Pengamanan aset nasional Vietnam di LCS

Gambar: 4.3: Produksi dan konsumsi minyak Vietnam Sumber: International Energy Statistics dikutip dalam Vietnam Energy Report, diunduh pada http:www.endofcrudeoil.com201206vietnam- energy-report.html Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa setelah tahun 2010, tingkat konsumsi berbanding terbalik dengan tingkat produksi. Ini mengakibatkan keharusan Vietnam untuk meningkatkan produksi minyaknya. Vietnam berharap untuk memperluas produksi minyaknya pada lepas pantai di LCS, sebagai cara untuk memenuhi permintaan domestik dan memberikan kontribusi bagi keuangan negara. Dalam produksi minyak Vietnam, PetroVietnam memegang tanggung jawab dalam hal pemenuhan kebutuhan minyak, penyimpanan, pengolahan, dan distribusi. Perusahaan minyak negara ini menyumbang secara langsung sebesar 20 persen dari produksi minyak Vietnam. Aktifitas PetroVietnam sebagian besar dilakukan di LCS beserta perusahaan asing KNOC, ConocoPhillips, Geopetrol, Premier Oil, PTTEP, Santos, SK Corp, Total, Zarubezhneft, yang menghasilkan sekitar 300.000 barel per hari pada tahun 2011 EIA, 2013: 5-7. Selain untuk pemenuhan kebutuhan minyak Vietnam, Perekonomian Vietnam sangat tergantung pada produksi minyak Laut di LCS yang menyumbang 30 dari GDP Gross domestic product Dee, 2011. Ini menyiratkan bahwa LCS memiliki peranan penting bagi perekonomian Vietnam. Pengamanan jalur perdagangan, lalu lintas nelayan, dan menjamin produksi minyak, merupakan upaya pencapaian kepentingan yang lebih besar bagi Vietnam dari pada terus memperhitungkan resiko kerugian pada hubungan perekonomiannya dengan RRT. Karena, dengan pemasukan produksi minyak di LCS memungkinkan akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari hubungan perekonominya dengan RRT. Sehingga, ini mengharuskannya peningkatan hubungan kerjasama pertahanan dengan AS melalui MoU 2011, untuk mengamankan kegiatan eksplorasi dan produksi minyak di LCS. Kedekatan Vietnam dengan AS pada bidang pertahanan ini, juga memberikan keuntungan bagi Vietnam di bidang lainnya, terutama di bidang ekonomi. Pada tahun 2011, ekspor Vietnam ke AS mewakili sekitar 17 dari total ekspor Vietnam dan menjadikan Vietnam salah satu penerima terbesar bantuan AS di kawasan Asia Timur. AS memberikan bantuan ke Vietnam lebih dari 140 juta di tahun 2011 Manyin, 2013: 13-14. Vietnam kemungkinan juga akan mendapatkan dukungan yang lebih besar dari AS melalui Trans-Pacific Partnership TPP. Partisipasi Vietnam dalam perundingan TPP telah didorong oleh kalkulasi strategis Vietnam untuk mengimbangi pengaruh ekonomi RRT. Di dalam TPP, Vietnam menyerap hingga 39 persen US 45 miliar dari total ekspor Vietnam pada tahun 2012. Salah satunya AS yang tetap menjadi tujuan ekspor terbesar untuk produk-produk Vietnam Le, 2013. Namun dalam hal ini, kalkulasi keuntungan dari kerja samanya dengan AS, hanya untuk mengimbangi pengaruh ekonomi RRT di Vietnam, bukan untuk menghapuskan kerjasama ekonomi kedua negara. Meskipun terjadi ketegangan antara Vietnam dengan RRT di LCS, Hanoi dan Beijing terus memperluas hubungan diplomatik mereka serta mencari cara untuk mencegah sengketa maritim tersebut berdampak pada hubungan lainnya Manyin, 2013: 30. Para pemimpin Vietnam mengungkapkan keprihatinan tentang defisit perdagangannya dengan RRT, yang sekitar 13 miliar pada tahun 2011. Namun pada tahun 2011, impor RRT mewakili hampir seperempat dari total impor Vietnam. Dalam ekspor Vietnam ke RRT untuk barang dan jasa pada dasarnya juga tetap tidak berubah, yaitu sekitar 10 dari total ekspor Vietnam Manyin, 2013: 30. Selain itu, menurut Duta Besar Vietnam untuk RRT, Nguyen Van Tho, perdagangan bilateral antara Vietnam dengan RRT mencapai 40200 juta pada tahun 2011. Lebih dari 800 proyek investasi RRT dilakukan pada tahun 2011, yaitu berkaitan dengan mineral, sumber daya alam dan manufaktur Laudermilk, 2012.

4.3 Dukungan negara-negara ASEAN terhadap kehadiran AS di LCS

Faktor lainnya yang mendorong kehadiran AS di wilayah perairan Vietnam adalah dukungan negara-negara ASEAN terhadap kehadiran AS di LCS. Pada awalnya, hubungan Vietnam dengan AS dikhawatirkan dapat mengganggu hubungan bilateral maupun multilateralnya dengan negara-negara Asia Tenggara. Namun, sejak Vietnam resmi menjadi ketua ASEAN pada periode 2010, Vietnam menekankan bahwa permasalahan di LCS menjadi keprihatinan bersama antara negara-negara ASEAN dan mendorong AS untuk turut ikut serta dalam mengatasi tantangan bersama ini. Ini menghasilkan suatu pertemuan dalam ASEAN Regional Forum di Hanoi pada tahun 2010. Vietnam dengan AS berupaya memobilisasi respon diplomatik negara-negara Asia Tenggara untuk memberikan suatu ketegasan terhadap RRT di LCS. AS dan negara-negara Asia Tenggara menyatakan keinginannya dalam menjaga kebebasan navigasi di LCS dan mengupayakan penyelesaian damai terhadap sengketa sesuai dengan hukum internasional. Ini berupa pernyataan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton yang diamini oleh 11 menteri luar negeri dari 26 negara yang hadir, beberapa di antaranya adalah negara-negara ASEAN Bellacqua, 2012: 17. Pertemuan ASEAN Regional Forum di atas menandakan bahwa AS dan Vietnam siap untuk bekerja sama dalam isu-isu utama yang didorong oleh persamaan kepentingan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Pertemuan tersebut juga menandakan bahwa negara-negara di Asia Tenggara tidak lagi bersedia menerima intimidasi RRT dan menunjukkan antusiasme terhadap kehadiran AS di wilayah LCS Bellacqua, 2012: 17-18. Di antara para negara ASEAN, Filipina merupakan yang paling menerima kehadiran AS di LCS. Filipina bahkan mengizinkan kehadiran militer AS yang lebih besar sebagai reaksi terhadap kebangkitan RRT Rood, 2012. Hal ini dikarenakan posisi Filipina yang merupakan sekutu formal dari AS di kawasan Pasifik. Perjanjian Pertahanan Bersama AS-Filipina telah berjalan sejak tahun 1951. Perjanjian tersebut menyatkan bahwa: Each Party recognizes that an armed attack in the Pacific Area on either of the Parties would be dangerous to its own peace and safety and declares that it would act to meet the common dangers in accordance with its constitutional processes. [ Setiap pihak mengakui bahwa serangan bersenjata di wilayah Pasifik oleh salah satu pihak akan berbahaya bagi perdamaian dan keamanan sendiri, serta menyatakan bahwa hal itu akan ditindak untuk menanggapi bahaya sesuai dengan proses konstitusinya] Glaser, 2012. Pada tanggal 16 November 2011, hubungan AS dengan Filipina semakin diperkuat, ketika Menteri Luar Negeri Hillary Clinton membuat pernyataan di Manila Bay untuk merayakan ulang tahun ke-60 perjanjian pertahanan kedua negara. Dalam pidatonya, Hillary Clinton menyatakan: Today we meet in a new era where we face new challenges but also where we confront new opportunities. So we must ensure that this alliance remains strong, capable of delivering results for the people of the Philippines, the United States, and our neighbors throughout the Asia Pacific. [Sekarang kami bertemu di era baru di mana kita menghadapi tantangan baru, tetapi juga di mana kita menghadapi peluang baru. Jadi kita harus memastikan bahwa aliansi ini tetap kuat , mampu memberikan hasil bagi rakyat Filipina, Amerika Serikat, dan tetangga kami di seluruh Asia Pasifik] Ring, 2012: 20. Dari pernyataan ini, terlihat bahwa kerjasama AS dengan Filipina merupakan persamaan kepentingan bagi seluruh Asia Pasifik. Selain itu, pernyataan AS yang mengungkapkan rebalance terhadap kawasan Asia-Pasifik mendapatkan respon positif dari Malaysia. Pada bulan April 2010, Perdana Menteri Malaysia, Najib Tun Razak mengatakan: Malaysia, in particular, welcom es the Obama Administration’s endorsement of multilateralism as the preferred route to problem-solving. We also welcome its endorsement of ASEAN’s centrality in regional processes. [Malaysia, khususnya, menyambut dukungan Obama sebagai pilihan untuk memecahkan masalah. Kami juga menyambut dukungan atas sentralitas ASEAN dalam proses regional] Finkbeiner, 2013: 16-17. Hal di atas menjelaskan bahwa peningkatan hubungan pertahanan antara Vietnam dan AS tidak akan mengganggu hubungan bilateral maupun multilateralnya dengan negara-negara Asia Tenggara. Ini dikarenakan adanya persamaan kepentingan antara Vietnam dengan organisasi regional di Asia Tenggara ASEAN dan negara-negara Asia Tenggara, di antaranya Filipina dan Malaysia yang mendukung kehadiran AS di LCS. Sehingga, adanya dukungan regional ini mempermudah terbentuknya MoU antara Vietnam dan AS pada tahun 2011. Setidaknya, secara diplomatik, Vietnam tidak menghadapi kritik RRT seorang diri. Vietnam mendapat dukungan diplomatik negara-negara tetangganya di Asia Tenggara.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Skripsi ini telah membahas Kerjasama militer Vietnam dengan AS dalam mengelola ancaman keamanan di Laut Cina Selatan pada tahun 2011. Dalam mengelola ancaman keamanan ini, kedua negara melakukan penandatanganan MoU pada bulan September 2011, yang bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas militer Vietnam, serta menghadirkan kekuatan AS di LCS. Tindakan Vietnam ini beresiko meningkatkan tensi konflik LCS, mengingat bahwa RRT selalu memprotes kedekatan militer Vietnam dengan AS. Pada tahun 2011, sebelum penandatanganan MoU, Vietnam dan AS melakukan latihan militer bersama yang dimana dinyatakan bahwa latihan ini dianggap sebagai unjuk kekuatan militer untuk menantang RRT. Selain itu, dengan kedatanganan Hillary Clinton ke Vietnam, RRT menyatakan akan menggunakan kekuatan militer atau sound of cannon untuk menyelesaikan sengketa territorial di perairan LCS. Dengan adanya resiko di atas, skripsi ini meneliti motivasi Vietnam melakukan MoU dengan AS. Analisis dilakukan dengan logika Neo Realisme, serta kerangka pemikiran keamanan nasional, aliansi dan balance of power. Setelah melakukan serangkaian analisis, skripsi ini menyimpulkan bahwa terdapat setidaknya 3 alasan utama Vietnam melakukan MoU dengan AS. Pertama, Angkatan Laut AS diharapkan dapat beroperasi di kawasan LCS dalam kegiatan kerjasama dan pelatihan dengan Vietnam, melalui USPACOM dan