pestisida, sebagai zat antiletup pada bensin, zat penyusun patri atau solder, sebagai formulasi penyambung pipa sehingga memungkinkan terjadinya kontak
antara air rumah tangga dengan Pb. Widowati. W, 2008
2.9.3. Pb di Dalam Air
Pb timah hitamtimbal dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Secara
alamiah, Pb dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Di samping itu, proses korosifikasi dari batuan mineral
akibat hempasan gelombang dan angin, juga merupakan salah satu jalur sumber Pb yang akan masuk kedalam badan perairan.
Pb yang masuk kedalam badan perairan sebagai dampak dari aktivitas kehidupan manusia ada bermacam bentuk. Diantaranya adalah air buangan
limbah dari industri yang berkaitan dengan Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai. Buangan – buangan tersebut
akan jatuh pada jalur – jalur perairan seperti anak – anak sungai untuk kemudian akan dibawa terus menuju lautan. Umumnya jalur buangan dari bahan sisa
perindustrian yang mengguanakan Pb akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya menjadikan sungai dan alirannya tercemar.
Badan perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion – ion Pb, sehingga jumlah Pb yang ada di dalam badan perairan melebihi konsentrasi yang
semestinya, dapat mengakibatkan kematian bagi biota perairan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dalam air minum juga dapat ditemukan senyawa Pb bila air tersebut disimpan atau dialirkan melalui pipa yang merupakan alloy dari logam Pb.
Banyak perusahaan air minum PDAM yang masih menggunakan pipa mengandung Pb sehingga sangat besar kemungkinan tercemarnya air minum oleh
Pb. Kadar Pb dalam tanah berkisar 5 – 25 ppm, dalam air tanah 1 – 60 ppm, dan lebih rendah lagi pda permukaan air. Air minum bisa tercemari oleh Pb karena
penggunaan pipa berlapis Pb, peralatan keramik, dan solder. Palar, 2008
2.9.4. Keracunan Timbal Pb
Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya
logam tersebut ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makanan dan minuman, udara dan perembesan atau penetrasi pada selaput atau
lapisan kulit. Bentuk – bentuk kimia dari senyawa – senyawa Pb, merupakan faktor
penting yang mempengaruhi tingkah laku Pb dalam tubuh manusia. Senyawa – senyawa Pb organik relative lebih mudah untuk diserap tubuh melalui selaput
lender atau melalui lapisan kulit, bila dibandingkan dengan senyawa – senyawa Pb an-organik. Namun hal itu bukan berarti semua senyawa Pb dapat diserap oleh
tubuh, melainkan hanya sekitar 5 – 10 dari jumlah Pb yang masuk melalui makanan dan atau sebesar 30 dari jumlah Pb yang terhirup yang akan diserap
oleh tubuh. Dari jumlah yang terserap itu, hanya 15 yang akan mengendap pada
Universitas Sumatera Utara
jaringan tubuh, dan sisanya akan turut terbuang bersama bahan sisa metabolisme seperti urin dan feces.
Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman akan diikutkan dalam proses metabolisme tubuh. Namun demikian, jumlah Pb
yang masuk bersama makanan danatau minuman ini masih mungkin ditolerir oleh lambung disebabkan oleh asam lambung HCl mempunyai kemampuan
untuk menyerap logam Pb. Tetapi walaupun asam lambung mempunyai kemampuan untuk menyerap keberadaan logam Pb ini, pada kenyataanya Pb lebih
banyak dikeluarkan oleh tinja. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini
ternyata menjadi sangt berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa – senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat
didalam tubuh. Palar. H, 2008
Timbal Pb bersifat akumulatif. Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah :
1. Sistem haemopoeietik : dimana Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin Hb sehingga menyebabkan anemia.
2. Sistem syaraf : dimana Pb dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar dan delirium.
3. Sistem urunaria : dimana Pb bisa menyebabkan lesi tublus proksinalis, loop of Henle, serta menyebabkan aminosiduria.
4. Sistem gastro-intestinal : dimana Pb menyebabkan kolik dan konstipasi.
Universitas Sumatera Utara
5. Sistem kardiovaskuler : dimana Pb bisa menyebabkan penghambatan permeabilitas pembuluh darah.
6. Sistem reproduksi berpengaruh terutama terhadap gametotoksisitasjanin belum lahir menjadi peka terhadap Pb, ibu hamil yang terkontaminasi Pb bisa
mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia dan teratospermia pada pria.
7. Sistem endokrin : dimana Pb mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal.
8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.
Toksisitas timbal Pb bersifat kronis dan akut.
Pada efek toksik logam timbal Pb, toksisitas kronis sering dijumpai pada pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil proses pengecatan,
pembuatan baterai, percetakan, pelapisan logam, dan pengecatan. Paparan Pb secara kronis bisa mengakibatkan kelelahan, kelesuan, gangguan
iritabilitas, gangguan gastrointestinal, kehilangan libido, infertilitas pada laki – laki, gangguan menstruasi serta aborsi spontan pada wanit, depresi, sakit kepala,
sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu, dan sulit tidur. Toksisitas akut bisa terjadi jika Pb masuk kedalam tubuh seseorang melalui
makanan atau menghirup gas Pb dalam waktu yang relatif pandek dengan kadardosis yang relatif tinggi. Gejala dan tanda – tanda klinis akibat paparan Pb
secara akut bisa menimbulkan beberapa gejala, antara lain : a. Gangguan gastrointestinal, seperti kram perut, kolik, dan biasanya diawali
dengan sembelit, mual, muntah – muntah dan sakit perut yang hebat.
Universitas Sumatera Utara
b. Gangguan neurologi berupa ensefalopati seperti sakit kepala, bingungpikiran kacau, sering pingsan dan koma.
c. Gangguan fungsi ginjal, oliguria, dan gagal ginjal yang akut bisa berkembang dengan cepat.
Penanggulangan Toksisitas.
Berbagai upaya untuk mencegah dan menghindari efek toksik Pb antara lain:
1. Melakukan tes medis Pb dalam darah, terutama bagi pekerja yang berisiko terpapar Pb.
2 Menghindari menggunakan peralatan – peralatan dapur atau tempat makanan atau minuman yang mengandung Pb.
3. Pemantauan kadar Pb di udara dan kadar Pb dalam makanan atau minuman secara berkesinambungan.
4. Menyediakan fasilitas yang aman yang terpisah dari lokasi pencemaran Pb. 5. Tempat makananminuman tertutup sehingga tidak kontak dengan debu atau
asap Pb. 6. Mengurangi emisi gas buang yang mengandung Pb, baik dari kendaraan
bermotor maupun dari industri. 7. Bagi para pekerja yang kontak dengan Pb sebaiknya menggunakan peralatan
standar keamanan dan keselamatan kerja. Widowati, 2008
2.10. Spektrofotometri