Teori Struktur Modal Struktur Modal

5. Adanya resiko kebangkrutan Pada dasarnya suatu perusahaan akan dihadapkan pada suatu kondisi dimana tingkat bunga yang makin meningkat makin cepat setelah melewati tingkat leverage tertentu diakibatkan kreditur mulai khawatir terhadap terjadinya kebangkrutan perusahaan collapse.

c. Teori Struktur Modal

Banyak teori yang menjelaskan mengenai struktur modal. Arifin 2005 : 80 menyatakan ”ada tiga teori utama yang berhubungan dengan struktur modal”, antara lain : 1. Agency theory 2. Pecking Order Hiphotesys 3. Signaling Theory dan Asymetric Information Model Agency theory sering juga disebut dengan Tax shield Trade-off model. Berdasarkan teori ini diasumsikan bahwa struktur modal suatu perusahaan ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak ketika hutang meningkat di satu sisi dan meningkatnya agency cost pada saat hutang meningkat di sisi yang lain. Ketika manfaat pengurangan pajak diperkirakan masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan agency cost maka perusahaan masih bisa meningkatkan hutangnya dan peningkatan hutang tersebut harus dihentikan pada saat manfaat pengurangan atas pajak sudah lebih rendah jika dibandingkan dengan peningkatan agency cost. Model trade-off merupakan model yang sangat konsisten dengan upaya mencari sruktur modal yang optimal sehingga nilai perusahaan dapat di maksimumkan. Akan tetapi model ini tidak dapat menjawab berbagai persoalan Universitas Sumatera Utara yang muncul berkaitan dengan temuan penting yang berhubungan dengan struktur modal perusahaan, yaitu dalam setiap industri ditemukan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi merupakan perusahaan yang memiliki rasio hutang yang rendah. Hal ini tentunya bertentangan dengan model trade-off, dimana menurut teori trade-off suatu perusahaan akan lebih memilih hutang sebagai sumber pendanaan jika manfaat dari tambahan hutang masih lebih besar dibandingkan dengan kerugiannya. Sehingga suatu perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi mestinya sudah mengoptimalkan hutangnya bukan sebaliknya. Pecking Order Hiphotesys pertama kali diperkenalkan oleh Donaldson pada tahun 1961. Sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan pada tahun 1984 oleh Myers Husnan, 1996 : 324. Pada dasarnya teori ini dibangun berdasarkan asumsi dan temuan empiris tentang perilaku keuangan perusahaan berikut : 1 kebijakan deviden perusahaan yang bersifat ”sticky” tidak gampang naik ataupun turun, 2 perusahaan lebih menyukai sumber pendanaan internal laba ditahan dibandingkan dengan sumber dana external hutang dan ekuitas, 3 apabila harus menggunakan sumber dana external maka perusahaan tentunya akan menggunakan sekuritas yang teraman, 4 ketika kebutuhan dana external cukup besar maka perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas menurut urutan ; hutang yang paling aman, hutang yang beriko tinggi, convertible securities, preferred stock dan saham biasa. Teori ini juga dapat menjelaskan beberapa temuan empiris yang lain. Dengan adanya penerbitan saham baru yang selalu negatif oleh pasar modal, maka Universitas Sumatera Utara manajer hanya akan menerbitkan saham baru atau melakukan aktivitas menurunkan porsi hutang yang lain apabila mereka merasa terpaksa melakukannya yang disebabkan karena tidak adanya dana internal atau dengan sengaja mencari keuntungan sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham lama. Sedangkan kenaikan pengumuman porsi hutang dapat diartikan bahwa perusahaan cukup yakin tentang peningkatan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang yang pada akhirnya memberanikan mereka untuk menaikkan porsi hutangnya, sehingga nantinya kenaikan porsi hutang akan direspon positif oleh pasar. Signaling Theory dan Asymetric Information Model didasarkan terhadap asumsi yaitu bahwa manajer yang memiliki informasi yang bagus tentang perusahaan akan menyampaikan kepada investor luar sehingga akan meningkatkan harga saham perusahaan. Akan tetapi dengan adanya masalah asymetric information maka manajer tidak bisa hanya menyampaikan informasi yang bagus tersebut, karena bisa jadi manajer lain juga menyampaikan hal yang sama yang dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan para investor. Para investor tentunya dapat membedakan apakah perusahaan tersebut memiliki kinerja yang bagus atau sebaliknya. Hal ini dilakukan dengan melihat struktur modal perusahaan dan biasanya investor akan memberikan nilai value yang lebih tinggi apabila suatu perusahaan mempunyai porsi hutang yang lebih besar. Penerbitan hutang merupakan berita bagus karena manajer memiliki keyakinan akan kinerja perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan harga saham melalui pengumuman adanya kenaikan hutang. Universitas Sumatera Utara Sementara di sisi lain penerbitan ekuitas berupa saham dianggap sebagai berita buruk karena adanya kemungkinan turunnya earnings di masa yang akan datang sehingga menyebabkan turunnya harga saham akibat adanya pengumuman penerbitan saham baru.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu sehubungan dengan penelitian saya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Hasil Penelitian 1 Mayangsari 2001 Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan : Pengujian Pecking Order Theory. Besaran perusahaan, struktur aset, profitabilitas dan perubahan modal kerja berpengaruh positif terhadap keputusan pendanaan. Profitabilitas berpengaruh