Homoseksual sebagai pemicu perceraian (studi putusan perkara Nomor 1564/Pdt.G/2008/PAJT)

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Salah Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

EPNI JULIANA NIM: 105044201450

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A


(2)

HOMOSEKSUAL

SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

EPNI JULIANA NIM: 105044201450

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, MA NIP. 1976080772003121

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

1431 H / 2010 M


(3)

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli hasil karya saya, atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 01 Maret 2010

Epni Juliana NIM : 105044201450


(4)

ABSTRAK

Dalam membangun sebuah keluarga, kehidupan suami istri hanya dapat tegak berdiri atas dasar ketentraman, ketenangan, suami istri saling sayang menyayangi, bergaul dengan sebaik-baiknya dan masing-masing pihak menunaikan hak dan kewajibannya dengan ihlas dan pengabdian.

Dalam Hukum Islam bahwa perkawinan itu untuk selamanya bahkan dalam Hadits mengatakan: “Sesuatu yang dihalalkan tetapi dibenci oleh Allah swt. adalah perceraian. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 39 ayat 2 menyatakan: Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat rukun sebagai suami istri.

Sedangkan fenomena di lapangan ada sebuah putusan perkara penyimpangan seks sebagai alasan perceraian 1564/Pdt.G/2008/PA.JT di Pengadilan Agama Jakarta Timur yang dilihat dalam undang-undang tidak termasuk dalam alasan yang sah untuk melakukan perceraian, maka bagaimanakah pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan dan bagaimana pula tinjauan hukum Islam terhadap penyimpangan seks sebagai alasan perceraian.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan, penggunaan metode yang penyusun gunakan adalah metode-induktif. Maka pendekatan yang penyusun gunakan adalah pendekatan normatif-yuridis, pendekatan dengan melihat persoalan yang dikaji apakah sesuai dengan norma dan kebutuhan masyarakat yang didasarkan hukum Islam dan perundang-undangan di Indonesia. Adapun hasil dari penelitian ini adalah bahwa hakim dalam menyelesaikan perkara perceraiaan yang alasannya tidak atau kurang jelas dalam peraturan hukum di Indonesia, hakim dalam pertimbangan putusan perkara penyimpangan seks sebagai alasan perceraian mengembalikan perkara tersebut ke akibat dari penyimpangan seks dan dalam tinjauan hukum Islam pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan tersebut telah sesuai dalam aturan hukum Islam.


(5)

Puji syukur kehadirat Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat iman dan Islam kepada kita. Shalawat dan Salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw., Keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman. Amin.

Dalam Penulisan Skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan kendala yang dihadapi penulis. Alhamdulillah, berkat kemauan keras dan usaha yang sungguh-sungguh disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan kendala dapat teratasi dengan baik.

Oleh karena itu, seyogyanya penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil kepada :

1). Orangtua tercinta; Ayahanda (Alm.) Gozali Ahmad dan Ibunda Chaerani Abdul Malik yang selalu melimpahkan perhatian, kasih sayang, serta do'a dan cinta yang tak terhingga, yang selalu memotivasi penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2). Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3). Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA., dan Bapak Kamarusdiana, S.Ag., MH, Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ahwal Syaksiyyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4). Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, MA., pembimbing skripsi yang telah meluangkan tenaga, waktu dan pemikirannya kepada penulis selama membimbing skripsi.


(6)

5). Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M. Si., yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

6). Segenap Bapak dan Ibu Dosen Prodi Ahwal Syaksiyyah, khususnya pada konsentrasi Adm. Keperdataan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis baik langsung maupun tidak langsung.

7). Segenap jajaran karyawan akademik Fakultas dan Universitas berikut jajaran karyawan perpustakaan Fakultas dan Universitas.

8). Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur dan Pimpinan berikut Staff Pengadilan Agama Jakarta Timur yang telah membantu Penulis dalam proses kelengkapan semua data skripsi.

9). Adik tersayang, Dewi Novianti dan Hermawan Syahputra. yang selalu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis.

10). Oma tercinta: Hj. Rosna serta Keluarga Ir. H. Sriyono D Siswoyo, MEngSc dan Dra. Hj. Herwita Idris, Psikolog, MM. yang telah banyak mengajarkan kepada penulis tentang kemandirian dan arti kehidupan.

11). Seluruh Keluarga Besar Abdul Malik di Singkil, Aceh Selatan. yang selalu melimpahkan do’a untuk penulis agar menjadi seorang yang sukses dimasa depan.

12). Hisni Mubarok, SHI., M. Hafidz, SHI., Fatima, SHI., Refianti, S.Sos, Zulkarnaen, Tubagus Rafi, atas do’a dan kerjasamanya yang telah membantu sehingga memudahkan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

13). Sahabat-sahabat setiaku: Eva Siti Nurlela, S.Sy, Widya Rahmawati, SHI., Hanina, S.Sy, Dewi Agustiyani, SE, Lynda Dwi Saputri, S.Sos, Azizah, SHI., Annisa Chilka, S.kom, Maranche Yuliarti, untuk do’a dan semangat yang selalu kalian berikan. Semoga persahabatan kita tetap terjalin hingga menjadi sebuah kisah klasik di masa depan.


(7)

Akhirnya, Penulis berdoa kepada Allah SWT, semoga semua dorongan dan jasa baik dari semua pihak mendapatkan balasan yang setimpal dari-Nya.

Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi Penulis dan Umumnya bagi para pembaca. Dan dalam penulisan skripsi ini mungkin masih banyak kesalahan dan kekeliruan, maka dari itu Penulis mengharapkan saran dan masukannya yang bersifat membangun, karena dengan saran dan masukan itu akan menjadikan penulisan skripsi selanjutnya akan semakin baik dan sesuai dengan EYD yang diterapkan.

Billahit taufiq wal hidayah Wallahu a'lam bish-shawwab.

Ciputat, 01 Maret 2010

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 6

D. Review Studi Terdahulu ... 7

E. Kerangka Teori... 11

F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ... 17

G. Sistematika penulisan... 19

BAB II PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR A. Sejarah dan Susunan Organisasi Pengadilan Agama Jakarta Timur ... 21

B. Proses Pemeriksaan perkara Nomor 1564/Pdt.G/2008/PA.JT ... 27

C. Duduk Perkara Putusan Pengadilan Jakarta Timur Nomor 1564/Pdt.G/2008/PA.JT ... 30

BAB III HOMOSEKSUAL A. Pengertian Penyimpangan Seksual dan Homoseks... 40

B. Homoseks Menurut Ilmu Psikologi ... 52

C. Homoseks Menurut Hukum Positif... 58

D. Homoseks dalam Tinjauan Hukum Islam ... 60


(9)

ix

C. Homoseks sebagai salah satu faktor perceraian Tinjauan Hukum Positif dan Hukum Islam... 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran... 83

DAFTAR PUSTAKA... 86 LAMPIRAN


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut ilmu seksiologi, nafsu syahwat adalah kekuatan naluri yang terkuat diantara naluri-naluri lainnya.1 Nafsu syahwat ini memberikan nikmat yang tertinggi dan dia dimiliki oleh setiap manusia, terlepas dari kedudukan sosialnya. Naluri seks ini tidak hanya dimiliki oleh kaum pria tapi juga oleh kaum wanita.

Nafsu syahwat atau seksualitas biasanya hanya dibatasi sebagai medium ekspresi hubungan antara manusia yang sangat pribadi sifatnya. Ia lebih dikenal hanya sebagai persoalan biologis ataupun dorongan psikologis semata yang bersifat alamiah.

Islam berpandangan positif terhadap seksualitas, tidak hanya menganggapnya sebagai suatu tuntutan biologis melainkan juga sebagai suatu perbuatan yang mulia. Al-Qur’an melukiskannya sebagai salah satu kesenangan dan kenikmatan (istimta’) dari Tuhan. Hubungan dalam Islam bersifat holistik yakni disamping untuk memenuhi kebutuhan biologis dan melengkapi hubungan sosial antara satu dengan yang lainnya, juga bersifat Ibadah.2

1

Ali Akbar, Seksualitas ditinjau dari Hukum Islam. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982),cet. Ke-1, h. 13.

2

Elga Sarapung, Masruchah,et. al., Agama dan Kesehatan Reproduksi (segi kesehatan reproduksi, kebudayaan dan masyarakat),(Jakarta: Pustaka Sanar Harapan, 1999), h. 109.


(11)

Sejak lahir manusia telah dilengkapi Allah swt. dengan kecenderungan seks (libido seksual), oleh sebab itu untuk menghindari terjadinya perbuatan keji pada diri manusia maka Allah telah menyediakan wadah yang sudah sesuai dengan ajaran Islam demi terselenggaranya penyaluran tersebut sesuai dengan derajat manusia yakni melalui perkawinan. Tanpa ikatan perkawinan pasti akan menimbulkan akibat negatif seperti penyimpangan seksual. Akan tetapi perkawinan bukanlah semata-mata untuk menunaikan hasrat biologis saja atau dengan kata lain untuk sekedar memenuhi kebutuhan reproduksi saja. Melainkan perkawinan dalam Islam mempunyai multi aspek yang menyiratkan banyak hikmah didalamnya, salah satunya adalah untuk melahirkan ketentraman dan kebahagiaan hidup yang penuh dengan mawadah warahmah.

Dalam Istilah fiqh kata ”Nikah” diartikan sebagai (1) perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi); (2) perkawinan. Al-Qur’an menggunakan kata ini untuk makna tersebut disamping secara majazi diartikannya dengan ”Hubungan seks”. Kata ini dalam berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 23 kali. Secara bahasa pada mulanya kata nikah digunakan dalam arti ”berhimpun”.3

Tujuan perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Adapun pemenuhan kewajiban suami terhadap istri ini mulai berlaku sejak terjadinya transaksi (akad nikah). Seorang

3

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam: Tinjauan Antar Mazhab,(Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2001), h. 123


(12)

3

laki yang menjadi suami memperoleh hak sebagai suami dalam keluarga. Begitu pula seorang perempuan yang menjadi istri memperoleh hak sebagai istri dalam keluarga. Di samping keduanya mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus diperhatikan satu sama lain. Suami istri harus memahami hak dan kewajiban sebagai upaya membangun sebuah keluarga. Kewajiban tersebut harus dimaknai secara timbal-balik, yang berarti bahwa yang menjadi kewajiban suami merupakan hak istri dan yang menjadi kewajiban istri adalah menjadi hak suami. Suami istri harus bertanggung jawab untuk saling memenuhi kebutuhan pasangannnya untuk membangun keluarga yang harmonis dan tentram.4 Demi keberhasilan dalam mewujudkan membangun sebuah keluarga yang harmonis dan tentram sangat diperlukan adanya kebersamaan dan sikap berbagi tanggung jawab antara suami dan istri.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menjelaskan bahwa suami berkewajiban memberi segala keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Kemudian ketentuan tersebut dipertegas oleh Pasal 80 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam (Inpres Nomor 1 Tahun 1991) yang menyebutkan, ”sesuai dengan penghasilan suaminya menanggung: (a) nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri dan anak; (c) biaya pendidikan bagi anak.” Sedangkan perceraian adalah jalan akhir yang ditempuh antara suami dan istri, karena dalam berumah tangga sudah tidak ada keharmonisan lagi. Walaupun demikian sebelum mengambil keputusan antara suami istri sebelumnya harus memikirkan dampak yang akan terjadi

4

Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan Karena Ketidakmampuan Suami Menunaikan Kewajiban,(Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1989), cet. Ke-1, hal.12-13


(13)

dalam perceraian.

Demikian terkadang terjadi anomali-anomali dari apa yang ada (das sain)

dengan apa yang semestinya (das sollen) itu berlaku, akan tetapi dalam realitasnya tidak sama.

Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 menyebutkan 6 (enam) alasan yang dapat dijadikan sebagai alasan perceraian, sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 116 menyebutkan 8 (delapan) alasan.

Fenomena yang terjadi di Pengadilan Agama pernah ada perkara perceraian cerai gugat yang dikarenakan homoseksual yang dilakukan oleh suami, yaitu putusan perkara no.1564/Pdt.G/2008/PA.JT. Apabila dihubungkan dengan ketentuan Undang-undang Perkawinan, perkara tersebut dapat menimbulkan persoalan hukum yang baru, karena homoseksual sebagai alasan perceraian tidak diatur dalam ketentuan hukum tersebut.

Penyusun memilih mengadakan penelitian di Pengadilan Agama Jakarta Timur disamping karena Pengadilan Agama ini pernah terjadi kasus tersebut dan karena adanya data yang diperlukan oleh penyusun untuk melakukan penelitian.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat Interpretasi hukum merupakan sesuatu yang sangat luas dan kompleks, maka untuk mendapatkan pembahasan yang efektif dan Objektif,


(14)

5

pembahasan penulisan ini penulis membatasi meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Homoseksual yang penulis bahas disini ialah hanya tinjauan dari pengertian, faktor penyebab dan akibat yang ditimbulkan menurut pandangan beberapa ilmu pengetahuan.

b. Hukum Positif yang penulis maksud disini adalah KUHP, Kompilasi Hukum Islam dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1971 Tentang Perkawinan, serta Peraturan Perundangan-undangan lainnya yang berkenaan dengan masalah Homoseks.

c. Kajian Islam yang penulis maksud di sini adalah hukum Islam yang bersumber pada Al-Qur’an, hadits dan fiqih yang membahas tentang perilaku seksual yang menyimpang, seperti zina dan liwath.

d. Terkait dengan kasus yang akan dijadikan obyek penelitian, penulis hanya membatasi pada Perkara No. 1564/Pdt.G/2008/PA, Putusan Majelis Hakim Jakarta Timur.

e. Tempat Penelitian adalah kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.

f.

2. Perumusan Masalah

Menurut Peraturan Perundang-undangan di Indonesia dan Kitab-kitab fikih, homoseksual tidak tercantum sebagai alasan perceraian. Adapun alasan yang sah telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 jo Pasal 116 Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991TentangKompilasi Hukum Islam. Adapun fenomena di


(15)

lapangan masih terdapat gugatan Penggugat dengan alasan homoseksual sebagai faktor perceraian seperti tercantum dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur No. 1564/Pdt.G/2008/PA.JT, padahal dalam Perundang-undangan di Indonesia dan kitab-kitab fikih, homoseksual tidak tercantum sebagai alasan perceraian. Hal inilah yang penulis ingin telusuri dalam penulisan skripsi.

Adapun rumusannya dapat dirinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: a. Apakah homoseksual dapat dijadikan alasan faktor Perceraian?

b. Apa saja pertimbangan hakim untuk mengabulkan permohonan perkara Perceraian dengan alasan homoseksual?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa tujua yang ingin dicapai, di antaranya adalah:

a. Untuk mengetahui apakah homoseksual dapat dijadikan alasan faktor perceraian. b. Untuk mengetahui pertimbangan Hakim dalam mengabulkan permohonan perkara

Perceraian dengan alasan Homoseksual. 2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Terapan

a. Secara praksis atau terapan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi para hakim di lingkungan Pengadilan Agama dalam


(16)

7

menyelesaikan putusan perkara perceraian yang disebabkan oleh homoseksual. b. Secara ilmiah, Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengembangan

pemikiran Hukum Islam dan Hukum Positif bagi setiap pribadi muslim dan masyarakat luas terutama terkait perkara perceraian karena homoseksual sebagai alasan perceraian.

D. Review Studi Terdahulu

Pembahasan berupa skripsi tentang perceraian dan nafkah memang sudah banyak dikaji, Oleh karena itu penulis berusaha untuk mengangkat persolaan Homoseksual sebagai alasan perceraian dengan melakukan telaah terhadap putusan Pengadilan Agama.

Dalam menjalani kehidupan berumah tangga, suami istri tidak lepas dari hak dan kewajiban yang seimbang, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Demikian pula dalam melakukan perbuatan hukum keduanya mempunyai hak dan kedudukan yang sama berkaitan dengan permasalahan di atas, ada penelitian yang telah dikaji oleh penulis, di antaranya:

1. Itriah Royhan, Penyimpangan Seksual Terhadap Anak-anak (pedophilia) Dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005 ).

Dalam penelitian tersebut penulis menemukan sub judul yang berkaitan dengan skripsi yang penulis teliti yaitu tentang Penyimpangan Seksual. Skripsi ini membahas tentang Penyimpangan Seksual yang terjadi antara pria atau


(17)

wanita dewasa dengan anak-anak (pedophilia) yang dijaman sekarang ini semakin merajalela dan meresahkan masyarakat, dan jelas menghancurkan masa depan anak-anak, serta pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif dalam menjatuhkan hukuman bagi pelaku Penyimpangan Seksual Terhadap Anak-anak. 2. Tinjauan Hukum Islam Tentang Penyimpangan Seksual Dengan Binatang

(Bestiality). (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005 ).

Dalam penelitian tersebut penulis menemukan sub judul yang berkaitan dengan skripsi yang penulis teliti yaitu tentang penyimpangan seksual.

Skripsi ini menjelaskan Penyimpangan Seksual yang terjadi pada seseorang yaitu mencari kepuasan seksual dengan jalan berhubungan seksual dengan binatang. Isi dari skripsi ini menjabarkan tentang Gambaran Bestiality sebagai penyimpangan seksual, memberikan gambaran Hukum Islam mengenai tata kehidupan seksual, serta Pandangan hukum positif dalam menjatuhkan hukuman bagi pelaku penyimpangan seksual terhadap bestiality dan Tinjauan Hukum Islam tentang Bestiality sebagai penyimpangan seksual. Penyimpangan Seksual yang terjadi pada seseorang yaitu mencari kepuasan seksual dengan jalan berhubungan seksual dengan binatang.

3. Nasrudin Romli, Homoseksual : Kritik Terhadap Pemikiran Prof. Dr. Musdah Mulia. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008 ).


(18)

9

skripsi yang penulis teliti yaitu homoseksual.

Skripsi ini hanya meneliti alasan-alasan baik yang bersifat normatif maupun rasional yang digunakan Prof. Dr. Musdah Mulia untuk membenarkan perilaku homoseksual sebagai kajian kritis terhadap pemikiran yang dikemukakan olehnya.

Dalam beberapa penelitian penulis menemukan sub judul yang berkaitan dengan skripsi yang penulis teliti yaitu tentang hak-hak suami, istri dan nafkah. Penulis telah mengkaji karya yang berkaitan, diantaranya berjudul :

4. Robiatul Adawiyah, Gugat Cerai Suami yang tidak Memberikan Nafkah Karena Penyakit yang Sulit Diobati Menurut Fikih. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008 ).

Skripsi ini membahas tentang Imam Syafi’I dan Ibnu Hazm yang mencakup tuntutan cerai istri karena ketidakmampuan suami memberi nafkah, dan menentukan pendapat yang terkuat dari keduanya, hasilnya adalah bahwa menurut Imam Syafi’I apabila suami tidak mampu memberi nafkah lahir kepada istri, pihak istri berhak memilih (khiyar) antara tetap bersama suaminya atau meminta cerai, sedangkan menurut Ibn Hazm Istri tidak dapat mengajukan tuntutan perceraian, baik karena tidak ada nafkah karena sengaja tidak diberi, atau memang benar-benar suami tidak mampu.

5. Arif Fatwa, Fasakh Perkawinan Karena Suami tidak Mampu Menurut fuqaha dan Hukum di Indonesia. ( Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 ).


(19)

Dalam penulisan skripsi ini lebih menjelaskan tentang pandangan para fuqaha mengenai istri yang memfasakh suaminya dikarenakan suami tidak mampu memberikan nafkah bathin kepada isteri.

6. Agustina, Perceraian Akibat Suami Impoten, Suatu Study Terhadap Persepsi Karyawati Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).

Dalam pembahasan ini study penelitiannya membahas tentang impoten yang dijadikan sebagai alasan untuk bercerai. Penulis juga menjabarkan pandangan Hukum Islam tentang perceraian yang disebabkan oleh suami impoten. Kemudian juga dalam skripsi ini dijelaskan tentang bagaimana persepsi karyawati Syariah dan Hukum UIN Jakarta tentang perceraian yang disebabkan suami impoten.

7. Eni Marlianingsih, Pengaruh Impoten Terhadap Pengajuan Cerai Gugat (Study Analisis Putusan No.791/Pdt.G/2007/PA.Jaksel). (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).

Skripsi ini membahas tentang pengaruh impoten yang dapat menjadi penyebab ketidakharmonisan dalam rumah tangga sebagai alasan perceraian. Serta pertimbangan majelis Hakim dalam memeriksa perkara gugat cerai yang disebabkan suami impoten.

8. Surya Darma Batu Bara, Disfungsi Seksual Sebagai Alasan Terjadinya Perceraian (Study Putusan Cerai Gugat Akibat Suami Disfungsi Seksual di


(20)

11

Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2007).” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).

Dalam skripsi ini membahas tentang analisa putusan perkara cerai gugat akibat suami disfungsi seksual yang termasuk kedalam pasal 116 huruf e, Kompilasi Hukum Islam. Serta pertimbangan Hakim dalam memutus perkara disfungsi seksual sebagai alasan perceraian dan pembuktian cerai gugat di Pengadilan Agama Jakrata Selatan.

Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan di Pengadilan Agama Jakarta Timur berkaitan dengan Perceraian, dalam penelitian ini kajiannya fokus kepada faktor yang menjadi penyebab terjadinya perselisihan, sehingga mengakibatkan suami atau istri mengajukan gugatan cerainya. Penelitian yang lain berjudul: Cerai Gugat Terhadap Suami yang Menikah Lagi Tanpa Izin Istri (Studi analisis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Sleman), penelitian ini fokus pada dasar hukum yang digunakan hakim untuk memutus perkara.

Sejauh penelaahan penulis terhadap karya-karya ilimiah yang terkait ternyata belum ada yang lebih spesifik yang mengkaji terhadap problem sosial yaitu Homoseksual sebagai alasan perceraian (studi putusan Nomor 1564/Pdt.G/2008/PA.JT), maka skripsi yang penulis teliti ini, berbeda dengan karya-karya tulis yang penyusun telah telaah.

E. Kerangka Teori


(21)

Artinya:

Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Nisa/4: 35)


(22)

masing-13

masing suami-istri memahami hakikat perkawinan dan memahami hak dan kewajiban masing-masing dalam keluarga. Di antara kewajiban suami adalah memenuhi nafkah keluarga.

Perundang-undangan di Indonesia juga telah mengatur kewajiban pemenuhan hidup keluarga atau nafkah. Sebagaimana yang terdapat pada Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan, ”Suami wajib melindungi Istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup rumah tangga si suami dengan kemampuannya.” Hal tersebut dipertegas oleh ketentuan yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam, sebagaimana pada pasal 80 point 4 yaitu dengan penghasilan suami menanggung:

1. Nafkah, kiswah, dan tempat kediaman bagi istri.

2. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak.

3. Biaya pendidikan anak.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menerangkan bahwa perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian, dan atas keputusan pengadilan.

Kemudian dalam pasal yang lain disebutkan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak, dan untuk melakukan perceraian harus cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri.


(23)

Adapun alasan-alasan perceraian yang cukup alasan (sah) disebutkan dalam pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo Penjelasan pasal 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yaitu :

1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 Tahun (2) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya.

3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah berlangsungnya perkawinan.

4. Salah satu pihak mengalami kekejaman atau penganiayaan yang sangat berat yang membahayakan pihak lain.

5. Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri.

6. Antara suami istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Adapun alasan perceraian yang cukup (sah) dalam Kompilasi Hukum Islam diatur dalam pasal 116 yaitu :

1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

2. Salah satu pihak menggalkan pihak lain selama 2 (2) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar


(24)

15

3. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukum yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

4. Salah satu pihak mengalami kekejaman atau penganiayaan yang sangat berat yang membahayakan pihak yang lain.

5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri.

6. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisishan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

7. Karena melanggar takliq-talaq.

8. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.

Berdasarkan alasan perceraian dalam hukum positif di Indonesia, terlihat bahwa homoseksual tidak termasuk sebagai alasan perceraian dalam ketentuan hukum. Untuk itu, dasar pemikiran penyusunan skripsi ini adalah menggunakan teori penemuan hukum (Rechtsvinding).

Jika ditarik ke pokok masalah skripsi, maka teori penemuan hukum digunakan untuk mencari jawaban atas sikap yang diberikan hakim terhadap permasalahan yang tidak diatur dalam ketentuan undang-undang. Teori ini digunakan untuk melakukan pemahaman secara menyatu dan terpadu terhadap ketentuan-ketentuan normatif dan yuridis yang berkaitan dengan putusan pengadilan agama terhadap putusan perkara. Selanjutnya dalam memeriksa dan mengadili perkara maka hakim wajib untuk


(25)

melakukan 3 (tiga) tindakan secara bertahap yaitu :

1. Mengkonstatiring, artinya mengecek kebenaran fakta-fakta5 yang dikemukakan oleh para pihak. Suatu fakta dapat dinyatakan terbukti apabila telah diketahui kapan, dimana dan bagaimana terjadinya berdasarkan alat-alat bukti yang sah menurut cara-cara dalam hukum pembuktian. Yang bertujuan untuk memperoleh kepastian bahwa suatu fakta yang diajukan oleh pihak-pihak memang benar-benar terjadi.

2. Mengkualifisir, pada umumnya berarti menemukan hukumnya dengan jalan menerapkan hukum terhadap peristiwa suatu kegiatan yang umumnya bersifat logis. Tetapi dalam kenyataannya, menemukan hukum tidak sekadar menerapkan peraturan hukum terhadap peristiwanya saja. Terlebih lagi jika peraturan hukumnya tidak tegas dan tidak jelas pula.

3. Mengkontituir, yaitu menetapkan hukumnya yang kemudian dituangkan dalam amar putusan.6

Hal yang harus dipertimbangankan oleh hakim dalam putusan adalah demi kemaslahatan bersama para pihak. Oleh karena itu, jangan sampai terdapat salah satu pihak yang merasa tertekan dan dirugikan, seperti disebutkan dalam kaidah fikih berikut ini: ﺢ ﺎﺼ ا ﺟﻲ ﻋمﺪﻘ ﺪﺳﺎﻔ اءرد.

5

Fakta ialah keadaan atau peristiwa yang pernah terjadi atau perbuatan yang dilakukan dalam dimensi ruang dan waktu.

6

Hukum perdata Indoskripsi “skripsi tentang Tinjauan hukum Islam terhadap Ketidakpuasan seksual sebagai alasan perceraian” artikel diakses pada 29 april 2009 dari


(26)

17

F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder7 yaitu berupa Undang-undang yang ada kemudian membandingkannya dengan pertimbangan hakim di Pengadilan Agama dalam putusan perkara perceraian Nomor 1564/Pdt.G/2008/PA.JT.

b. Sumber dan Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah dokumen, Sumber data dalam penelitian ini adalah :

1) Data primer, yaitu :

a) Putusan dan pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor : 1564/Pdt.G/2008/PA.JT mengenai putusan perkara perceraian dengan alasan Homoseksual.

b) Hasil wawancara Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur. 2) Data sekunder, yaitu :

Data ini merupakan sumber pendukung dari data primer yang didapatkan dari beberapa sumber hukum atau undang-undang yang

7

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. ke-8, h. 13


(27)

berlaku di Indonesia, seperti UU Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam8, UU Peradilan Agama, dan Hukum perdata BW. Selain itu, karena penelitian ini juga meninjau pandangan hukum Islam, maka data sekunder juga terdiri dari literatur fikih atau hukum Islam, terutama yang berkaitan dengan penelitian, baik secara langsung atau tidak.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah :

1) Dokumentasi, yaitu cara memperoleh data dengan menelusuri dan mempelajari data primer dari dokumen-dokumen berkas putusan perkara. Disamping itu dilakukan penelusuran dan pengkajian terhadap berbagai tulisan yang berkaitan dengan pembahasan ini, dalam aspek hukum untuk mempertajam analisis terhadap putusan pengadilan tersebut.

2) Interview (wawancara), yaitu metode pengumpulkan data dengan menggunakan pedoman wawancara. Adapun pihak yang diwawancarai adalah hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur. Metode ini dipakai untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang pertimbangan hukum dan upaya yang digunakan majelis Hakim untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga dapat membantu proses analisis data.

d. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah, dianalisis dan diinterpretasikan

8


(28)

19

untuk dapat menggali dan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Teknik analisis data yang digunakan berupa :

1) Perbandingan Hukum, yaitu dengan membandingkan hasil dokumen hukum yang sah mengenai keputusan hakim dan dokumen hukum para pakar dan peneliti hukum (Content Analysis).

2) Teori Penemuan Hukum (Rechtsvinding). Dalam teori ini dipaparkan, dan dapat disajikan secara sistematis. Selanjutnya klasifikasi data, yaitu mengelompokan data berdasarkan masing-masing permasalahan yang telah dirumuskan yang kemudian disajikan per bab pembahasan.

Setelah pengolahan data, selanjutnya menganalisis dan menginterpretasikan data. Analisis data dilakukan terutama pada bab IV dengan cara mendeskripsikan data-data tersebut secara jelas dan menganalisa isinya, kemudian menginterpretasikannya menggunakan bahasa penulis sendiri, dengan demikian akan nampak jelas rincian jawaban atas pokok permasalahan yang diteliti.

G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika pembahasan ini dibagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab dengan tujuan agar pembahasan skripsi ini tersusun dengan sistematis, maka perlu dikemukakan sistematikanya sebagai berikut :

Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang hal-hal yang mengatur bentuk dan isi skripsi, meliputi; Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Teknik Penulisan, serta Sistematika Penulisan.


(29)

Bab Kedua, membahas Gambaran Umum tentang Pengadilan Agama yang berisi mengenai sejarah singkat Pengadilan Agama, dan susunan organisasi Pengadilan Agama Jakarta Timur, Proses pemeriksaan putusan perkara Homoseksual Pengadilan Agama Jakarta Timur, Duduk perkara putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 1564/Pdt.G/ 2008/PA.JT

Bab Ketiga, merupakan Gambaran umum tentang Homoseksual, Homoseksual menurut Ilmu Psikologi, menurut hukum positif dan Homoseksual dalam Tinjauan hukum Islam.

Bab Keempat, membahas tentang Analisis Putusan No. 1564/Pdt.G/2008/PA. Yaitu pertimbangan Hakim dari putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur dalam perkara Homoseksual sebagai alasan Perceraian, dan Homoseksual sebagai salah satu faktor alasan terjadinya Perceraian tinjauan Hukum Positif dan Hukum Islam.


(30)

BAB II

PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR

A. Sejarah dan Susunan Organisasi Pengadilan Agama Jakarta Timur 1. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Timur

Pengadilan Agama Jakarta Timur, dibentuk dan berdiri berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI No. 4 1967 tertanggal 17 januari 1967. Pendirian Pengadilan Agama Di Wilayah Hukum Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

Pada saat munculnya sebutan Pengadilan Agama Jakarta Timur di wilayah hukum DKI Jakarta, bermula dari sebuah proses. Ketika lembaga Pengadilan Agama di wilayah hukum DKI Jakarta diberi nama dengan sebutan “ Pengadilan Agama Jakarta Timur lalu pada saat yang bersamaan lahir pula Pengadilan Agama lain yang berkedudukan di 4 (empat) wilayah hukum DKI Jakarta dalam lingkungan Pengadilan Agama Jakarta Timur, yaitu:

a. Pengadilan Agama Jakarta Selatan b. Pengadilan Agama Jakarta Barat c. Pengadilan Agama Jakarta Utara, dan d. Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

Untuk sebutan “Pengadilan Agama Jakarta Timur” adalah cerminan di dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 4 tahun 1967 tanggal 17 Januari 1967 tentang Perubahan Kantor-kantor Cabang Pengadilan Agama dalam Daerah Khusus Ibukota Jaarta Raya. Secara nyata pula dalam keputusan tersebut ditegaskan bahwa


(31)

Pengadilan Agama yang terletak di jantung Ibukota Negara Republik Indonesia memiliki keistimewaan yaitu double/peran ganda dan atau dua sisi yaitu di satu sisi sebagai “Kantor Induk” dari 4 (empat) Pengadilan Agama yang berada di 4 (empat) wilayah yuridiksi yang mengelilinginya, sedangkan pada sisi lain dalam operasionalnya adalah juga Pengadilan Agama yang berkedudukan di wilayah kekuasaan “ Kota Jakarta Pusat”.

2. Sejarah Lahirnya Pengadilan Agama Jakarta Timur Di Betawi (sekarang Jakarta)

Sebagai kelanjutan dari sikap pemerintah Hindia Belanda terhadap peradilan agama, pada tahun 1828 dengan ketetapan Komisaris Jenderal tanggal 12 Maret 1828 nomor 17 khusus untuk Jakarta (Betawi) di tiap-tiap distrik dibentuk satu majelis distrik yang terdiri dari :

a. Komandan Distrik sebagai Ketua

b.Para penghulu masjid dan Kepala Wilayah sebagai anggota Majelis

Ada perbedaan semangat dan arti terhadap Pasal 13 Staatsblad 1820 Nomor 22, maka melalui resolusi tanggal 1 Desember 1835 pemerintah di masa itu mengeluarkan penjelasan Pasal 13 Staatsblad Nomor 22 tahun 1820 sebagai berikut:

Apabila terjadi sengketa antara orang-orang Jawa satu sama lain mengenai soal-soal perkawinan, pembagian harta dan sengketa-sengketa sejenis yang harus diputus menurut hukum Islam, maka para “pendeta” memberi keputusan, tetapi gugatan untuk mendapat pembiayaan yang timbul dari keputusan para “pendeta” itu harus diajukan kepada pengadilan-pengadilan biasa”.


(32)

23

Hindia Belanda untuk memberlakukan politik konkordansi dalam bidang hukum, karena beranggapan bahwa hukum Eropa jauh lebih baik dari hukum yang telah ada di Indonesia. Seperti diketahui bahwa pada tahun 1838 di Belanda diberlakukan

Burgelij Wetboek (BW).

Akan tetapi dalam rangka pelaksanaan politik konkordansi itu, Mr. Scholten vanOud Haarlem yang menjadi Ketua Komisi penyesuaian undang-undang Belanda dengan keadaan istimewa di Hindia Belanda membuat sebuah nota kepada pemerintahnya, dalam nota itu dikatakan bahwa :

“Untuk mencegah timbulnya keadaan yang tidak menyenangkan mungkin juga perlawanan jika diadakan pelanggaran terhadap agama orang Bumi Putera, maa harus diikhtiarkan sedapat-dapatnya agar mereka itu dapat tinggal tetap dalam lingkungan (hukum) agama serta adat istiadat mereka”. Di daerah khusus Ibukota Jakarta, berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 4 Tahun 1967 lahir Peradilan Agama Jakarta dan diadakan perubahan kantor-kantor cabang Pengadilan Agama dari 2 kantor-kantor cabang menjadi 4 kantor-kantor cabang, antara lain :

a. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Timur b. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan c. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Barat d. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

3. Sejarah Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Timur Dalam Kepemimpinannya


(33)

beberapa pergantian pimpinan/periode :

a. Periode tahun 1962-1970, bahwa kantor tersebut menempati rumah Bapak Ketua PengadilanAgama yang pertama yaitu Bapak KH.M.ALI dan dibantu oleh Panitera /sekretaris H.M.Rosyid, dengan jumlah pegawai 9 orang (PNS) dan ditambah tenaga honorer 5 orang yang berkantor di Bekasi Pulogadung, Jakarta Timur / Depan Kantor Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur.

b. Periode tahun 1970-1980, kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur, menempati disebelah Walikota Jakarta Timur (Jatinegara) dengan status sewa, dengan ketuanya Bpk. KH.Irsyad Muin,SH dan dibantu oleh H.M.Rosyid dan ali Syafie sebagai Panitera/Sekretaris, dengan dibantu 11 orang pegawai. c. Peroiode tahun 1980-1983 Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur terpecah

menjadi 5 wilayah dan mengikuti perkembangan kota DKI menjadi 5 wilayah Jakarta, yakni Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Pusat. Aan tetapi wilayah yuridis belum dibagi. Dengan Ketuanya Bapak Drs. Asmui Kasim Lubis dengan dibantu paniteranya Bapak Ali Syafie dengan periode inilah Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur mulai membangun dan menambah sarana dan prasrana gedung dan peralatan dengan dana DIP Depag RI.

Seperti halnya instansi-instansi lainnya, pengadilan Agama Jakarta Timur, mengalami beberapa kali pergantian pimpinan yaitu pada tanggal 27 september 1999 sampai dengan tanggal 16 Agustus 2001 di bawah pimpinan Bapak Drs.Hasan Basri, SH M.HUM yang selanjutnya mulai tanggal 16 Agustus 2001 sampai dengan


(34)

25

tanggal 16 Maret 2004 tanggung jawab Kantor operasional di bawah pimpinan Bapak Drs. H. Sayid Usman, SH dan pada tanggal 1 Maret 2004 Kantor Lama di Jalan Raya Bekasi KM 18 Pulogadung Jakarta Timur, pindah ke Kantor barunya di Jalan PKP No. 24 Kelapa Dua Wetan Ciracas Jakarta Timur dan segala pelayanan masyarakat dan sidang berpindah pula di Kantor tersebut pada tanggal 16 maret 2004 mulai dilantik ketua baru H. Helmy Bakrie, SH sampai sekarang.

4. Topografi Wilayah Jakarta Timur

Wilayah kotamadya Jakarta timur terdiri atas 10 (sepuluh) kecamatan dan 65 kelurahan. Adapun batas-batas wilayahnya adalah :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kodya Jakarta Utara dan Jakarta Pusat 2. Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Bogor/kodya Depok 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi/kodya Bekasi.

Luas wilayahnya adalah : 18.877.77 Ha. Jumlah penduduknya : 3.050.713 jiwa. Pengadilan Agama Jakarta Timur, dibentuk dan berdiri berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI No. 4 tahun1967 tertanggal 17 Januari 1967. Pendirian Pengadilan Agama Di Wilayah Hukum Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur sendiri terletak di Jalan Raya PKP No. 24 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kec. Ciracas Kotamadya Jakarta Timur. Telpon: (021) 87717549, fax (021) 87717548. Kode pos 13730.

Pada saat munculnya sebutan Pengadilan Agama Jakarata Timur di wilayah hukum DKI Jakarta, bermula dari sebuah proses. Ketika Lembaga Pengadilan Agama di wilayah hukum DKI Jakarta diberi sebutan “Pengadilan Agama Jakarta Timur lalu


(35)

pada saat yang bersamaan lahir pula pengadilan Agama lain yang berkedudukan di 4 (empat) wilayah hukum DKI Jakarta dalam lingkungan Pengadilan Agama Jakrta Timur” yaitu :

a. Pengadilan Agama Jakarta Selatan b. Pengadilan Agama Jakarta Barat c. Pengadilan Agama Jakarta Utara dan d. Pengadilan Agama Jakarta Pusat

Untuk sebutan “Pengadilan Agama Jakarta Timur” adalah tercermin didalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 4 tahun 1967 tanggal 17 januari 1967 tentang perubahan Kantor-kantor Cabang Pengadilan Agama dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.

Secara nyata pula dalam keputusan tersebut ditegaskan bahwa Pengadilan Agama yang terletak di jantung Ibukota Negara Republik Indonesia memiliki keistimewaan yaitu double/peran ganda dan atau dua sisi yaitu di satu sisi yaitu di satu sisi sebagai “Kantor Induk” dari 4 (empat) Pengadilan Agama yang berada di 4 (empat) wilayah yuridiksi yang mengelilinginya, sedangkan pada sisi yang lain dalam opersionalnya adalah juga Pengadilan Agama yang berkedudukan di wilayah kekuasaan “Kota Jakarat Pusat”.1

5. Susunan Organisasi Pengadilan Agama Jakarta Timur

Adapun struktur Organisasi Pengadilan Agama Jakarta Timur sama dengan

1


(36)

27

Pengadilan Agama di Indoensia. Untuk efisiensi, nama-nama dan struktur organisasi ini tidak penulis cantumkan.2

B. Proses Pemeriksaan Perkara Nomor 1532/Pdt.G/2008/PA.JT

Pemeriksaan perkara perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Timur dilakukan melalui beberapa tahap tertentu yang telah ditentukan Undan-undang, antara lain:

1. Tahap Permulaan

Tahap permulaan ini dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a. Pengajuan Perkara di bagian Kepaniteraan

Surat gugatan yang telah dibuat dan ditandatangani diajukan ke Kepaniteraan Pengadilan Agama dan surat gugatan diajukan kepada sub Kepaniteraan Gugatan. Penggugat kemudian menghadap pada Meja Pertama yang akan menaksir besarnya panjar biaya perkara dan menulisnya pada Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Besarnya panjar biaya diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut, yang berdasarkan pasal 193 R.bg/pasal 183 ayat (1) HIR/pasal 90 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, meliputi:

(1) Biaya Kepaniteraan dan Biaya materai,

(2) Biaya pemeriksaan, saksi ahli, juru bahasa, dan biaya sumpah; (3) Biaya pemeriksaan setempat dan perbuatan Hakim yang lain;

2


(37)

(4) Biaya pemanggilan, pemberitahuan dan lain-lain atas perintah Pengadilan yang berkaitan dengan perkara itu.3

Menurut hasil penelitian penulis, mengenai biaya perkara di Pengadilan Agama Jkarta Timur mendaptkan data bahwa biaya yang dtanggung oleh Penggugat yaitu biaya Kepaniteraan, biaya pemanggilan, biaya pemberitahuan para pihak, dan biaya materai. Dan untuk biaya juru bahasa dalam perkara tersebut tidak dianggarkan karena yang berperkara dalah Warga Negara Indonesia, fasih berbahasa Indonesia dan pihak Tergugat maupun Penggugat tidak mengalami cacat fisik (bisu atau tuli) sehingga tidak memerlukan juru bahasa.

Sedangkan bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara prodeo (Cuma-cuma). Ketidak mampuan tersebut dibuktikan dengan melampirkan Surat Keterangan dari Lurah/ Kepala Desa setempat yang dilegalisir oleh camat.4

b. Pembayaran Panjar Biaya Perkara

Calon Penggugat kemudian menghadap kepada kasir dengan menyerahkan surat gugatan dan Surat Kuasa Untuk membayar (SKUM). Kemudian membayar panjar biaya sesuai dengan yang tertera pada Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) tersebut. Kemudian, kasir melakukan

3

Mukti Arto, Praktek perkara perdata pada pengadilan Agama. (Yogyakarta: Pustala Pelajar, 2004), hal. 37.

4


(38)

29

tindaklanjut, yaitu:

1) Menerima uang tersebut dan mencatat dalam jurnal perkara;

2) Menandatangani dan member nomor perkara serta tanda lunas pada Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) tersebut;

3) Mengembalikan surat gugatan dan SKUM kepada calon Penggugat; 4) Menyerahkan uang tersebut kepada Bendaharawan perkara.5

c. Pendaftaran Perkara

Calon Penggugat kemudian menghadap pada Meja II dengan menyerahkan surat gugatan dan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) yang telah dibayar tersebut. Kemudian ke Meja II untuk melakukan:

1) Memberi nomor pada surat gugatan sesuai dengan nomor yang diberikan oleh Kasir, sebagai tanda telah terdaftar maka Petugas Meja II memberikan paraf;

2) Menyerahkan satu lembar surat gugatan yang telah terdaftar barsama satu helai Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) epada Penggugat;

3) Mencatat surat gugatan tersebut pada buku Register Induk Perkara Gugatan sesuai dengan jenis perkaranya;

4) Memasukkan surat gugatan tersebut dalam Map Berkas Perkara dan menyerahkan kepada Wakil Panitera untuk disampaikan kepada Ketua

5


(39)

Pengadilan melalui Panitera.6

Berdasarkan penelitian Penulis perkara permohonan cerai gugat tanpa akta nikah yang masuk ke Pengadilan Agama Jakarta Timur pada tahun 2008 ada 2 (dua) perkara. Oleh karena itu Penulis tertarik untuk membahas salinan putusan tentang perkara cerai gugat tanpa akta nikah yang telah diputus oleh hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur, yaitu:

C. Duduk Perkara Nomor 1564/Pdt.G/2008/PA.JT

1. Homoseksual Sebagai Alasan Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 1564/Pdt.G/2008/ PA.JT.7

Perceraian merupakan jalan alternatif terakhir sebagai pintu darurat yang boleh ditempuh, manakala bahtera kehidupan rumah tangga tidak dapat lagi dipertahankan keutuhan dan kesinambungannya. Sifatnya sebagai alternatif terakhir, Islam mengajarkan agar sebelum terjadinya talak atau perceraian, ditempuh usaha-usaha perdamaian antara kedua belah pihak.

Di negara Indonesia ini, perceraian dapat dikabulkan dan sah di depan Majelis Hakim Pengadilan Agama. Apabila suami mentalak isterinya di luar konsep Pengadilan yakni tidak didepan Majelis Hakim maka talak tersebut tidak sah secara hukum positif. Menurut hemat Penulis perselisahan yang terjadi dalam rumah tangga,

6

Arsip Pengadilan Agama Jakarta Timur, Putusan Nomor 1532/Pdt.G/2008/PAJT

7


(40)

31

sebenarnya sangat sulit diungkapkan, karena masalah sekecil apapun kadang dapat memicu terjadinya perceraian. Yang sering terdengar perceraian terjadi karena perbedaan prinsip dalam hidup yang akibatnya menimbulkan tingkat perceraian yang setiap tahun semakin meningkat.

Dengan melihat pada pasal 31 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang berbunyi :

(1) Hakim yang memeriksa gugatan perceraian berusaha mendamaikan kedua belah pihak.

(2) Selama perkara belum diputus usaha mendamaikan dilakukan sebelum persidangan.8

Dan merujuk pada Al-Qur’an surat An-Nisa’/4 ayat 35 berbunyi :

Artinya :

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antaar keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang haam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenai.(Q.S. An-Nisa : 35)

8

M. Yahya Harahap, kedudukan, kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Undang-undang No.7 tahun 1989, (Jakarta : Sinar Grafika,2005), Cet. ke-3, hal.67


(41)

Dalam perkara tersebut penggugat telah berusaha mempertahankan rumah tangganya dengan bersabar dan bermusyawarah secara kekeluargaan (perdamaian melalui pihak hakam)agar rukun kembali rumah tangganya akan tetapi tidak berhasil. Karena perkawinan tersebut sudah tidak dipertahankan lagi dan pertengkaran atau perselisihan (syiqaq) sering terjadi yang disebabkan oleh masalah kelainan sex dan sikap egois suami (tergugat), maka dasar hukumperceraian karena pertengkaran atau perselisihan (syiqaq) tersebut dapat diajukan ke pengadilan dengan melihat pertimbangan pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang berbunyi: “antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.9

Penulis memilih putusan Nomor. 1564/Pdt.G/2008/PA.JT, karena lebih melihat kasusnya yang berbeda dengan putusan-putusan lain. Banyak hal yang menarik dalam kasus ini, misalnya dalam pembuktian hanya menggunakan saksi-saksi saja.

2. Duduk Perkara

Dalam duduk perkara mengenai Homoseksual sebagai alasan perceraian dalam putusan Pengadilan dengan Nomor perkara 1532/Pdt.G/2008/PA.JT antara Titin Binti Saman, umur 37 tahun, Agama Islam, pendidikan SMU, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, bertempat tinggal di Jalan Kebun Jeruk RT.03 RW 02 No. 15

9


(42)

33

Kelurahan Jatinegara Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur.10

Berdasarkan keterangan yang dikemukakan dari pihak Penggugat (Titin Binti Saman) bahwa mereka (antara Penggugat dan Tergugat) telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 14 Mei 1990, di hadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Jati Negara Kota Jakarta Timur dengan Akta Nikah Nomor : 72/48/V/1990. Selanjutnya keterangan Penggugat mengatakan sebenarnya Ia dan Tergugat setelah pernikahan hidup rukun sebagaimana layaknya suami-isteri dan bertempat tinggal di jalan Kebon Jeruk Timur RT.01 RW.02 Kelurahan Cipinang Besar Utara Kecamatan Jati Negara Kota Jakarta Timur. Selama 2 tahun bahkan telah dikaruniai 3 orang anak yang bernama Unique Marceline Pricillia R. lahir pada 31 maret 1991 di Jakarta, Audrey Felatica Diva AJR. lahir pada 21 April 1994 di Jakarta, Tymothi Radytia Aprie Esa UR. Lahir pada 21 April 1995 di Jakarta. Akan tetapi sejak bulan Oktober 2004 rumah tangga Penggugat dan Tergugat mulai mengalami kegoncangan sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus (syiqaq) sampai akhirnya mereka pisah rumah dan pisah ranjang sejak Oktober 2004 dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun sehingga hak dan kewajiban suami isteri tidak terlasana sebagaimana mestinya. Ternyata keduanya tidak ada harapan lagi untuk hidup rukun dalam bahtera rumah tangga.

Adapun penyebab perselisihan dan pertengkaran seperti yang dijelaskan Penggugat antara lain yaitu :

10


(43)

a. Suami meninggalkan rumah tanpa memberikan nafkah lahir dan bathin . b. Suami hidup serumah dengan pasangan sejenis (Homoseksual)

3. Proses Peradilan Perkara Cerai Gugat karena Homoseksual a. Tahap Permulaan

1) Pengajuan Perkara di Bagian Kepaniteraan

Surat gugatan yang telah dibuat dan ditandatangani diajukan ke Kepaniteraan Pengadilan Agama dan surat gugtan diajukan kepada sub Kepaniteraan Gugatan. Penggugat menghadap pada meja pertama yang akan menaksir besarnya biaya perkara dan menulisnya pada Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Besarnya panjar biaya diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut, yang berdasarkan pasal 99 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Perkawinan jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 (Tentang Peradilan Agama), meliputi:

a) Biaya Kepaniteraan dan biaya materai;

b) Biaya pemeriksaan, saksi ahli, juru bahasa, dan biaya sumpah; c) Biaya pemeriksaan setempat dan perbuatan Hakim yang lain;

d) Biaya pemanggilan, pemberitahuan dan lain-lain atas perintah Pengadilan yang beraitan dengan perkara itu. 11

Menurut hasil penelitian Penulis, mengenai biaya perkara di Pengadilan

11


(44)

35

Agama Jakarta Timur mendapatan data bahwa biaya yang ditanggung oleh Penggugat yaitu biaya kepaniteraan, biaya pemanggilan, biaya pemberitahuan para pihak, dan biaya materai sehingga besarnya biaya mencapai Rp. 241.000 (Dua ratus empat puluh satu ribu rupiah). Dan untuk biaya juru bahasa dalam perkara tersebut tidak dianggarkan karena yang berperkara juga asli Warga Negara Indonesia, fasih berbahasa Indonesia dan pihak Tergugat maupun Penggugat tidak mengalami cacat fisik (bisu atau tuli) sehingga tidak memerlukan juru bahasa.

Bagi yang tidak mampu dapat di ijinkan berperkara secara prodeo (Cuma-cuma). Ketidak mampuan tersebut dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan dari Lurah/Kepala Desa setempat yang dilegalisir oleh Camat. 12

2) Pembayaran Panjar Biaya Perkara

Calon Penggugat kemudian menghadap kepada kasir dengan menyerahkan surta tersebut dan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Kemudian membayar panjar biaya sesuai dengan yang tertera pada Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) tersebut. Kasir kemudian:

1) Menerima uang tersebut dan mencatat dalam jurnal perkara;

2) Menandatangani dan memberi nomor perkara serta tanda lunas pada Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) tersebut.

3) Mengembalikan surat gugatan dan SKUM kepada calon Penggugat.

12


(45)

4) Menyerahkan uang tersebut kepada Bendaharawan perkara. 3) Pendaftaranperkara

Calon Penggugat kemudian menghadap pada Meja II dengan menyerahkan surat gugatan dan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) yang telah dibayar tersebut. Kemudian Meja II melakuan hal-hal sebagai berikut:

1) Memberi nomor pada surat gugatan sesuai dengan nomor yang diberikan oleh kasir, sebagai tanda telah terdaftar maa Petugas Meja II memberikan paraf;

2) Menyerahkan satu lembar surat gugatan yang telah terdaftar bersama satu helai Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kepada Penggugat;

3) Mencatat surat gugatan tersebut pada buku Register Induk Perkara Gugatan sesuai dengan jenis perkaranya;

4) Memasukkan surat gugatan tersebut dalam Map Berkas Perkara dan menyerahkan kepada Wakil Panitera untuk disampaikan kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera. 13

Berdasarkan penelitian Penulis perkara permohonan cerai gugat karena homoseksual yang masuk ke Pengadilan Agama Jakarta Timur pada tahun 2008 hanya terdapat 2 (dua) perkara. Oleh karena itu Penulis tertarik untuk membahas salinan putusan tentang perkara cerai gugat karena homoseksual yang telah diputus oleh Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur, yaitu:

13


(46)

37

b. Tentang Duduk Perkara 1) Kasus

a) Tentang para pihak. Pada kasus pertama adalah perkara Nomor 1564/Pdt.G/2008/PAJT. Penggugat adalah istri (DI), umur 36 tahun, pekerjaan pegawai swasta, pendidikan S1, bertempat tinggal di Jl. Cendani VI RT.01 RW.09 No. 19 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, disebut sebagai Penggugat. Dan Tergugat adalah suami (RR), umur 34, pekerjaan pengangguran, pendidikan SMK, bertempat tinggal di Jl. Mangga VI RT.02 RW.04 No. 75 Kelurahan Cibodasari, Kecamatan Tangerang, Banten, disebut sebagai Tergugat. b) Tentang Posita/Duduk Perkara

i. Bahwa pada hari minggu, tanggal 02 September 2007, telah berlangsung pernikahan antara Penggugat dengan Tergugat, dihadapan pejabat PPN KUA Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur dengan akta nikah Nomor : 1526/261/IX/2007, tanggal 02 September 2007.

ii. Bahwa dari pernikahan tersebut belum dikaruniai anak (Qobla Dukhul);

iii. Bahwa sejak bulan desember tahun 2007 kehidupan rumah tangga Tergugat dan Penggugat sering terjadi perselisihan/pertengkaran secara terus menerus yang sulit diatasi, sehingga membawa akibat buruk bagi kelangsungan hidup bersama yang telah dibina.


(47)

i) Tergugat mengidap penyakit kelainan sex (suka sesama laki-laki/homoseks)

ii) Sering terjadi pertengkaran karena kebohongan-kebohongan Tergugat yang katanya reuni SMA tapi ternyata pesta pembukaan salon yang tamu-tamunya semuanya banci.

iii) Dalam suatu pertengkaran mulut, tergugat berteriak didepan muka Penggugat dan mendorong Penggugat hingga jatuh (KDRT). v. Bahwa akibat dari perselisihan tersebut, akhirnya kurang lebih 8 bulan

Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah karena Tergugat pergi meninggalkan kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut Penggugat bertempat tinggal di kediaman Orangtua di Pondok Bambu dan Tergugat bertempat tinggal di Cibodasari, Tangerang. vi. Bahwa sejak berpisah Penggugat dan Tergugat selama 8 bulan, maka

hak dan kewajiban suami-istri tidak terlaksana sebagaimana mestinya karena sejak itu Tergugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat.

vii.Bahwa Penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut/ cara mengajak Orangtua (Bapak) bermusyawarah atau berbicara dengan Tergugat secara baik-baik tetapi tidak berhasil, Tergugat malah pergi meninggalkan rumah dan tidak berhasil.

viii. Bahwa dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka Penggugat merasa rumah tangganya tidak bisa dipertahankan lagi, mengingat keadaan


(48)

39

Tergugat tersebut di atas maka Penggugat merasa yakin bahwa tidak ada harapan hidup rukun lagi dalam berumah tangga dengan Tergugat. 2) Tentang Petitum/ Tuntutan

1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya,

2. Memutuskan perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat karena cerai, 3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan


(49)

A. Pengertian Penyimpangan Seksual dan Homoseks 1. Pengertian Penyimpangan seksual

Penyimpangan seksual terdiri atas dua suku kata yaitu penyimpangan dan seksual. Penyimpangan berasal dari kata dasar “simpang” yang memiliki empat pengertian. Pertama, mempunyai arti proses, yaitu cara perbuatan yang menyimpang atau menyimpangkan. Kedua, bermakna membelok menempuh jalan lain. Ketiga,

maksudnya tidak menurut apa yang sudah ditentukan, tidak sesuai dengan rencana.

Keempat, menyalahi kebiasaan, menyeleweng baik dari hukum, kebenaran, dan agama.1

Kata “seksual” mempunyai dua pengertian. Pertama, berarti menyinggung hal reproduksi atau perkembangan lewat penyatuan dua individu yang berbeda yang masing-masing menghasilkan sebutir telur dan sperma. Kedua, secara umum berarti menyinggung tingkah laku, perasaan, atau emosi yang bersosiasi dengan perangsangan alat kelamin, daerah-daerah erogenous, atau dengan proses perkembangbiakan.2

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Penyimpangan Seksual adalah perilaku seksual seseorang yang dianggap menyimpang atau menyalahi aturan yang sudah ditetapkan.

1

Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1995, h. 488.

2

J.P Chaplin, Kamus Lengkap Biologi, terjemahan. Kartini Kartono, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2004, cet.ke-9, h.460.


(50)

41

Defenisi lain menyebutkan bahwa Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunaan objek seks yang tidak wajar.3 sebagaimana yang akan dijelaskan pada sub selanjutnya.

2. Bentuk-bentuk Penyimpangan Seksual

Ada banyak penyimpangan seksual yang terjadi di masyarakat, berikut ini macam-macam bentuk penyimpangan seksual diantaranya adalah:

a. Incest, yaitu keinginan untuk melakukan hubungan seksual dengan muhrim, seperti dengan ibunya, bapaknya, anaknya, atau dengan saudara kandungnya sendiri. Kasus ini banyak terjadi di masyarakat, sering kita mendengar seorang bapak menghamili anak kandungnya sendiri, anak memperkosa ibunya, dan lain sebagainya.4

b. Necropilia, yaitu seseorang yang mencari kepuasan seksualnya dengan menyetubuhi mayat bahkan terkadang ia bersikap kanibal, yakni dengan melahapnya sekaligus. Korban biasanya orang yang ia senangi, biasanya untuk memenuhi hasrat seksualnya orang yang ia senangi tersebut ia bunuh, kemudian mayatnya ia setubuhi.

c. Ekshibisionsme, yaitu seseorang yang akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai

3

“Penyimpangan Seksual”, di akses pada 15 mei 2009 dari http://makalah dan skripsi.blogspot.com/2009

4

Menurut para psikolog incest adalah perilaku penyimpangan seksual dan menurut hukum Islam incest adalah berhubungan dengan wanita-wanita yang diharamkan untuk dinikahi dan melakukannya termasuk penyimpangan seksual serta merupakan pelanggaran ketentuan hukum.


(51)

memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi.

d. Fetishisme, Pada penderita fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatan kepuasan.

e. Homoseks, istilah homoseks diambil dari kata Sadum, nama sebuah kota kuno dekat Laut Mati, sebuah daerah di Jordan. Dalam arti lain homoseks yaitu hubungan seks yang dilakukan dengan sesama jenis dimana si pelaku merasa tertarik dan mencintai sesama jenis tersebut.

f. Lesbian, yaitu perbuatan menggesekan atau menyentuhkan alat vital yang berupa ejakulasi. Cara mereka melakukan hubungan seks ini mirip dengan saktitis atau sebagai pasif feminim.

g. Onani (Masturbasi), yaitu menyalurkan hasrat seksual dengan cara merangsang alat kelamin, baik dengan menggunakan tangan dan sebagainya. Beberapa pakar kedokteran dan pendidikan menganggap masturbasi tidak menimbulkan efek samping yang serius bagi kesehatan, sedangkan sebagaian yang lain menganggap perbuatan tersebut sangat merusak kesehatan.

h. Pedophilia, yaitu seseorang yang baru mendapatkan kepuasan seksual jika melakukan hubungan dengan anak-anak, hal ini sangat dilarang oleh agama.

i. Voyeurisme, yaitu berasal dari bahasa prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara


(52)

43

mengintip lawan jenisnya yang sedang telanjang, mandi bahkan mengintip orang yang sedang berhubungan seksual.

j. Masochisme, yaitu penderita akan merasakan kenikmatan seksual jika ia disakiti oleh pasangannya, misalnya dipukul dengan tangan, cambuk, dan lain-sebagainya atau seolah-olah ia diperkosa. Rasa sakit yang ia terima itu akan mendatangkan kenikmatan yang luar biasa baginya, bahkan lebih nikmat daripada hubungan kelamin.

k. Sadomasokisme, yaitu penderita memperoleh kepuasan seksual bila mereka melakukan hubungan seks dengan terlebih dahulu menyiksa atau menyakiti pasangannya.

l. Sodomi, yaitu pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan (hetero).

m. Bestiality, yaitu tindakan mencari kepuasan seksual dengan jalan berhubungan seksual dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya.

n. Zoophilia, yaitu orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan hubungan seks dengan hewan.5

3. Homoseksual Sebagai Penympangan Seksual a. Defenisi Homoseksual dan Sejarahnya

Perkataan Homoseksual diterjemahan secara harfiah adalah “sesama jenis”

yang merupakan gabungan prefiks Yunani, homo berarti “sama” dan asas latin sex

5


(53)

tertarik terhadap orang dari jenis kelamin yang sama, homoseksual ini juga biasa disebut “gay”.7 Biasanya kaum gay ini melakukan hubungan seksualnya dengan memasukan penis (zakar) kedalam anus laki-laki.8

Homoseksual bermula dari zaman Nabi Luth a.s. ketika itu gejala seks dalam perkawinan dan percintaan diantara sesama jenis sudah marak. Atas peristiwa ini kaum Nabi Luth mendapat teguran sebagaimana yang tertera dalam Ayat 80, Surah al-A’raf/7, yang berbunyi:

⌧ ☺

Artinya:

Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu[551], yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" (QS. AL-A’raf/7: 80)

Artinya:

Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (QS. Al-A’raf/7: 81)

Homoseks dalam istilah arab dikenal dengan sebutan liwath, pelakunya

6

Istilah homoseksual pertama kali diterbitkan secara bercetak dalam pamplet Jerman yang diterbitkan pada tahun 1869 secara tanpa nama yang ditulis oleh novelis Karl-Maria Kertbeny, kelahiran Austria.

7

Departemen pendidikan dan kebudayaan, KBBI. Jakarta : Balai Pustaka, 1998. Cet.ke-1, h. 312

8


(54)

45

dinamakan al-luthiy (lotte) yang dinisbahkan kepada perbuatan kaum nabi Luth. Hampir semua kitab tafsir mengabadikan kisah nabi Luth, ketika menyingkap kandungan ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah Nabi Luth as. Allah SWT berfirman:

⌧ ☺

Artinya:

Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri." Kemudian Kami selamatkan Dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; Dia Termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. (QS. Al-A’raf/7: 80-84)

Allah swt. juga menggambarkan Azab yang menimpa kaum Sadoum tersebut:


(55)

Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu Tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.

Di dunia barat ada kisah yang mirip dengan kisah kaum Luth, yaitu di kota pompei, yang merupakan symbol dari degradasi akhlaq yang dialami kekaisaran Romawi, dikota ini merupakan pusat perzinahan dan homoseks. Kota ini merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran merajalela. Hal ini terbukti meningkatnya jumlah lokasi prostitusi, dan saking banyaknya hingga jumlah rumah-rumah pelacuran tidak diketahui. Hubungan seksual juga bukanlah hal yang tabu untuk dipertotonkan secara terbuka. Kehancuran pompei terjadi melalui letusan gunung Vesuvius. Lava gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut dari peta bumi dalam waktu sekejap. Tak seorangpun dapat meloloskan diri dari keganasan letusan Vesuvius. Hasil penggalian fosil menemukan sejumlah mayat yang terawetkan dengan raut muka yang masih utuh. Secara umum raut muka mereka menunjukkan akspresi keterkejutan, Dan hampir dapat dipastikan bahwa para penduduk yang ada di Kota tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana yang sangat singkat itu, wajah mereka berseri-seri. Jasad dari satu keluarga yang sedang asyik menyantap makanan terawetkan pada detik tersebut. Banyak sekali pasangan-pasangan yang tubuhnya terawetkan berada pada posisi sedang melakukan persetubuhan. Yang paling mengagetkan adalah terdapatnya sejumlah pasangan yang berkelamin sama, dengan kata lain mereka melakukan hubungan seks sesama jenis (homoseks). Dan dikepulauan Capri di Italia dilambangkan sebagai “surga kaum homo” dalam iklan


(56)

47

pariwisata.

Hingga tahun 1970-an, pemikiran yang dominan di barat mengenai hal ini bersifat klinis, karena homoseks merupakan suatu penyimpangan yang disebabkan faktor lingkungan, anomaly biologis, ataupun penyakit keluarga dan pengobatannya pun dengan psikoanalisa.

b. Faktor-Faktor Penyebab Homoseksual

Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan seseorang itu menjadi homoseksual, diantaranya ;

1) Keluarga

Pengalaman atau trauma yang di alami ketika kanak-kanak Contohnya, mendapat perlakuan kasar dari ibu-bapak sehingga si anak beranggapan semua lelaki atau perempuan bersikap kasar, bengis yang memungkinkan si anak merasa benci pada golongan itu. Predominan dalam pemilihan identitas yaitu melalui hubungan yang renggang dengan ibu-bapak yang bisa membuka peluang ana laki-laki justru mengambil alih peran keperempuanan dari figur ibu, sehingga berkembanglah identitas psikoseksual keperempuanan yang bersifat bermanifest dalam bentuk perilaku seksual.

2) Lingkungan sekitar.

Contoh dari sebab ini adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seorang homoseks adalah lingkungan. Bersangkutan dengan pergaulan dan keadaan sekeliling keluarga yang terlalu mengokong anaknya. Bapak yang kurang menunjukan kasih sayang kepada anaknya. Hubungan yang terlalu rapat dengan ibu sementara renggang dengan bapaknya. Kurang menerima pendidikan


(57)

terbina melalui pengalaman, seperti kompleks dalam keadaan hidup dan pengaruh keadaan semasa bayi, kanak-kanak, remaja dan awal dewasa.

3) Dorongan Individu

Rentetan dari proses pembelajaran sewaktu kecil seperti Berkurangnya rasa kepercayaan terhadap ibu dan saudara perempuan (lesbian) dan sebaliknya (gay) kurang percaya pada potensi seksual yang ada pada diri sendiri. Selain itu tarikan individu terhadap homoseksual, menjadi keinginan perasaan yang menyetujui untuk mendominasi hawa nafsu. Harga diri tidak boleh diperoleh dari hubungan lain. Ketakutan pada kaum bertentangan jenis menyebabkan tindak balas erotik yang pasif.

4) Biologi

Pada faktor ini mula-mula individu merasakan ketidaknyamanan ketika melakukan perbuatan homonya, kemudian komunitas kaum homo akan meneruskan aktivitas homoseksualnya secara terus-menerus yang pada akhirnya akan membuat individu semakin nyaman dengan situasi yang demikian. 9 Ketertarikan terhadap sesama jenis sudah ada sejak zaman dahulu di berbagi belahan dunia. Karena menampilkan kegiatan seksual di luar norma yang berlaku. Para gay dan lesbian kadang menampilkan perilaku ekspresif yang tampak mengidikasikan orientasi homoseksual mereka. Homoseksualitas ataupun Heteroseksualitas merupakan aspek penting dari kepribadian, sesuatu yang seharusnya dapat dijelaskan

9

Wikipedia Bahasa Melayu, Ensiklopedia Bebas.”Perdebatan biologi sebagi puncak Homoseksual” diakses pada 14 mei 2009 dari http://ms.wikipedia.org/wiki/kehomoseksualan.html


(58)

49

oleh teori kepribadian.

Freud, menganggap homoseksualitas sebagai penyakit yang disebabkan oleh gangguan perkembangan seksual. Menurut Freud, anak normal akan melewati tahap psikoseksual hingga dorongan seksualnya akhirnya dapat diarahkan, secara dewasa, pada objek cinta suatu tahap dalam proses ini, di mana mereka mencintai alat kelaminnya sendiri, berfokus pada diri sendiri, yang berarti mereka homoseksual.10

Ada tiga kategori dalam Orientasi seksual, yaitu homoseksual, heteroseksual, dan biseksualitas. Seseorang berorientasi homoseksual bila orang tersebut tertarik pada orang yang jenis kelaminnya sama dengan orang itu, sebaliknya orientasi heteroseksual merupakan ketertarikan pada orang yang jenis kelamin yang berbeda, Sementara biseksualitas mengarah pada ketertarikan baik dengan orang yang jenis kelaminnya sama maupun dengan yang berbeda jenis kelaminnya. Umumnya, kita berpikir bahwa ada batas yang jelas antara homoseksualitas dengan heteroseksualitas. Kalau seseorang mengaku bahwa dia homoseksual.

Terdapat beberapa kajian yang menunjukan pelaku homoseksual mempunyai ciri berlainan secara biologi. Diantaranya dalam satu kajian Simon Levay pada tahun 1991, ia mendapati kelompok kecil neuron11 pada anterior hypothalamus,12 yang dipercayai mengawal tabiat seksual dua kali ganda pada imbasan otak homoseksual

10

Howard S. Friedman & Miriam W. Schustack, Kepribadian (Teori Klasik dan Riset Modern), terjemahan. Jakarta : Erlangga, 2006, h.193

11

Neuron adalah sel syaraf yang mampu mengirim dan menerima getaran-getaran yang mirip getaran listrik arus lemah. Getaran-getaran inilah yang secara terkoordinasi menyebabkan setiap mahluk hidup dapat “merasakan” lingkungan sekelilingnya. Di mahluk-mahluk hidup tingkat rendah, sistem urat syaraf ini jauh lebih sederhana, dan tidak memiliki “pusat pengendali”. Pada manusia, sistem syaraf ini merupakan sistem amat rumit dan memiliki pusat pengendali dalam bentuk otak.

12

Hipotalamus adalah bagian dari otak besar yang mengatur homeostasis tubuh dengan pengaturan bagian dalam tubuh seperti detak jantung, suhu tubuh, keseimbangan air dan sekresi dari kelenjar pituitary.


(59)

atau mereka menjadi homoseksual karena kelainan tersebut.

c. Akibat yang ditimbulkan dari Homoseksual

Homoseksual adalah penyakit yang menular yang berbahaya dan kita harus membasminya, atau kita akan terkena azhab seperti Kaum Nabi Luth yang dibinasakan oleh Allah Ta’ala.13 Hal ini ditegaskan secara langsung oleh Allah SWT dalam firman-Nya, yaitu:

⌧ ☺

Artinya:

Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika Dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah[1101] itu sedang kamu memperlihatkan(nya)?" "Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)". Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: "Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda'wakan dirinya) bersih". Maka Kami selamatkan Dia beserta keluarganya, kecuali isterinya. Kami telah mentakdirkan Dia Termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), Maka

13

Sarifudin:<span style=”Font-weight:bold;, “Akibat Homoseksual”,di akses pada 18 mei 2009 dari www.madeinindo.blogspot.com/2008/11/aki...


(60)

51

Amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu. (QS. Al-Naml/27: 54-58)

Homoseks selain perbuatan keji juga termasuk dosa besar dan termasuk salah satu yang merusak fitrah manusia, agama, bahkan dunia dan tentu saja merusak kesehatan jiwa. Homoseks dengan cara sodomi, yakni berhubungan seksual melalui lubang dubur merupakan resiko penularan infeksi HIV/AIDS yang cukup besar.

Berbagai penyakit kelamin yang menular yang kini dikenal di dunia kedokteran adalah:

1) AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

AIDS adalah sebuah penyakit yang disebarkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang melumpuhkan sistem kekebalan tubuh untuk mempertahankan dirinya dari infeksi dan penyakit. Dan salah satu cara penularannya bukan hanya melalui jarum suntik saja, tetapi juga dengan adanya hubungan badan dan transfusi darah yang sudah tercemar virus HIV.14

2) Gonorea

Penyakit ini juga ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini mudah menular akibat peradangan yang disebabkan oleh bakteri gonococcus yaitu sebuah bakteri yang membawa pada penyakit ini. Gejala gonore lebih jelas terlihat pada pria, seperti keluarnya nanah dari saluran buang air kecil yang terasa membakar, dan dampaknya pada wanita apabila penyakit ini tidak segera ditangani dengan baik dapat mengakibatkan kemandulan dan juga dapat

14

Berdasarkan riset Robinson dari Edinburgh University, Inggris, perilaku gay dan lesbian akan meningkatkan penyalahgunaan alkohol dan mendorong tingkat depresi yang luar biasa tinggi kepada masyarakat. Orang-orang akan menjadi resah dan merasaa tidak nyaman. Karena itu, anggota DPR Amerika Serikat asal Oklahoma, Kern, pada 10 oktober 2008 lalu, telah membuat pernyataan yang sangat tegas bahwa perilaku homo dan lesbi merupakan ancaman bagi kehidupan masyarakat AS karena akan semakin menghancurkan sendi-sendi kehidupan.


(61)

Keputihan pada wanita, biasanya penderita mengeluh rasa gatal, panas, sakit dan mengeluarkan cairan, mungkin juga diikuti rasa sakit pada perut bagian bawah.

4) Rachitis

rachitis merupakan penyakit tulang atau keremukan pada otot-otot. Kecendrungan perilaku homoseks menyebabkan timbulnya penyakit ini yang berakibat kehilangan keseimbangan daya tahan tubuh ketika hendak buang air besar dan kecil.

5) Sipilis

Gejalanya timbul benjolan disekitar alat kelamin. Penyakit ini dikenal dengan sebutan Raja singa, penyakit ini sangat berbahaya. Cara penularannya melalui hubungan seksual bebas atau penggunaan barang-barang seseorang seperti baju, handuk dan lain-lain.

Inilah beberapa jenis penyakit yang bisa ditimbulkan akibat hubungan badan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan baik agama maupun kedokteran, dan akan berakibat fatal apabila sampai menjangkiti orang-orang yang berbuat dan berperilaku menyimpang dalam hubungan badan.

B. Homoseks Menurut Ilmu Psikologi

Seksualitas menyangkut berbagai dimensi, yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural. Sementara seksualitas dari dimensi biologis terkait dengan organ reproduksi


(62)

53

dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. Sedangkan seksualitas dari dimensi psikologi sangat erat berkaitan dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, yakni identitas peran atau jenis.15

Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks.

Dimensi perilaku menerjemahan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilkau yang muncul terkait dengan dorongan atau hasrat seksual. Sedangkan dimensi kultural menunjukan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.16

Homoseksual termasuk kedalam gangguan kepribadian atau disebut juga Psikopat.17 Psikopat adalah pribadi yang berprilaku antisosial, prilakunya didominasi oleh kehendak sendiri yang sangat impulsif. Beberapa pakar berpendapat orang psikopat mengalami luka bawaan pada struktur pusat luhur dari otaknya sehingga aspek kepribadiannya secara menyeluruh menjadi kurang utuh.

Dinyatakan pula akan keberadaan poreas (lubang) yang tidak terisi dalam struktur kepribadiannya (Glasser), Prilaku seorang psikopat antara lain:

1. Hanya mampu memahami etika dan norma yang berlaku dalam tataran verbal, tetapi tidak mampu menerapkannya dalam prilaku karena prilaku seorang psikopat didominasi impuls yang muncul sesaat. Maunya hidup nikmat tanpa

15

Kirania Azra, Buku Pintar Cewek (sehat-cantik-asmara),Lafal Indonesia, 2008, h. 31.

16

Ibid.

17

Psikopat adalah pribadi yang berprilaku antisosial, prilakunya didominasi oleh kehendak sendiri yang sangat impulsif (agresif).


(63)

baginya, asalkan keinginan hidup nikmatnya dapat tercapai dengan segera.

2. Biasanya ia adalah seorang yang cerdas, luas dalam pergaulan dan memiliki rasa humor yang baik sehingga lingkungan mudah tertarik kepadanya. Selain itu kemampuan relasinya pun baik.

3. Tujuan hidup adalah melulu ditandai oleh kenikmatan saat ini, jadi sama sekali tidak mempertimbangkan hari esok. Falsafah hidupnya adalah bagaimana nanti, bukan nanti bagaimana.

4. Pada awalnya orang psikopat adalah pribadi yang sangat menarik sehingga orang cepat suka kepadanya. Dengan demikian orang yang termanipulasi pun pada awalnya sering kurang menyadari.

5. Kecuali itu, dengan cepat pula ia mampu melakukan rasionalisasi demi upaya pembenaran dirinya dan dengan secara meyakinkan lingkungan ia melemparkan kesalahan kepada orang lain.

6. Seburuk apapun prilakunya, tidak akan mengubah ekspresi wajahnya.

7. Hukuman apapun yang diberlakukan tidak pernah membuatnya jera sehingga tanpa rasa segan dia akan mengulangi perilaku buruknya di kemudian hari.

Homoseksual adalah seseorang yang mengalami hambatan dalam perkembangan identitas jenis kelamin. Pribadi homoseksual ditandai oleh orientasi psikoseksual yang bersamaan dengan kondisi seks-biologisnya. Artinya kepekaan erotik seksualnya lebih tertuju pada pasangan sesama jenis sehingga kepuasan erotik seksualnyapun baru bisa diperoleh bila mereka melakukan relasi seksual dengan pasangan sejenis. Bila terjadi


(64)

55

pada laki-laki disebut homoseksual, sedangkan bila terjadi pada perempuan disebut lesbian. Homoseks merupakan abnormalitas hubungan seks dari segi cara pemuasannya, yakni menggunakan anus sebagai alat coitus, baik dengan manusia maupun dengan hewan.

Menurut Dr. Boyke, pantat terbentuk oleh syaraf perasa. Otot yang berada dibagian bawah berperan penting dalam proses mekanik selama hubungan seks normal. Namun dari semua bagian hanya anus dan rektum (bagian usus besar dekat anus) termasuk daerah yang amat sensitif terhadap rangsangan seksual. Dikatakan olehnya juga bahwa anus memang mirip vagina, kedua-duanya dipenuhi dengan syaraf, begitu pula dengan retum sama dengan vagina.

Homoseksual secara awam kita kenal sebagai orang yang memiliki interaksi seksual dan atau romantis dengan orang yang berjenis kelamin sama. Istilah Homoseks ini lebih disukai oleh para penganutnya dibandingkan istilah gay atau lesbian. Homoseksual sebagai suatu pengenal, pada umumnya dibandingkan dengan Heteroseksualitas dan Biseksualitas. Istilah gay sendiri sebenarnya digunakan untuk orang-orang yang mengidentifiasikan dirinya sebagai Homoseks, baik lelaki maupun wanita.

Berdasarkan survey yang pernah dilakukan Klassen dkk (1989) hanya 14% laki-laki dan 10% perempuan yang dapat membayangkan bahwa perilaku tersebut dapat menimbulkan kenikmatan atau kesenangan. Sebagian dari kita menyimpulkan bahwa dorongan tersebut bersifat bawaan, bahwa ada orang-orang tertentu yang memang “born that way”18. Dalam dunia Psikologi, setidaknya dikenal tiga macam penjelasan mengenai

18


(1)

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Drs. Achmad Harun Shofa SH

Jabatan : Majelis Hakim Perkara Nomor 1564/Pdt.G/2008/PAJT Hari/tanggal : Jakarta, 14 Maret 2010

Pukul : 12.30 WIB

Tempat : Pengadilan Agama Jakarta Timur

1. Menurut Bapak apakah Homoseksual didapat dikategorikan sebagai penyakit psikis? dan bagaimana menurut Bapak pandangan Islam mengenai homoseksual?

Jawaban: Kalau menurut saya, Homoseksual diantaranya salah satu daripada penyakit psikis. Karena selama manusia yang homo itu dia sadar, maka akan hilang penyakit ( homo ) yang menimpa dia. dan menurut Islam sangat jelas homoseksual itu dilarang.

2. Selama Bapak menjabat di Pengadilan Agama Jakarta Timur ini, apakah Bapak pernah menangani perkara perceraian dengan alasan Homoseks?

Jawaban: Ada tapi hanya beberapa, tapi tidak sampai puluhan. Dan kebanyakan adalah putusan biasa seperti yang ada diputusan perkara No. 1564/Pdt.G/2008/PAJT.


(2)

3. Hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur dalam memutuskan perkara No. 1564/Pdt.G/2008/PAJT?

Jawaban: Jadi pertimbangannya begini, kita didalam menjatuhkan putusan dilihat dasar hukumnya terlebih dahulu.

Dalam putusan ini yang kita pertimbangkan bukan karena homoseksualnya tetapi kenapa rumah tangga dijadikan tempat perselisihan, tempat pertengkaran, apa penyebabnya?. Diantaranya tergugat adalah seorang homo. Jadi Isteri merasa ditinggalkan, merasa suaminya tidak bertanggung jawab dalam menafkahi masalah lahir, maka lain masalah bathin tersebut intinya tidak merasakan kepuasan. Kenapa begini kejadiannya? ternyata didalam perkara ini suaminya mengakui bahwa ia seorang homo, sehingga dengan demikian tujuan rumah tangga yang mawaddah dan rahmah tidak terwujud di dalam adanya rumah tangga antara tergugat dan penggugat.

4. Mengapa dalam putusan perkara No.1564/Pdt.G/2008/PAJT Hakim memutus dari pasal 116 huruf (f) KHI yaitu dari dampak pemicu perceraian bukan memutus berdasarkan pasal 116 huruf (e) KHI yakni dari sebab perceraian itu sendiri?

Jawaban: Karena yang saya lihat adalah bahwa dengan lelaki mempunyai kelainan tersebut mengakibatkan rumah tangganya sering berselisih dan bertengkar dan itu yang mengakibatkan. Jadi dampak dari penyakit itulah yang kita jadikan pertimbangan bukan penyakitnya.

Karena seandainya dia (tergugat) meskipun homo namun dia bisa bertanggung jawab sebagai seorang kepala rumah tangga sebagai suami, maka tidak ada masalah. Jadi bukan penyakitnya karena apabila dia (tergugat) sembuh akan selesai atau


(3)

katakanlah dia tetap melaksanakan kewajiban sebagai seorang suami tak ada masalah rumah tangganya dan tidak ada perceraian meskipun dijadikan gugatan karena rumah tangganya damai-damai saja.

Jakarta, 14 Maret 2010

Drs. Achmad Harun Shofa SH.


(4)

Lampiran 1

STRUKTUR ORGANISASI

PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR

Ketua : Drs. H. Sarif Usman, SH. MH

Wakil Ketua : Drs. H. Muh. Abduh Sulaeman, SH. MH Majelis Hakim : 1. Hj. Munifah Djam’an, SH

2. Dra. H. Saniyah KH

3. Drs. Abu Seman Bastoni, SH. 4. Drs. H. Achmad Busyro, MH. 5. Drs. H.M Noer

6. Drs. H Fauzi M Nawawi, MH 7. Dra. Nurroh Sunnah, SH 8. Hj. Yustimar, SH

9. Drs. HM. Fadjri Rivai, SH. MH 10. Hj. Nani Setyawati, SH

11. H. Abdillah, SH. MH

12. Drs. Achmad Harun Shofa, SH 13. Drs. H. Uwaisul Qumy

14. Drs. Mahmudin

15. Elvin Nailana, SH.MH 16. Drs. Nasrul, MH Panitera/Sekretaris : Drs. Syaiful Anwar


(5)

90

Wakil Panitera : H. Syamsuri, Agus, SH Panitera Muda Hukum : Fahrurrozi, SH

Panitera Muda Gugatan : Ali MusTofa, SH

Panitera Muda Permohonan : 1. H. Bambang Sri Pancala, SH, Spi, MH KA. Sub. Bagian Umum : Muhammad Zuhri

KA. Sub.Bagian Kepegawaian: Hj. Alfiah Yuliastuti, SH KA. Sub. Bagian Keuangan : Rohimah, SH.MH Panitera Pengganti : 1. Drs. Ade Faqih

2. Siti Makbullah, SH 3. Aday, S.Ag

4. Syamsul Rizal, SH 5. Sumaryuni, SH 6. Hamdani, SHI 7. Mastanah, SH

8. Hj. Spa Icthtiyatun, SH. MH 9. Nova Asrul Lutfi, SH

10. Idris M Ali, SH 11. Dra. Siti Nurhayati 12. Titiek Indriyaty, SH 13. Mahrus, LC

Juru Sita : 1. Wardono 2.Zulkipli Juru Sita Pengganti : 1. Burhamzah


(6)

91

2. Budi Sukirno 3. Ombang Hasyim. A 4. Ikbal basry, SH 5. Sri Mulyati,S.Ag 6. Veny Rarmawati 7. Rahmah Sufiyah, SH 8. Tati Yulianti