BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN
A. Pengertian Perceraian dan Dasar Hukumnya
1. Pengertian Perceraian
Secara harfiyah talak itu berarti lepas dan bebas. Dalam mengemukakan arti talak secara terminologi kelihatannya ulama mengemukakan essensinya sama.
20
ta’rif talak menurut bahasa Arab mempunyai arti melepaskan ikatan, dan yang dimaksud
disini adalah melepaskan ikatan perkawinan.
21
KHI mendefinisikan talak sebagai ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu penyebab putusnya perkawinan, dengan cara
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131
22
Langgengnya kehidupan dalam ikatan perkawinan merupakan suatu tujuan yang sangat diutamakan dalam Islam. Akad nikah diadakan untuk rumah tangga
sebagai tempat berlindung, menikmati curahan kasih sayang dan dapat memelihara anak-anaknya sehingga mereka tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa ikatan antara suami istri adalah ikatan paling suci dan paling kokoh, sehingga tidak ada suatu dalil yang lebih jelas menunjukan tentang kesuciannya yang begitu
20
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2003, cet.1, h.125
21
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Jakarta: Attahiriyya, 1976, cet.6, hal.376
22
Lihat Kompilasi Hukum Islam Pasal 117
agung selain Allah sendiri yang menamakan ikatan perjanjian antara suami istri dengan kalimat mitsaqan ghaliza “perjanjian yang kokoh”.
23
Sebagaimana disebutkan oleh Allah SWT, dalam fimannya: ...
⌧ ءﺎ ا ةرﻮ
: Artinya:
“...Dan mereka isteri-isterimu telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat” . an-Nisa :21.
Dari ayat diatas bisa kita menilai bahwa begitu kuat dan kokohnya hubungan antara suami istri, maka tidak sepatutnya apabila hubungan tersebut dirusak dan
disepelekan. Karena setiap usaha untuk menyepelekan hubungan pernikahan sangat di benci oleh Islam. Hal tersebut sama saja merusak kebaikan dan menghilangkan
kemaslahatan antara hubungan suami istri. Oleh karena itu, apabila terjadi perselisihan antara suami istri, sebaiknya
diselesaikan sedini mungkin agar tidak terjadi suatu masalah yang sangat besar, yang memungkinkanya terjadi perceraian. Karena bagaimanapun baik suami maupun istri
sama sekali tidak menginginkan hal itu terjadi. Adanya khitbah pada umumnya hanya merupakan penilaian jasmani semata,
sehingga tidak aneh jika cacat yang dimiliki oleh suami atau istri baru di ketahui setelah pernikahan. Hal ini karena hampir tidak ada orang yang secara jujur
23
A. Rahman, I, Doi. Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Cet. I, hal. 303
menyebutkan tentang kekurangan dirinya terhadap calon pasangannya, bahkan yang lebih banyak terjadi bahkan sebaliknya, apabila kalau sudah timbul rasa cinta yang
dilihat hanyalah yang baiknya saja. Kenyataan-kenyataan seperti itu sangat mengancam keselamatan pernikahan.
Bila talak dibolehkan, hal itu akan membahayakan kedua belah pihak, namun lebih berbahaya lagi apabila talak di bebaskan begitu saja.
24
Sebenarnya putusnya perkawinan merupakan hal yang wajar saja, karena makna dasar sebuah akad nikah adalah ikatan. Konsekuensinya ia dapat lepas dengan
lafaz tertentu yang kemudian disebut dengan talak. Karma makna dasar dari talak adalah melepaskan ikatan atau melepaskan perjanjian. Misalnya saja seorang suami
berkata kepada istrinya “engkau telah ku talak”, dengan ucapan ini ikatan pernikahan menjadi lepas.
25
Ulama fiqh berpendapat bahwa talak adalah melepaskan ikatan hall al-aqid atau biasa juga disebut pelepasan ikatan dengan menggunakan kata-kata yang telah
ditentukan.
26
Sayyid sabiq mendefinisikan talak dengan sebuah upaya untuk melepaskan ikatan perkawinan dengan selanjutnya mengakhiri hubungan perkawinan itu
M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Rumah Tangga Dalam Islam. Jakarta: Prenada Media, 2003, h
Abdurrahman Al-jaziri, kitab al-fiqh ‘ala mazahib al-Arba’ah, juz IV, Kairo: Dar al-fikr, t.t, h.27
24
al. 45
25
Muhammad Rifa’I, Fiqh Islam, Semarang: PT. Thoha Karya Putra, 1978, h.48
26
8
sendiri.
27
Definisi yang agak panjang dapat dilihat dalam kitab kifayat al-akhyar yang menjelaskan talak adalah lafaz jahiliyah yang setelah Islam datang menetapkan lafaz
itu sebagai kata untuk melepaskan nikah. Dalil-dalil tentang talak itu berdasarkan al- kitab, hadis, ijma ahli agama dan ahli sunnah.
28
Dari berbagai penjelasan diatas, Islam datang dengan konsep pokok sebagai berikut:
29
a. Talak tetap ada di tangan suami sebab suami mempunyai sikap rasional, sedang
istri bersifat emosional. b.
Talak dijatuhkan oleh suami atau pihak lain atas nama suami, seperti Pengadilan Agama.
c. Istri berhak mengajukan talak kepada suami dengan alasan-alasan tertentu lewat
qadi Pengadilan Agama.
d. Talak bisa kembali lagi antara kedua suami istri sesuai dengan ketentuan agama.
e. Bagi mantan istri ada masa iddah dan memiliki hak menerima mut’at dan nafkah
dari mantan suami. Kemungkinan putusnya perkawinan karena tiga hal yaitu
30
: kematian, perceraian, dan keputusan Pengadilan. Putusnya perkawinan selai cerai mati terjadi
karena cerai talak dan gugat cerai pasal 114 KHI: putusnya perkawinan yang
27
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, juz II, Beirut: Dar el-fikr, 1983, h. 206
28
Taqiyuddin, Kifayat al-Akhyar, juz II, Bandung: Al-Ma’arif, t. th, h.84
29
Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat, Bandung: Cv Pustaka Setia, 1999, h.16
30
Pasal 113 : Perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian, dan atas putusan Pengadilan. KHI dan pasal 38 UU No. 1 1974
.
disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian. Ada tiga hal yang perlu diketahui dalam hal yang berhubungan dengan
anya mungkin kalau suami dan istri tidak rukun lagi
dan terhitung
c. Pu
onan kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak”.
dan tentunya lasan yang dibenarkan oleh undang-undang.
putusnya perkawinan itu, yakni: a.
Terjadinya perceraian h dalam berumah tangga.
b. Perceraian hanya dapat di lakukan di depan sidang Pengadilan
sejak perceraian dinyatakan di depan sidang Pengadilan Agama.
31
tusnya perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan surat cerai. Kompilasi Hukum Islam mensyaratkan bahwa ikrar suami untuk bercerai
talak harus disampaikan di hadapan sidang Pengadilan Agama.
32
Tampaknya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama juga menjelaskan
hal yang sama seperti yang terdapat pada pasal 66 ayat 1 yang berbunyi :”seseorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan
permoh
Dari penjelasan diatas jelas sekali bahwa didalam perundang-undangan yang berlaku, telah diatur bagi siapa saja yang ingin mengajukan talak dapat mengajukan
permohonannya ke Pengadilan Agama baik lisan maupun tulisan, dibarengi dengan alasan-a
31
Pasal 123 KHI dan pembahasan dalam pasal 39 UU No. 11974 tentang perkawinan.
32
Pasal 115 KHI: “Perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak”
2. Dasar Hukum Talak
Dasar hukum talak seperti yang penulis telah cantumkan diatas ialah firman
⌧
amu telah bergaul bercampur dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka isteri-
isterim
dati perceraian itu sangat dibenci Allah SWT.
33
Sebagai dasar
ﺮ ا
و لﺎ
: أ
ا ل
إ ﻰ
ﷲا
ر وا
أ ﻮ
د وا
د و
ا آﺎ
و
34
za Wazalla adalah talak”. H.R. Abu Daud dan Hakim, dan disahkan olehnya
Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 21, yaitu: ⌧
Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian k
u telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.” an-Nisa :21 Agama Islam membolehkan suami istri bercerai, namun harus dengan alasan-
alasan tertentu, ken hukum dari hadis :
ا ﷲا ﻰ
ﻄ ا ق
.
Artinya : “Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, perbuatan halal yang dibenci
Allah Az
33
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, cet.ke-2, h.102
34
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Bab Thalak, Dar Ibn Hazm, t.th. h. 334.
Siapapun orangnya yang akan merusak hubungan suami istri, dia tidak mempunyai tempat terhormat dalam Islam. Demikian dijelaskan dalam sebuah hadis
Nabi SAW
35
:
ﺪ ﺎ
ا ,
زﺎ ﺪ
ا بﺎ
, ﺎ
ﺮ ر
ز ,
ﷲا ﺪ ﻰ
, ﻜ
ﺮ ﺔ
, ﻰ
ﺮ ,
أ ه
ﺮ ﺮ
ة ,
لﺎ ر
ﻮ ل
ﷲا ﻰ
و :
ﺎ ا
ﺮ أة
ﻰ ز
و ﻬﺎ
, او
ﺪ ا
ﻰ ﺪ
.
36
Artinya: “Kami telah menceritakan kepada Husain bin Ali dari Zaid bin hibab dari Umar bin
Raziq dari Abdullah bin Isa dari Mukarramah dari Yahya bin Umar dari Abi Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,”bukan dari golongan kami, seseorang yang
merusak hubungan seorang perempuan dari suaminya”.H.R. Abu Daud dan Nasa’i
B. Alasan-Alasan Perceraian