Strategi Promosi Ekspor PE

2. Industri yang dikembangkan adalah industri hulu upstream industries.

b. Strategi Promosi Ekspor PE

Melihat pengalaman yang kurang berhasil dengan strategi SI, badan-badan dunia seperti IMF dan Bank Dunia menganjurkan agar negara-negara berkembang menerapkan strategi PE. Sesuai dengan teori klasik mengenai perdagangan internasional, outward-oriented strategy ini melibatkan pembangunan sektor industri manufaktur sesuai dengan keunggulan komperatif yang dimiliki negara bersangkutan. Dalam prakteknya, banyak negara yang menerapkan strategi PE dengan menghilangkan beberapa rintangan terhadap ekspor. Beberapa syarat penting yang diberikan agar penerapan strategi tersebut membawa hasil yang baik adalah sebagai berikut : a. Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar, yang sepenuhnya merefleksikan kelangkaan dari barang yang bersangkutan, baik dipasar output maupun pasar input. b. Tingkat proteksi dari impor harus rendah. c. Nilai tukar mata uang harus realistis, sepenuhnya merefleksikan keterbatasan uang asing yang bersangkutan. d. Lebih penting lagi, harus ada insentif untuk meningkatkan ekspor. Menurut strategi ini, paling tidak kesempatan yang harus diberikan kepada industri-industri yang memproduksi untuk pasar dalam negeri dan indutri- industri untuk pasar ekspor. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Peranan Industri Terhadap Perekonomian

Filosofi mendasar dari pembangunan suatu negara adalah menciptakan kemakmuran bagi rakyatnya. Di era globalisasi perdagangan dewasa ini, tidak bisa kemakmuran suatu bangsa hanya dapat terwujud melalui pembangunan industri, baik industri jasa maupun industri barang manufaktur. Bagi Indonesia, sekitar 250 juta penduduk, pembangunan sektor manufaktur merupakan satu-satunya pilihan. Sebab, sektor inilah yang mampu memberikan lapangan kerja besar dengan pengupahan yang lebih sistematis dibandingkan sektor industri produk primer pertanian maupun industri jasa. Peranan industri terhadap perekonomian dapat dilihat dari kontribusinya pada Produk Domestik Bruto PDB, peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, perolehan devisa neto dari kegiatan ekspor, pembentukan nilai tambah serta sumbangan terhadap pajak bagi negara. Sayangnya, menurut data Badan Pusat Statistik BPS, dari sekitar 145 juta angakatan kerja usia produktif saat ini baru sekitar 15 juta orang yang bekerja pada sektor industri. Sektor ini ternyata juga baru mampu menyumbang sekitar 25 dari total PDB Indonesia. Angka yang relatif masih sangat kecil. Universitas Sumatera Utara Tabel 2 Pertumbuhan Industri Manufaktur Nasional Cabang Industri 2005 2006 2007 1. Makanan, minuman, tembakau 2,7 4,8 5,0 2. Tekstil, barang kulit, alas kaki 1,3 1,5 4,5 3. Barang kayu hasil hutan -1,3 -2,0 4,0 4. Kertas barang cetakan 2.5 0,4 6,8 5. Pupuk, kimia, barang dari karpet 8,9 5,3 8,0 6. Semen bahan galian non logam 3,8 -1,5 7,0 7. Logam dasar, besi, baja -3,8 5,6 6,0 8. Alat angkut, mesin peralatan 12,4 9,0 12,4 9. Barang lainnya 2,6 4,35 6,2 Total Industri 5,9 5,0 7,9 Sumber : Dinas Perindustrian dan perdagangan Disperindag Proyeksi Rendahnya kontribusi industri terhadap PDB mengindikasikan bahwa pembangunan sektor tersebut sejauh ini belum mampu menjadi penolong yang besar terhadap tumbuh dan berkembangnya sektor usaha lain. Kondisi tadi juga mengindikasikan bahwa pembangunan industri nasional belum mampu menciptakan keterkaitan yang efisien antar sektor hulu dan hilir serta antara industri dengan sektor ekonomi lainya. Tahun 2007, sebenarnya dapat menjadi momentum bagi pemerintah untuk mengikis gejala deindustrialisasi yang sempat muncul selama 2006 sekaligus menata lagi strategi dalam mengembangkan dan memperkuat struktur industri nasional. Sekarang semua bergantung pada seberapa serius dan seberapa cerdas pemerintah Universitas Sumatera Utara menciptakan kemakmuran bagi rakyat, dengan belajar pada apa yang terjadi selama tahun 2006, yang merupakan tahun kegagalan dalam pembangunan industri nasional.

2.1.4 Permasalahan Sektor Industri

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan industri di Sumatera Utara kebijakan dan strategi pemgembangan sektor industri yang akan diterapkan hendaknya mampu menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam dunia usaha khususnya sektor industri. Permasalahan-permasalahan yang ada disektor industri harus bisa diatasi agar para pengusaha atau investor bergairah lagi menanamkan investasi di Sumatera Utara. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi sektor industri adalah: a. Masalah Birokrasi i. Perizinan tidak transparan, berbelit-belit, diskriminatif, lama dan terjadi tumpang tindih vertikal antara pusat dan daerah serta horizontal antar instansi daerah. ii. Penegakan dan pelaksanaan hukum dan berbagai peraturan perundang- undangan masih cenderung kurang tegas. iii. Administrasi perpajakan yang belum optimal. Pengusaha menganggap administrasi perpajakan terutama kaitanya dengan produk-produk ekspor yang sangat tidak efisien. iv. Banyaknya pemungutan yang sering kali tidak disertai pelayanan yang memadai. Universitas Sumatera Utara b. Masalah Teknologi. i. Lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Penerapan teknologi tepat guna belum banyak dimanfaatkan oleh industri untuk meningkatkan produksi. ii. Tenaga kerja terampil sulit diperoleh dan dipertahankan karena kualitas sumber daya manusia relatif rendah. c. Masalah Bahan Baku i. Suplai bahan baku kurang memadai antara lain karena kesulitan dalam memperoleh bahan baku dipasaran. ii. Harga bahan baku terlalu tinggi terutama bahan baku yang berasal dari impor karena tergantung nilai kurs terhadap dolar. d. Masalah Pemasaran i. Pemasaran hasil produksi agak sulit dan harganya rendah sehingga hasil penjualan tidak mampu menutupi biaya produksi yang cukup tinggi. ii. Permintaan produk dipasaran sangat rendah walaupun harganya rendah karena kalah bersaing dengan perusahaan lain. iii. Asosiasi pengusaha belum berperan dalam mengkoordinasikan produk sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat antar usaha sejenis. e. Masalah Permodalan. i. Sistem dan prosedur kredit dari lembaga keungan dan nonbank rumit dan lama sehingga dalam pencairan kredit sangat lama. ii. Suku bunga kredit perbankan cukup tinggi sehingga kredit menjadi mahal. f. Masalah Manejemen i. Pola manegemen yang sesuai dengan kebutuhan sebelum bisa diterapakan karena pengetahuan dam manegerial skill relatife rendah sehingga strategi bisnis yang tepat belum mampu disusun dengan baik. Universitas Sumatera Utara ii. Kemampuan pengusaha mengorganisasikan diri dan karyawan masih lemah sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak tepat. iii. Produktifitas karyawan masih rendah sedangkan intensitas pelatihan yang dilaksanakan oleh industri belum juga menggembirakan. g. Permasalahn Industri Kecil i. Sebagian besar industri kecil yang ada merupakan usaha sampingan atau pelengkap bagi pengusaha kecil dengan produksi yang berfluktuasi cukup besar atau berpola musiman atau tidak beraturan. ii. Sikap dan reaksi pengusaha industri kecil yang ada pada umunya lambat dan kurang tanggap untuk mengikuti perkembangan sehubungan dengan latar belakang budaya agraris. iii. Sulitnya menemukan produk yang sesuai dengan kebutuhan industri kecil dalam rangka peningkatan mutu dan pengembangan produk baru iv. Volume permintaan atas hasil produksi industri kecil pada umunya terbatas secara geografis. Universitas Sumatera Utara 2.2 Pertumbuhan Ekonomi 2.2.1 Defenisi Pertumbuhan Ekonomi