Peranan Sekor Perindustrian Pada Perekonomian Sumatera Utara Kondisi Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM

Pertama mutu barang substitusi impor jauh lebih rendah dari pada hasil produksi luar negeri, sehingga barang ini hanya laku dalam negeri. Kualitas barang yang demikian rendah, jelas tidak memiliki keunggulan kompetitif dipasari internasionaal. Kedua, biaya produksi meningkat. Pada tahap industrialisasi, membutuhkan biaya tinggi untuk mendidik tenaga kerja, membeli mesin-mesin dan bahan baku. Karena keterbatasan yang dimiliki terpaksa tenaga kerja dan modal tersebut didatangkan dari luar negeri, yang notabene berharga maha, akibatnya biaya produksi akan meningkat. Strategi Industrialisasi substitusi impor tidak berhasil bilamana negara daerah bersangkutan tidak beralih keorientasi ekspor, karena kebanyakan negara didunia sudah menjurus kepada sistem yang berorientasi pasar dan menyadari pentingnya untuk dapat bersaing dipasar dunia.

4.3 Peranan Sekor Perindustrian Pada Perekonomian Sumatera Utara

Krisis yang melanda Indonesia dan jug tentunya Sumatera Utara membuat sektor perindustrian Sumatera Utara terpuruk hingga mengalami penurunan nilai tambah hingga 16,56 pada tahun 1998. Memang sektor industri sangat membutuhkan modal yang ditanamkan oleh investor, baik lokal maupun internasional, untuk menggerakan kegiatan produksinya. Sebelum adanya krisis ekonomi, tepatnya sejak 1994 sektor industri pengolahan berhasil menggeser peranan sektor pertanian diurutkan pertama dalam pembentukan PDRB Sumatera Utara. Pada tahun 1998, peranan industri pengolahan sebesar 29,42 masih lebih besar dari pada peranan sektor pertanian yang sebesar 26,38 terhadap perekonomian Sumatera Utara. Namun pada tahun1999, peranan Universitas Sumatera Utara industri pengolahan turun menjadi sekitar 27,13, angka ini terus turun menjadi 26,36 pada tahun 2001. Setelah terbukti sektor industri dan sektor rill tidak cukup tangguh bertahan sejak krisis melanda, sektor pertanianpun kembali diandalkan sebagai primadona yang diharapkan dapat mengangkat kembali perekonomian nasional. Seperti yang dirumuskan pemerintah yang menyatakan bahwa “ Perekonomian Indonesia berorientasi global sesuai kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris”.

4.4 Kondisi Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM

Secara umum sektor usaha non Pertanian di Sumatera Utara mengalami pertumbuhan. Namun pertumbuhan yang terjadi terutama ialah disektor perdagangan, disusul kemudian jasa-jasa, keuangan, angkutan dan komunikasi. Sementara itu sektor industri manufaktur mengalami pertumbuhan yang relatif rendah. Sebagaimana dapat dilihat dalam tabel pertumbuhan industri yang rendah menyebabkan porsi usaha ini menjadi hanya 7.30. Universitas Sumatera Utara Tabel 4 Pertumbuhan UMKM Sumatera Utara Sektor Usaha 1986 2006 Perubahan Absolute 1996-2006 Jumlah Jumlah 1.pertambangan dan penggalian 1.998 0,30 3.412 0,32 1.414 2.industri pengolahan 59.380 9,01 76.741 7,30 17.361 3.listrik, gas, air konstruksi 1.094 8.065 0,17 1,22 1.331 7.306 0,13 0,70 237 759 4.perdagangan, hotel dan restoran 425.808 64,62 673.875 64,13 248.067 5.pengangkutan dan komunikasi 67.065 10,81 100.586 9,55 33.321 6.keuangan,persewaan dan jasa perusahaan 2.714 0,41 43.261 4,12 40.574 7.jasa-jasa 92.784 14,08 144.542 13,75 41.758 Jumlah 658.908 100,00 1.050.854 100,00 391.946 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 Selanjutnya apa bila dilihat skala usaha tabel dibawah ini menunjukan jumlah unit usaha yang paling besar ialah kategori usaha mikro 79,38 dan usaha kecil 19,75. Dengan demikian kategori mikro dan kecil sudah mencapai 99,13. Sementara kategori menengah hanya 0,53 dan kategori usaha besar hanya 0.22. Kondisi ini menunjukan perlu ada fokus pembinaan dan pengembangan untuk usaha mikro dan kecil. Universitas Sumatera Utara Tabel 5 Struktur UMKM Sumatera Utara Tahun 2007 Keterangan Jumlah Unit Usaha Usaha Mikro 838.717 79,38 Usaha Kecil 208.657 19,75 Usaha Menegah 5.601 0,53 Usaha Besar 2.303 0,22 Tidak Teridentifikasi 1.289 0,12 Jumlah 1.056.567 100,00 Sumber: BPS, Survei Profil Usaha Rill di SUMUT, 2008

4.5 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri Di Indonesia