :Perdagangan di Bursa Efek vakum. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.


(40)

9. Tahun 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

10.Tahun 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. 11.Tahun 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar

Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

12.2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

13.Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

14.Tanggal 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

15.Tanggal 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 16.Tanggal 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan


(41)

17.10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

18.Tahun 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

19.Tahun 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

20.Tahun 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

21.Tahun 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. Perkembangan Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Jakarta awalnya mulai beroperasi sejak Agustus 1977 berjalan agak tersendat-sendat mengingat pada saat itu jumlah perusahaan yang go public hanya bertambah dalam hitungan jam selama sepuluh tahun pertama. Minat investor masih sangat terbatas, mengingat belum banyak yang memahami berinvestasi di pasar modal. Hal ini dapat dimengerti mengingat kegiatan pasar modal merupakan kegiatan yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia, di samping itu berinvestasi di pasar modal merupakan investasi yang mempunyai resiko sehingga investor perlu berhati-hati sebelum menanamkan uangnya di pasar modal. Keadaan demikian menyebabkan indeks harga saham hanya bergerak di sekitar 60-100 dan nilai perdagangan setiap hari rata-rata tidak lebih dari Rp 50.000.000. Pada tahun 1988 kemudian keadaan mulai berubah sejak


(42)

pemerintah meluncurkan berbagai deregulasi antara lain diperbolehkannya investor asing berinvestasi di pasar modal, tidak adanya batasan fluktuasi harga saham di bursa efek. Hal ini dapat dilihat dari indeks harga saham yang melejit menjadi 305 atau meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan kurun waktu sepuluh tahun pertama.

Nilai transaksi harian meningkat menjadi Rp. 120.000.000 atau meningkat lebih dari dua kali lipat. Kenaikan dramatis ini diikuti dengan meningkatnya jumlah perusahaan go public pada tahun 1989 menjadi 56 atau meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan kurun waktu 10 tahun pertama. Perkembangan ini berlanjut sehingga pada tahun 1993 Bursa Efek Jakarta mencapai pertumbuhan yang sangat mengesankan 114,62 %. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan nomor tiga yang tertinggi di bursa-bursa Asia yang hanya dapat disaingi oleh Hongkong dan Philipina.Perkembangan faktor eksternal seperti keputusan yang dilakukan oleh Federal Reserve Bank yang sepanjang tahun 1994 menaikkan suku bunga beberapa kali yang secara keseluruhan mencapai 25 % Tahun 1994 merupakan tahun tantangan bagi Bursa Efek Jakarta.

Perubahan suku bunga ini mau tidak mau berpengaruh pada kinerja Bursa Efek Jakarta. Hal ini dapat dilihat bahwa pada akhir tahun 1994 IHSG Bursa Efek Jakarta menurun sebesar 20,23% yang dihitung dari IHSG tahun 1993. IHSG naik dari 469,64 pada akhir Desember 1994 menjadi 519,57 pada akhir Desember 1995. Perkembangan faktor eksternal ini tidak hanya terasa pada Bursa Efek Jakarta tetapi juga mempengaruhi bursa lainnya di dunia.


(43)

C. Profi Perusahaan Sampel 1. PT. Ciputra Surya Tbk

PT. Ciputra Surya Tbk merupakan anak perusahaan dari PT Ciputra Development Tbk. Perusahaan ini adalah pengembang dengan fokus di Jawa Timur, ditambah dengan sebuah proyek residential di Lampung. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri properti Indonesia.

2. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk

PT. Hexindo Adiperkasa bergerak dalam bidang properti yaitu leasing dan perdagangan, penjualan spare parts dan remanufacturing. Perusahaan juga bertindak sebagai distributor alat-alat berat dan peralatan properti. Kantor pusat terletak di Jakarta.

3. PT. Prima Alloy Stell Tbk

PT. Prima Alloy Stell didirikan pada tanggal 20 Februari 1984. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perseroan meliputi industri rim, stabilizer, dan peralatan lain yang terbuat dari aluminium paduan dan baja, dan perdagangan umum untuk produk-produk tersebut. Kantor dan pabrik perseroan terletak di Jln. Muncul no. 1 Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur.

4. PT. Humpus Intermoda Transportasi Tbk

PT.Humpus Intermoda Transportasi merupakan perusahaan publik yang bergerak dalam bidang transportasi laut yaitu pengangkutan crude oil,

methanol, LNG, dan bermarkas di Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada


(44)

5. PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk

PT. Pelayaran Tempuran Emas merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi yaitu jasa pengangkutan barang melalui laut. Perusahaan ini memiliki tiga anak perusahaan yaitu PT. PBM Jasa Trisari yang bergerak di bidang penanganan muatan kargo dari dan ke kapal, PT. Pelayaran Tirtamas Express, serta Anemi Maritime Co. Ltd, dimana keduanya bergerak di jasa pelayaran dan penyewaan peti kemas. Perusahaan ini beralamat di Jln. Tembang no. 51, Jakarta Utara.

6. PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk

Duta Pertiwi Nusantara merupakan perusahaan yang memproduksi lem yang kini memasuki bisnis tambang batu bara. Perusahaan ini merupakan patungan (joint venture) antara Duta Pertiwi Nusantara yang menguasai 60% saham dan PT Peta Airus yang terafiliasi dengan PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk yang memiliki saham selebihnya.

7. PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk

PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk sejak awal berdirinya tahun 1966 bergerak di bidang pengembang properti dan real estate. Pada tanggal 2 Juli 2004 Ancol melakukan go public dengan kepemilikan saham 72% oleh Pemda DKI Jakarta dan 18% oleh PT Pembangunan Jaya, serta 10% oleh masyarakat. Langkah go public dilakukan untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan karena lebih terkontrol, terukur, efisien dan efektif dengan tingkat profesionalisme yang tinggi.


(45)

8. PT. Lippo Karawaci Tbk

PT. Lippo Karawaci didirikan pada tahun 1990 dan tiga tahun kemudian perusahaan ini menjadi pionir pengembangan kota satelit yang bernuansa urban dan berdiri secara mandiri karena berbentuk integrated township. Lippo Group kemudian menggabungkan berbagai perusahaan properti pemukiman, ritel/komersil, kesehatan, ifrastruktur, dan hospitality di bulan Juli 2004. Aktivitas bisnis kemudian terbagi menjadi tiga bagian besar setelah merger yaitu property, healthcare, dan hospitality.

9. PT. Jaya Real Property Tbk

PT. Jaya Real Properti Tbk merupakan salah satu anak perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol yang sahamnya mayoritas milik Pemda DKI Jakarta. PT Jaya Real Property Tbk selama lebih dari seperempat abad telah dikenal sebagai salah satu perusahaan pengembang perumahan terkemuka di ibukota dengan sejumlah keberhasilan pembangunan dan manajemen proyek perumahan dan properti.

10. PT. Tempo Scan Pacific Tbk

PT. Tempo Scan Pacific Tbk yang beralamat di Jln. H.R. Rasuna said Kav.11, Jakarta merupakan kelompok usaha yang bergerak dalam bidang usaha seperti memproduksi dan memasarkan produk-produk farmasi, suplemen kesehatan, perawatan kesehatan, produk-produk keperluan rumah tangga dan kosmetika dengan merek-merek terkenal baik yang dimiliki sendiri maupun dengan perjanjian lisensi.


(46)

11. PT. Ekadharma International Tbk

PT. Ekadharma International Tbk didirikan pada tahun 1981 dan bergerak dalam bidang produksi kertas. Pada tahun 1983 mengembangkan usahanya ke bidang industri pita perekat. Tahun 1984 mengadakan kerja sama dengan Nashua Corporation USA untuk memproduksi pita perekat dengan merek “NASHUA” untuk pasar Indonesia. Tahun 1990 nama Ekadharma diubah menjadi PT Ekadharma Tape Industries dan menjual sebagian sahamnya ke publik.

12. PT. Buana Finance Tbk

PT Buana Finance Tbk berawal dari pendirian PT BBL Leasing Indonesia pada tanggal 7 Juni 1982 yang merupakan usaha patungan antara Bangkok Bank Ltd dan PT. Dharmala Sakti Sejahtera. Perseroan berubah nama pada akhir tahun 2005 menjadi PT. Buana Finance Tbk dan bergerak di bidang sewa guna usaha dan pembiayaan konsumen.

13. PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk

PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk beralamat di Jln. Abdul Muis no. 34, Jakarta yang bergerak di bidang transportasi yaitu pelayaran.

14. PT. Plaza Indonesia Realty Tbk

PT. Plaza Indonesia Realty Tbk secara umum menjalankan bidang usaha pembangunan yaitu pemborongan bangunan dan kontraktor, merencanakan,melaksanakan dan membangun gedung-gedung, rumah-rumah, serta melakukan pekerjaan teknik sipil lain termasuk pemasangan instalasi-instalasi listrik, diesel, air, dan gas.


(47)

15. PT. Global Mediacom Tbk

PT. Global Mediacom Tbk, sebelumnya bernama PT. Bimantara Citra Tbk merupakan sebuah perusahaan yang menghasilkan media yang bermarkas di Jakarta, didirikan pada tahun 1981. Saat ini mayoritas sahamnya dimiliki oleh Bhakti Investama.PT. Global Mediacom mendirikan RCTI pada tahun 1989, mengambil alih Global TV (2001), TPI (2003), koran Sindo, dan sejumlah media lain.

16. PT. Davomas Abadi Tbk

PT. Davomas Abadi Tbk merupakan produsen terbesar di Indonesia yang mengekspor kakao Butter dan kakao bubuk. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1990 dengan fasilitas produksi yang berlokasi di Tangerang, Jawa Barat. Perseroan saat ini memiliki kapasitas produksi 100.800 metrik ton per tahun (TPA). PT Davomas Abadi Tbk terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1994.

17. PT. Aneka Tambang Tbk

PT. Aneka Tambang Tbk berdiri tahun 1968, merupakan perusahaan indonesia yang terintegrasi untuk mengikuti semua tahapan proses pertambangan dari eksplorasi, pertambangan, peleburan, dan perbaikan sampai pemasaran. Produk utamanya adalah ferronickel, bijih nikel, emas, perak, dan bauksit. Perusahaan ini merupakan salah satu dari sedikit perusahaan Indonesia yang terdaftar di luar pasar saham Indonesia. Oleh sebab itu, harus memenuhi dtandar internasional dan transparansi pemerintah.


(48)

18. PT. AKR Corporindo Tbk

PT. AKR Corporindo Tbk adalah salah satu perusahaan perdagangan dan distribusi yang terbesar di Indonesia dengan pengalaman sudah lebih dari empat dekade menangani komoditi dalam jumlah yang besar. PT. AKR Corporindo Tbk adalah perusahaan yang berkembang membawa perubahan, mengikuti perkembangan dan meraih setiap peluang.

19. PT. Semen Gresik Tbk

PT. Semen Gresik Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam industri semen. Semen Gresik mengubah komposisi kepemilikan saham pada bulan September 1995 kepada negara 65% dan 35% untuk umum. Kapasitas terpasang perusahaan saat ini telah mencapai16,92 juta ton per tahun, dan mencakup sekitar 46% dari pasar semen domestik.

20. PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk

PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk didirikan pada tahun 1983 di Surabaya dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan memproduksi dan memasok pati dan produk-produk derivatif seperti sorbitol, dekstrosa

monohydrate, glucose syrup maltodextrin dan berbagai barang keperluan

industri.

21. PT. Hortus Danavest Tbk

Kegiatan utama PT. Hortus Danavest Tbk adalah perdagangan dan broker saham, pendapatan tetap, dan perusahaan keuangan. Divisi broker saham dan perdagangan melaksanakan transaksi membeli dan menjual saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(49)

22. PT. Pakuwon Jati Tbk

PT. Pakuwon Jati adalah perintis dari superblock, sebuah integrasi ritel, kantor, dan hotel. Perusahaan yang juga merupakan pengembang perumahan di kota Surabaya Timur. Melalui superblock yang unik dan perkembangan Township, perusahaan mampu melakukan sinergi yang kuat untuk meningkatkan margin dan mencapai skala dan efisiensi operasional.

23. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk

PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang peternakan dan perikanan. Perusahaan bergerak dalam produksi ternak, unggas, pakan ikan dan udang, serta daging ayam olahan, unggas dan peternakan.

24. PT. Jaya Pari Steel Tbk

PT. Jaya Pari Steel Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi logam yang bermarkas di Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1978. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam bahan logam.

25. PT. Lippo Karawaci Tbk.

PT. Lippo Karawaci Tbk (pertama kali didirikan sebagai PT. Tunggal Reksakencana) didirikan tahun 1990 sebagai anak perusahaan Grup Lippo untuk membangun perumahan Lippo Village di Tangerang dan perumahan Lippo Cikarang di Cikarang.


(50)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

1. Analisis Actual Return

Analisis actual return dilakukan dengan beberapa langkah yaitu :

a. Menghitung actual return harian. Tabel 4.1 berikut menunjukkan hasil perhitungan actual return harian masing-masing saham lima hari sebelum dan lima hari sesudah stock split.

Tabel 4.1

Hasil perhitungan actual return harian selama periode penelitian

Kode H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H+1 H+2 H+3 H+4 H+5

CTRS 0,0000 0,0211 0,0309 0,0375 -0,0602 -0,0476 0,0000 -0,0250 -0,0256 -0,0263

HEXA 0,0000 0,0000 -0,1000 0,1296 0,0164 0,0000 -0,0083 0,0000 0,0417 0,0080

PRAS 0,0000 0,0875 0,0875 0,0000 0,0238 0,0000 0,0000 0,0000 -0,1429 0,0000

HITS 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0179 0,0000 0,0000

TMAS 0,0063 0,0813 0,0405 -0,0278 0,0514 -0,0110 -0,0110 0,0111 0,0220 -0,0215

DPNS 0,0000 0,0000 0,0800 -0,0370 -0,0577 -0,1600 0,0000 -0,0357 0,0000 0,0000

PJAA 0,0000 0,0449 0,0968 0,0968 -0,0617 -0,0617 0,0104 0,0000 0,0000 -0,0215

LPKR 0,0000 0,0000 0,0000 0,0175 0,0345 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0112

JRPT 0,0000 0,0000 -0,0227 -0,0853 -0,0169 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0172

TSPC -0,0070 0,0493 -0,0067 -0,0068 0,0136 0,0548 0,0130 -0,0256 0,0132 0,0130

BBLD 0,0000 0,0282 0,0000 0,0274 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0519 0,0000 0,0548

EKAD -0,0667 0,0429 0,0429 -0,0147 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

APOL 0,0070 0,0486 0,0132 -0,0065 -0,0197 0,0429 -0,0548 0,0000 -0,0290 0,0000

PLIN 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0278 -0,0991 0,0000 0,0600

BMTR 0,0452 0,0096 -0,0190 0,0000 0,0194 -0,0588 0,0089 0,0531 0,0084 0,0000

DAVO -0,0333 0,0000 0,0000 0,0345 0,0167 -0,0345 0,0000 0,0000 0,0357 0,0345

ANTM 0,0238 0,0543 0,0074 -0,0328 0,0000 0,0000 -0,0189 0,0000 -0,0096 0,0485

AKRA 0,0253 0,0246 0,0192 0,0000 0,0377 -0,0268 0,0092 -0,0182 0,0093 0,0183

SMGR 0,0096 -0,0190 0,0204 0,0029 -0,0285 0,0000 0,0000 -0,0100 0,0051 -0,0352

SOBI 0,0066 -0,0588 0,0000 0,0556 -0,0526 0,0000 0,0000 0,0000 -0,0137 -0,0139

HADE 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0500 0,0667 0,0000 0,0000 -0,0750 0,0000

HITS 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0375 0,0375 0,0375

PWON 0,0000 0,0000 -0,0667 0,0000 0,0000 -0,0714 -0,0714 -0,0714 -0,0521 -0,0110

CPIN 0,0538 -0,0073 0,0368 0,0000 0,0426 -0,0139 0,0141 0,0417 0,0133 -0,0263

JPRS 0,0000 0,0211 0,0309 0,0375 -0,0602 -0,0476 -0,0476 -0,0250 -0,0256 -0,0263

LPKR 0,0000 -0,0059 -0,0060 0,0000 0,0000 0,0149 0,0147 0,0000 0,0145 0,0714


(51)

b. Menghitung average actual return masing-masing lima hari sebelum

stock split dan lima hari sesudah stock split. Perbandingan average actual return masing-masing saham sebelum dan sesudah stock split

dapat dilihat dalam Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2

Average actual return sebelum dan sesudah stock split

No Kode Average Actual Return

Sebelum Stock Split Sesudah Stock Split

1 CTRS -0,00144 0,00032

2 HEXA 0,00920 0,00828

3 PRAS 0,01536 -0,02858

4 HITS 0,00364 0,00358

5 TMAS 0,03034 0,00012

6 DPNS -0,00294 -0,03914

7 PJAA 0,01452 -0,01046

8 LPKR 0,01040 0,00002

9 JRPT -0,02498 0,00000

10 TSPC 0,00848 0,01368

11 BBLD 0,01112 0,00058

12 EKAD -0,02140 0,00000

13 APOL 0,00852 -0,00818

14 PLIN 0,00000 -0,00226

15 BMTR 0,01104 0,00232

16 DAVO 0,00358 0,00714

17 ANTM 0,01054 0,00400

18 AKRA 0,02136 -0,00164

19 SMGR -0,00292 -0,00802

20 SOBI -0,00984 -0,00552

21 HADE 0,01000 -0,00166

22 HITS 0,00000 0,01938

23 PWON -0,01334 -0,04228

24 CPIN 0,02518 0,00578

25 JPRS 0,00586 -0,02490

26 LPKR -0,00238 0,02310


(52)

Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut dapat diketahui perbandingan return sebelum dan sesudah stock split yaitu:

1). Perusahaan yang memiliki actual return lebih besar pada saat sebelum stock split adalah perusahaan dengan kode HEXA, PRAS, HITS (2005), TMAS, DPNS, PJAA, LPKR, BBLD, APOL, PLIN, BMTR, ANTM, AKRA, SMGR, HADE, PWON, CPIN, dan JPRS. Perusahaan memiliki rata-rata lima hari actual return yang lebih besar sebelum stock split karena harga saham yang diperjualbelikan pada saat tersebut lebih mengalami kenaikan dibandingkan dengan harga saham sesudah stock split. Perusahaan dengan kode PLIN sebelum stock split memiliki rata-rata actual return nol karena selama lima hari sebelum stock split dilakukan harga saham perusahaan tersebut tidak mengalami perubahan walaupun ada transaksi jual beli saham.

2). Perusahaan yang memiliki actual return lebih besar pada saat sesudah stock split adalah perusahaan dengan kode CTRS, JRPT, TSPC, EKAD, DAVO, SOBI, HITS (2007), dan LPKR (2007). Perusahaan memiliki rata-rata lima hari actual return yang lebih besar sesudah stock split karena harga saham yang diperjualbelikan pada saat tersebut lebih mengalami kenaikan dibandingkan dengan harga saham sebelum stock split. Perusahaan dengan kode JRPT, EKAD, dan LPKR (2007) sesudah stock split memiliki rata-rata


(53)

dilakukan harga saham perusahaan tersebut tidak mengalami perubahan walaupun ada transaksi jual beli saham.

c. Menghitung cumulative average actual return sebelum dan sesudah stock

split. Tabel 4.3 berikut merupakan hasil perhitungan cumulative average actual return sebelum dan sesudah stock split.

Tabel 4.3

Cumulative Average Actual return Cumulative Average Actual Return

Sebelum Stock Split Sesudah Stock Split

0,0046 -0,0032

Sumber : Tabel 4.1, data diolah penulis (2009)

Pendapatan investasi dalam saham meliputi keuntungan jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss. Apabila actual return bernilai positif maka investor memperoleh capital

gain dan apabila bertanda negatif maka investor mengalami capital loss

(Samsul, 2006 : 289). Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa secara keseluruhan sebelum stock split investor memperoleh capital gain sebesar dan sesudah stock split memperoleh capital loss.

2. Analisis Expected Return

Expected return yang dihitung dengan metode CAPM menunjukkan

bagaimana seharusnya return yang diharapkan terjadi oleh para pelaku pasar di pasar modal. Perhitungan expected return adalah menggunakan tingkat suku bunga bebas risiko (SBI) dan beta saham satu tahun sebelum tahun

stock split dilakukan. Tabel 4.4 berikut merupakan hasil perhitungan expected return dan beta saham masing-masing perusahaan.


(54)

Tabel 4.4

Expected return dan beta saham perusahaan

No Kode Expected Return Beta Saham

1 CTRS -0,016508063 1,930026

2 HEXA 0,020932293 1,139496

3 PRAS -0,047149105 2,576993

4 HITS 0,02684707 1,014609

5 TMAS 0,085432705 0,062256

6 DPNS 0,047657787 0,537898

7 PJAA 0,02594033 0,811353

8 LPKR 0,068490094 0,275589

9 JRPT -0,085315479 2,212228

10 TSPC 0,003646154 1,09207

11 BBLD 0,145977179 -0,70009

12 EKAD 0,060188293 0,38012

13 APOL 0,03166958 0,739213

14 PLIN 0,1208 0

15 BMTR 0,097768958 0,27407

16 DAVO 0,216414863 -1,13782

17 ANTM -0,023535338 1,717593

18 AKRA 0,047447553 0,872895

19 SMGR 0,065617518 0,656672

20 SOBI 0,051601165 0,823467

21 HADE 0,117004132 0,045171

22 HITS 0,051794928 0,821161

23 PWON 0,182838903 -0,73826

24 CPIN -0,049402907 2,025417

25 JPRS -0,041184479 1,927618

26 LPKR 0,063044306 0,687294

Sumber : www.idx.com, diolah (2009)

Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan yang memiliki expected return yang paling besar adalah perusahaan dengan kode DAVO dengan beta saham 1,13782. Perusahaan yang memiliki excpected

return yang paling kecil adalah perusahaan dengan kode JRPT yaitu

-0,085315479, hal ini disebabkan perusahaan ini juga memiliki beta saham yang paling besar yaitu 2,212228.


(55)

3. Analisis Abnormal Return

Analisis abnormal return dilakukan dengan beberapa langkah yaitu : a. Menghitung abnormal return (AR) setiap perusahaan setiap hari selama

5 hari sebelum stock split dan 5 hari sesudah stock split. Hasil perhitungan abnormal return harian masing-masing saham dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.5

Hasil perhitungan abnormal return harian sebelum dan sesudah stock split

Kode H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H+1 H+2 H+3 H+4 H+5

CTRS 0,0165 0,0165 -0,0061 0,0319 0,0165 0,0627 0,0018 0,0165 -0,0134 0,0165 HEXA -0,0209 -0,0209 -0,1209 0,1087 -0,0045 -0,0209 -0,0292 -0,0209 0,0208 -0,0129 PRAS 0,0471 0,1346 0,0126 0,0471 0,0709 0,0471 0,0471 0,0471 -0,0958 0,0471 HITS -0,0268 -0,0268 -0,0268 -0,0268 -0,0268 -0,0268 -0,0268 -0,0089 -0,0268 -0,0268 TMAS -0,0791 -0,0041 -0,0449 -0,1132 -0,0340 -0,0964 -0,0854 -0,0743 -0,0634 -0,1069 DPNS -0,0477 -0,0477 0,0323 -0,0847 -0,1054 -0,2077 -0,0477 -0,0834 -0,0477 -0,0477 PJAA -0,0259 0,0190 0,0709 -0,0333 -0,0876 -0,0259 -0,0155 -0,0259 -0,0671 -0,0474 LPKR -0,0685 -0,0685 -0,0685 -0,0510 -0,0340 -0,0685 -0,0685 -0,0685 -0,0796 -0,0573 JRPT 0,0853 0,0853 0,0626 0,0000 0,0684 0,0853 0,0853 0,0853 0,0853 0,0681 TSPC -0,0106 0,0457 -0,0103 -0,0104 0,0100 0,0512 0,0094 -0,0292 0,0096 0,0094 BBLD -0,1460 -0,1178 -0,1460 -0,1186 -0,1460 -0,1460 -0,1460 -0,1979 -0,1460 -0,0912 EKAD -0,1269 -0,0173 -0,1287 -0,0749 -0,0602 -0,0147 -0,0455 0,0308 -0,0763 0,1071 APOL -0,0246 0,0196 -0,0184 -0,0381 -0,0513 0,0112 -0,0864 -0,0316 -0,0606 -0,0316 PLIN -0,1208 -0,1208 -0,1208 -0,1208 -0,1208 -0,1208 -0,0930 -0,2199 -0,1208 -0,0608 BMTR -0,0525 -0,0881 -0,1167 -0,9777 -0,0783 -0,1565 -0,0888 -0,0466 -0,0893 -0,0977 DAVO -0,2497 -0,2164 -0,2164 -0,1819 -0,1997 -0,2509 -0,2164 -0,2164 -0,1807 -0,1819 ANTM 0,0473 0,0778 0,0309 -0,0092 0,0235 0,0235 0,0046 0,0235 0,0139 0,0720 AKRA -0,0221 -0,0228 -0,0282 -0,0474 -0,0097 -0,0742 -0,0382 -0,0656 -0,0381 -0,0291 SMGR -0,0560 -0,0846 -0,0452 -0,0627 -0,0941 -0,0656 -0,0656 -0,0756 -0,0605 -0,1008 SOBI -0,0450 -0,1104 -0,0516 -0,0039 -0,1042 -0,0516 -0,0516 -0,0516 -0,0653 -0,0655 HADE -0,1170 -0,1170 -0,1170 -0,1170 -0,0670 -0,0503 -0,1170 -0,1170 -0,1920 -0,1170 HITS -0,0517 -0,0517 -0,0517 -0,0517 -0,0517 -0,0517 -0,0517 -0,0142 -0,0276 -0,0164 PWON -0,1828 -0,1828 -0,2495 -0,1828 -0,1828 -0,2542 -0,1828 -0,2597 -0,2349 -0,1938 CPIN 0,1032 0,0421 0,0862 0,0494 0,0920 0,0355 0,0635 0,0911 0,0627 0,0231 JPRS 0,0411 0,0622 0,0720 0,0786 -0,0190 -0,0064 0,0411 0,0161 0,0155 0,0148 LPKR -0,0630 -0,0689 -0,0690 -0,0630 -0,0630 -0,0481 -0,0483 -0,0630 -0,0485 -3,7339 Sumber : Tabel 4.1 dan Tabel 4.4, diolah (2009)


(1)

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa : 1. Jumlah data sebanyak 26.

2. Rata-rata (mean) abnormal return sebelum stock split adalah -0,044298 dengan standar deviasi 0,0733531.

3. Rata-rata (mean) abnormal return sesudah stock split adalah -0,080933 dengan standar deviasi 0,1619391.

Tabel 4.9

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 sebelum stock split &

sesudah stock split 26 ,493 ,011

Sumber : Tabel 4.5, diolah (2009)

Tabel paired samples correlations menunjukkan korelasi antara average

abnormal return sebelum stock split dengan average abnormal return sesudah stock split. Tabel 4.9 menunjukkan bahwa average abnormal return sebelum stock split memiliki korelasi yang rendah dan signifikan dengan average abnormal return sesudah stock split. Hipotesis dalam penelitian ini akan terjawab

dengan menguji average abnormal return sebelum dan sesudah stock split. Tabel 4.10 berikut merupakan hasil uji beda antara average abnormal return sebelum dan sesudah stock split.

Tabel 4.10 Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-taile d) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Upper Lower


(2)

Tingkat kepercayaan atau α = 5% t-tabel.025,25 adalah sebesar 2,060, maka

dikatakan tidak terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah stock

split jika t-hitung < 2,060 atau t-hitung ≥ -2,060. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan sig. (2-tailed) dengan α, jika sig. (2-tailed) ≥ 5% maka dikatakan tidak terdapat perbedaan abnormal return yang tidak signifikan. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat dibuktikan yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara average abnormal return sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil analisis tersebut juga dapat diketahui bahwa efisiensi pasar bentuk semi kuat (semi-strong form) sebelum stock split sama dengan efisiensi pasar semi kuat sesudah stock split. Artinya bahwa efisiensi pasar sebelum stock split sama dengan sesudah stock split karena average abnormal return juga tidak berbeda.

Hasil pengujian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martin (2005) yang menyatakan bahwa informasi stock split memberikan pengaruh yang signifikan terhadap reaksi pasar modal yang ditandai dengan adanya perbedaan rata-rata return dan abnormal return di seputar tanggal pengumuman stock split perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah dan Evony yang menyatakan bahwa investor bereaksi negatif pada informasi ex-dividend date. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lusiana yang menyatakan bahwa stock


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan

abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock split pada perusahaan

yang go-public di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian 2005-2007. Periode jendela yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 hari yaitu lima hari sebelum stock split dan lima hari sesudah stock split. Perusahaan yang menjadi populasi sasaran dipilih berdasarkan karateristik tertentu dengan jumlah 26 perusahaan.

Hasil penelitian dengan menggunakan uji beda Paired Sample T Test disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock split dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Cumulative average abnormal return sebelum

stock split adalah -0,044298 dan sesudah stock split adalah -0,080933. Hal ini

mengindikasikan bahwa investor bereaksi negatif terhadap pengumuman stock

split dan reaksi negatif tersebut lebih besar setelah stock split dilakukan

perusahaan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa efisiensi pasar bentuk semi kuat (semi-strong form) sebelum stock split tidak berbeda dengan efisiensi pasar bentuk semi kuat (semi-strong form) sesudah stock split.


(4)

B. Saran

1. Perusahaan melakukan stock split sebaiknya bukan hanya mempertimbangkan likuiditas perdagangan saham yang kurang likuid akan tetapi harus mempertimbangkan penyebab tidak likuidnya perdagangan saham tersebut karena average abnormal return sebelum

stock split tidak berbeda dengan average abnormal return sesudah stock split.

2. Average abnormal return sebelum stock split tidak berbeda dengan average abnormal return sesudah stock split sehingga disarankan kepada

para investor tetap tidak terpengaruh baik sebelum ataupun sesudah pengumuman stock split dalam mengambil keputusan investasi.

3. Peneliti selanjutnya akan lebih baik apabila melakukan penelitian dengan menambah periode jendela lebih dari 10 hari sehingga setiap reaksi yang dilakukan oleh pelaku pasar atas informasi stock split tercakup dalam penelitian.

4. Volume perdagangan akan lebih baik dibandingkan juga sehingga lebih jelas kelihatan perbedaan reaksi pasar atas informasi stock split apakah

abnormal return yang terjadi sebanding dengan volume perdagangan

saham saat hari perdagangan.


(5)

Abdullah, Faisal. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Cetakan Kelima. Malang : UMM Pres.

Anoraga, Panji. 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta : Rineka Cipta.

Bringham, Eugene dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Terjemahan Dodo Suharto dan Herman Wibowo. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Bodie, Kane dan Marcus. 2006. Investments (Investasi). Buku I. Edisi keenam. Terjemahan Zuliani dan Budi Wibowo. Jakarta : Salemba Empat.

Cooper, Donald R. Dan C. William Emory. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Alih Bahasa: Widyono Soetjipto dan Uka Wikarya. Jilid 2. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Dergibson, dan Sugiyanto.2000. Metode Statistika Untuk Bisnis Dan Ekonomi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Fakhruddin, dan Sopian Hadianto. 2001. Perangkat Dan Model Analisis

Investasi Di Pasar Modal. Jakarta : Elexmedia Komputindo.

Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat. Husnan,Suad.2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi

Keempat. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Jogiyanto. 2003. Teori Pertofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Penerbit BPFE-Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2005. Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi. Jakarta. Erlangga.

Porman, Andy.2008. Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta : Elex Media Computindo.

Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Surabaya : Erlangga.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit CV. Alfabeta. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio.


(6)

Firmansyah, Rifan Dan Evony. 2007. Analisis Pengaruh Pengumuman Ex-Dividend Date Terhadap Abnormal Return : Event Study Pada Bursa Efek Jakarta. Integrity-Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.1 No.3. Gumanti,Ary Tatang dan Elok Sri Utami. 2002. Bentuk Pasar Efisien dan

Pengujianya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.4. No1.

Irfana, Ajeng Widha. 2008. Analisis Pengaruh Publikasi Stock Split Terhadap Perubahan Harga Saham dan Likuiditas Saham di Bursa Efek Jakarta.

Skripsi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Lusiana. 2008. Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Perubahan Harga Pasar Saham Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Manajemen, Perustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Martin, Jeremi. 2005. Analisis Reaksi Pasar Modal Atas Informasi Stock Split Pada Perusahaan Yang Go-Public DI Bursa Efek Jakarta. Skripsi

Manajemen, Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

http//www.idx. co.id. Diakses oleh Krisman pada tanggal 21 Desember 2008, Pukul 14.00 WIB, tanggal 13 Januari 2009 pukul 18.00 WIB.

http//www.duniainvestasi.com. Diakses oleh Krisman pada tanggal 15 Januari 2009 pada pukul 20.00 WIB.