Siapapun orangnya yang akan merusak hubungan suami istri, dia tidak mempunyai tempat terhormat dalam Islam. Demikian dijelaskan dalam sebuah hadis
Nabi SAW
35
:
ﺪ ﺎ
ا ,
زﺎ ﺪ
ا بﺎ
, ﺎ
ﺮ ر
ز ,
ﷲا ﺪ ﻰ
, ﻜ
ﺮ ﺔ
, ﻰ
ﺮ ,
أ ه
ﺮ ﺮ
ة ,
لﺎ ر
ﻮ ل
ﷲا ﻰ
و :
ﺎ ا
ﺮ أة
ﻰ ز
و ﻬﺎ
, او
ﺪ ا
ﻰ ﺪ
.
36
Artinya: “Kami telah menceritakan kepada Husain bin Ali dari Zaid bin hibab dari Umar bin
Raziq dari Abdullah bin Isa dari Mukarramah dari Yahya bin Umar dari Abi Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,”bukan dari golongan kami, seseorang yang
merusak hubungan seorang perempuan dari suaminya”.H.R. Abu Daud dan Nasa’i
B. Alasan-Alasan Perceraian
Yang dimaksud dengan alasan perceraian disini adalah suatu kondisi dimana suami atau istri mempergunakannya sebagai alasan untuk mengakhiri atau
memutuskan tali perkawinan mereka. Di Indonesia dalam hal masalah perceraian telah diatur dalam rangkaian
undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan. Dan sebagai warga Negara Indonesia sudah septutnya kita harus menaati dan menjalankan peraturan yang ada.
Pada pasal 39 ayat 1 menerangkan bahwa “ perceraian hanya dapat dilakukan di
35
Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat II, Bandung: Cv Pustaka Setia, 1999, h.10-11
36
Imam Abu Dawud Sulaiman, Sunan Abi Dawud, Beirut: Daar al-Fikr, t.th. Juz ke-II, h. 204.
depan sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak”.
Dalam hal terjadinya perceraian haruslah memenuhi beberapa alasan-alasan perceraian. Sehingga perceraian tersebut dapat terlaksana, hal ini sesuai dengan pasal
39 ayat 2 undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi:” untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami dan istri itu tidak
akan dapat hidup rukun sebagai suami istri”. Didalam muatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-undang
perkawinan No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan menerangkan bahwa alasan-alasan perceraian yang dinyatakan pada pasal 19 sebagai berikut:
a. Salah satu pihak berbuat zina atu menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain
sebagainya yang sukar disembuhkan. b.
Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain luar
kemampuannya. c.
Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain. e.
Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suamiistri.
f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Sedangkan didalam pasal 116 Kompilasi Hukum Islam KHI menjelasakan
hal tambahan dua point dalam penyempurnaan yaitu, perceraian dapat terjadi karena: a.
Salah satu pihak berbuat zina atu menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 dua tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain luar kemampuannya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman yang
lebih berat setelah perkawinan berlangsung. d.
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suamiistri. f.
Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
g. Suami melanggar taklik-talak.
h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan
dalam rumah tangga.
C. Perbedaan Cerai Talak dan Cerai Gugat.