20
David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Panggul
Dasar panggul adalah diafragma muskuler yang memisahkan cavum pelvis di sebelah atas dengan ruang perineum di sebelah bawah. Sekat ini
dibentuk oleh m. Levator ani, serat m. coccigeus dan seluruhnya ditutupi oleh fascia parietalis.
5,6,9,10
Otot dasar panggul terdiri dari beberapa otot yang fungsinya saling mendukung satu sama lainnya yang terdiri dari:
8,9,10
1. Muskulus Levator ani, yang terdiri dari dua otot, yaitu : a. Muskulus pubococcigeus dengan tiga bagian otot:
pubovaginalis, puborectalis dan pubococcigeus propria. b. Muskulus iliococcigeus
2. Muskulus coccigeus ischiococcigeus Otot dasar panggul khususnya muskulus levator ani, mempunyai
peranan penting dalam meyangga organ visera pelvis dan peran integral pada fungsi berkemih, defekasi dan seksual.
11
Otot pubococcigeus dari porsterior inferior ramus pubis dan masuk ke garis lengan organ viseral dari anococcigeal raphe. Puborektalis juga
berasal dari tulang pubis, tetapi serabutnya melewati bagian posterior dan membentuk tali gantungan di sekeliling vagina, rektum dan perineum,
membentuk sudut anorektal dan menutup urogenital. Iliococcigeus berasal dari arkus tendineus levator ani ATLA, penebalan dari fasia yang meliputi
21
David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009.
obstruktor internus yang berjalan dari spina ischiadika ke permukaan posterior dari ramus pubis superior ipsilateral, masuk ke garis tengah
melalui raphe anococcigeal. Ruangan antara muskulus levator ani dimana dilalui oleh uretra, vagina dan rektum disebut sebagai hiatus urogenital.
Fusi dari levator ani dimana mereka bergabung pada garis tengah disebut sebagai lempeng levator.
11
Dasar panggul mempunyai tiga fungsi utama yaitu:
6
Suportir
Sfingterik
Fungsi seksual
Gambar 1. Anatomi Otot Dasar Panggul Wanita 2.2 Kekuatan Otot Dasar Panggul
Kekuatan otot dasar panggul dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kelemahan atau kekendoran
terhadap otot dasar panggul itu sendiri. Faktor resiko itu adalah:
12,13,14
22
David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009.
1. Usia, otot akan cenderung mengalami penurunan kekuatan berdasarkan pertambahan usia. Hal ini tidak dapat dihindari.
Problem lain yang terjadi dengan pertambahan usia adalah hilang berkurangnya mobilitas dari otot. Demikian juga halnya dengan
otot dan jaringan penyokong organ-organ genitalia akan mengalami hal yang sama. Beberapa penulis mengemukakan
bahwa terdapat peningkatan 12 kejadian prolaps organ pelvik dengan bertambahnya usia, bahkan ada penelitian yang
mendapatkan peningkatan kejadian prolaps organ pelvik sampai dua kali pada usia antara 20-59 tahun.
2. Hormonal, peningkatan hormon dalam sirkulasi pada saat persalinan menyebabkan terjadinya relaksasi otot panggul.
Diantaranya hormon progesteron, prostaglandin, relaxin. Hormon ini akan berkurang sampai menghilang enam minggu setelah
melahirkan. Ini berarti kekuatan otot dasar panggul baru dapat kembali ke posisi normal setelah 6 minggu.
3. Kehamilan, akibat tekanan beban yang terus menerus terhadap otot dasar panggul mengakibatkan terjadinya peregangan yang
pada akhirnya menyebabkan kelemahan otot dasar panggul. 4. Persalinan, tujuh persen wanita yang melahirkan 4 kali atau lebih
akan mengalami SUI Stress Urinary Incontinence. Setiap kelahiran dapat menyebabkan kerusakan pada otot dasar panggul.
Pada saat kepala bayi keluar dari vagina tekanan yang terjadi pada kandung kemih, uretra dan terlebih pada otot dasar panggul
23
David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009.
serta penyokongnya dapat merusak struktur ini. Sobekan atau tekanan yang berlebihan pada otot, ligamentum, jaringan
penyambung dan jaringan saraf akan menyebabkan kelemahan yang progresif akibat kelahiran bayi. Wanita yang melahirkan
dengan forcep, ekstraksi vakum atau berat badan 4000 gr akan mengalami risiko peningkatan inkontinensia urin. Persalinan
seperti ini memiliki tendensi terjadinya peningkatan kerusakan saraf dasar panggul.
5. Kelianan neurologik. Persalinan pervaginam dapat menyebabkan kerusakan nervus pudendus baik tekanan secara langsung
maupun akibat penarikan. 6. Kelainan kongenital. Beberapa kelainan kongenital pada saraf
spinalis dan jalur yang menghubungkan persarafan pada otot-otot pelvis yang turut mempengaruhi kekuatan ODP seperti: muscular
dystrophy, myelodysplasia, meningomyelocele, bladder exstropi dan spina bifida. Kelainan ini menyebabkan flaccid paralysis pada
otot dasar panggul. 7. Penyakit infeksi dan keganasan pada ronggal panggul dapat
mengurangi kekuatan kontraksi otot dasar panggul. 8. Obesitas, memiliki kontribusi yang sedikit pada peningkatan
tekanan intraabdominal dalam menyebabkan prolaps organ pelvis. 9. Penyakti kronis seperti hipertensi, DM, penyakit paru kronik,
penyakit ini secara tidak langsung dapat menyebabkan kelemahan otot dasar panggul.
24
David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009.
Kelainan struktur atau fungsi otot dasar panggul akan menyebabkan timbulnya prolapsus organ panggul, disfungsi seksual, sindrome nyeri
panggul kronis dan inkontinensia urine serta fekal. Kebanyakan disfungsi dasar panggul terutama prolapsus organ panggul inkontinensia urine dan
inkontinensia fekal dihubungkan dengan kerusakan dasar panggul selama persalinan pervaginam, terutama pada persalinan yang pertama.
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa persalinan menyebabkan denervasi levator ani yang akhirnya akan menyebabkan kelemahan dan
disfungsi.
18
Kelainan dasar panggul termasuk diantaranya inkontinensia baik urin maupun fekal, sistokel, rektokel, prolaps vagina dan uterus, dimana
inkontinensia urin terjadi sekitar 10 hingga 58 populasi wanita.
15,16
2.3 Evaluasi dan Pengukuran Otot Dasar Panggul