Gambar 2.2 : Klaim wilayah Vietnam setelah memasukan kepulauan Paracel dan Spratly
Sumber:
Bellacqua. “The China Factor in U.S.-Vietnam RelationsNgan M. Kim dalam U.S.
–Vietnam Military Relations: Game Theory Perspective
Peta di atas menunjukan perluasan klaim Vietnam yang mencakupi kepulauan Paracel dan kepulauan Spratly. Vietnam memasukan klaim kedua
kepulauan tersebut berdasarkan data historis. Keduanya dianggap termasuk ke dalam wilayah Vietnam, sejak masa pemerintahan Raja Le Thanh Tong 1460-
1497. Vietnam menyatakan bahwa pihaknya telah memiliki dokumen dan peta dari abad ke-17, 18, dan 19 Kim, 2012: 30. Klaim Vietnam tersebut berujung
pada sengketa dan konflik antara Vietnam dengan negara yang juga telah mengklaim kedaulatannya atas perairan di LCS serta kepulauan Paracel dan
kepulauan Spratly.
2.3 Sengketa terhadap Vietnam di Laut Cina Selatan
Terdapat setidaknya lima negara yang merupakan pesaing klaim territorial Vietnam di LCS. Pertama, klaim Brunei yang merujuk pada prinsip kawasan ZEE
dengan memasukan satu karang paling selatan di Kepulauan Spratly dalam peta teritorialnya. Kedua, RRT yang mengklaim hampir semua dari kawasan LCS
berdasarkan ZEE dan prinsip landas kontinental serta catatan sejarah dinasti Han 110 \M dan Ming 1403
– 1433M. Ketiga, klaim Malaysia di LCS atas 3 pulau di Spratly berdasarkan ZEE dan batas landas kontinen. Keempat, Filipina
mengklaim 8 pulau di Kepulauan Spratly. Ini didasari oleh ZEE dan batas landas kontinental serta sebuah ekspedisi penjelajah Filipina pada tahun 1956. Kelima,
Taiwan yang mengklaim hampir semua kawasan di LCS, dengan mengklaim semua pulau di Kepulauan Spratly dan Paracel dengan dasar yang sama seperti
klaim yang dibuat oleh RRT Veronika, 2012: 45. Bagian berikutnya akan mengidentifikasi konflik dan tensi keamanan yang terjadi akibat sengketa
teritorial di kedua kepulauan tersebut.
2.3.1 Sengketa Kepulauan Paracel
Kepulauan Paracel menjadi wilayah sengketa yang di perebutkan beberapa negara, salah satunya adalah Vietnam yang memiliki sengketa dengan RRT dan
Taiwan Ahira, 2011. Sengketa ini menyebabkan konflik antara Vietnam dengan RRT, yang terjadi sejak sebelum bersatunya Vietnam Utara dengan Vietnam
Selatan pada tahun 1975. RRT mengklaim kedaulatan Vietnam yang berujung konflik pada tahun 1974 di Kepulauan Paracel. Dalam bentrokan yang dikenal
sebagai pertempuran Kepulauan Paracel, RRT mengambil kendali Kepulauan
Paracel dari Vietnam Selatan. Pertempuran itu mengakibatkan 36 militer dari kedua belah pihak tewas Garver, 1992: 999-1028. Pertempuran ini juga berujung
pada pengusiran orang-orang Vietnam dari kepulauan Paracel dan pendudukan kepulauan tersebut oleh RRT Heijmans, 2004: 506.
Awalnya, RRT menduduki bagian barat kelompok pulau Crescent di kepulauan Paracel. Ini kemudian meluas ke seluruh wilayah Paracel. RRT bahkan
membangun pelabuhan besar di Pulau Triton pada tahun 1982, yang terutama diperuntukan untuk kepentingan militer Lo, 1989: 118. Kemudian pada tahun
1994, RRT membangun landasan udara baru di kepulauan Paracel Heijmans, 2004: 509.
Selain itu, RRT membangun pangkalan lainnya di pulau Hainan yang terletak di sebelah utara kepulauan Paracel. Pulau ini merupakan pusat operasi
pesawat-pesawat tempur baru berdaya jelajah jauh Su-27 Flanker yang dikirim dari pangkalan udara ketiga terbesar the Peop
le’s Liberation Army PLA di Zhanjiang, yang juga sebagai markas besar armada Laut Cina Selatan. Kapal
terbang tanker yang baru dioperasikan di Pulau Hainan akan mempermudah pesawat-pesawat tempur RRT beroperasi pada jarak yang lebih jauh, pada jalur-
jalur laut dan ladang-ladang minyak lepas pantai strategis di LCS. Di sana, RRT memiliki armada militer untuk memperjuangkan klaim teritorialnya yang
merentang seribu mil ke arah selatan dari pantai RRT, hampir mendekati wilayah pantai Malaysia dan Indonesia Calder, 1996:191.
Pada awal tahun 1996, Beijing secara sepihak menyatakan baseline di sekitar kepulauan Paracel dan mengumumkan bahwa mereka akan melakukan hal
yang sama untuk wilayah lain di kemudian hari Heijmans, 2004: 510. Pada tahun 2006, RRT memasang penanda baru di kawasan Paracel sehingga
menyebabkan kemarahan Vietnam dan dianggap sebagai tindakan “invalid”. Veronika, 2012: 53.
2.3.2 Sengketa Kepulauan Spratly
Selain Kepulauan Paracel, Vietnam memiliki sengketa di Kepulauan Spratly. Vietnam bersengketa dengan RRT, Malaysia, Filipina, Brunei dan
Taiwan. Vietnam berebut klaim atas wilayah perairan sebelah barat Kepulauan Spratly dengan RRT dan Taiwan. Sementara pada bagian lainnya, terjadi tumpang
tindih klaim terjadi antara Vietnam dengan Brunei, Malaysia, dan Filipina Ahira, 2011.
Sengketa ini juga menyebabkan konflik antara Vietnam dengan RRT. Ini terjadi setelah bersatunya kembali Vietnam pada tahun 1975, yaitu pada tahun
1988. Pasukan Vietnam dan RRT terlibat pada bentrokan atas Kepulauan Spratly yang menewaskan 74 pelaut Vietnam Miks, 2010. Bentrokan ini menghasilkan
penguasaan enam pulau di kepulauan Spratly oleh pihak RRT. Sebelum bentrokan itu, RRT telah berhasil dalam pembangunan secara fisik di Kepulauan Spratly.
Setelah bentrokan itu, yaitu pada tahun 1989, tiga pulau karang di Kepulauan Spratly yang diduki oleh Vietnam telah disewakan oleh RRT kepada Crestone
Energy Corporation . Pulau-pulau tersebut yaitu; Vanguard Bank Bai Tu Chinh,
Prince Consort Bank Bai Phuc Nguyen, dan Bank Grainger Bai Que Duong Kang, 2000: 12-18.
Pada tahun 1992, Vietnam menegaskan kembali klaimnya, tidak hanya terhadap RRT, tetapi juga terhadap klaim negara lainnya di kepulauan Spartly,
yaitu Malaysia, Filipina, dan Brunei. Laporan pada tahun 1992 menyatakan bahwa tingkat personel Vietnam di kepulauan ini mencapai sekitar 1.000 orang, meliputi
tentara, pelaut dan beberapa pekerja konstruksi. Ini tersebar di 21 pulau di kepulauan Spratly. Di Pulau Sin Cowe, Vietnam menempatkan artileri dan senjata
anti-pesawat, serta memiliki lapangan terbang kecil Kang, 2000: 18. Meskipun memiliki fasilitas militer, Vietnam tetap tidak dapat
menghindarkan ancaman di Kepulauan Spratly. Pada tahun 1995, artileri Taiwan menembaki kapal barang Vietnam yang mendekati sebuah pulau yang dikuasai
Taiwan di Kepulauan Spratly Deutsche Presse-Agentur, 1995. Ini mendorong Vietnam untuk lebih agresif dalam menjaga klaim teritorialnya di wilayah
tersebut. Pada tahun 1998, Vietnam telah mempertahankan wilayah sengketa pada
setidaknya lima kepulauan, yaitu kepulauan Spratly, Amboyna Cay, Sin Cowe, Namyit, and Southwest Cay, dengan menghadirkan sekitar 350 tentara Kang,
2000: 19. Atas dasar mempertahanankan wilayah tersebut, tentara Vietnam menembaki sebuah kapal nelayan berbendera Filipina yang melukai seorang
nelayan Filipina pada tahun 1998 Deutsche Presse-Agentur, 1998. Tindakan tersebut juga terjadi pada tahun 1999, ketika tentara Vietnam menembaki pesawat
pengintai Filipina di dekat Kepulauan Spratly Klare, 2002:124.
2.3.3 Sengketa batas ZEE dengan RRT