Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

48 David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009. Grafik 4 menunjukkan adanya perbedaan kekuatan otot dasar panggul wanita pasca seksio sesarea antara tanpa kontraksi dengan adanya kontraksi. Rerata kekuatan otot dasar panggul tanpa kontraksi lebih rendah dibandingkan dengan adanya kontraksi.

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini kami mencoba mengukur kekuatan otot dasar panggul wanita pasca persalinan normal dan seksio sesarea setelah 3 bulan, yang dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya di bidang uroginekologi.

4.2.1 Karakteristik Sampel

Penelitian ini terdiri dari 60 sampel, yaitu 30 kelompok pasca persalinan normal dan 30 kelompok pasca seksio sesarea. Masing-masing kelompok sampek kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa karakteristik yaitu, usia ibu, usia kehamilan, IMT, dan berat badan lahir. Dari uji statistik yang dilakukan terhadap variabel karakteristik tersebut didapatkan hasil nilai p 0,05 untuk variabel usia ibu, IMT dan berat badan lahir yang artinya kelompok tersebut homogen menurut variabel tersebut. Pada pemeriksaan ini didapatkan kelompok usia dengan sampel terbanyak bagi kelompok persalinan normal adalah usia 21-25 tahun dan kelompok seksio sesarea 26-30 tahun. Penelitian oleh Susanto dkk di 49 David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009. Palembang pada tahun 2005 mendapatkan kelompok usia ≤ 30 tahun. 27 hal yang sama juga didapatkan pada penelitian Santy dkk di Jakarta tahun 2007 yaitu pada kelompok usia ≤ 30 tahun. 30 Dalam kepustakaan dikatakan bahwa otot akan cenderung mengalami penurunan kekuatan berdasarkan pertambahan usia. Hal ini tidak dapat dihindari. Problem lain yang didapat dengan pertambahan usia adalah berkurangnya mobilitas dari otot. Demikian juga halnya dengan otot dasar panggul dan jaringan penyokong organ-organ genetalia akan mengalami hal yang sama. 17 Mac Lennan dkk 2000 menyimpulkan bahwa peningkatan usia merupakan salah satu faktor risiko melemahnya kekuatan otot dasar panggul. 7 , pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik terhadap usia ibu. Hal ini mungkin disebabkan karena kebanyakan sampel masih berusia ≤ 30 tahun. Menurut usia kehamilan, baik kelompok persalinan normal dan seksio sesarea, usia kehamilan terbanyak adalah usia 37-39 minggu. Dari uji statistik yang dilakukan terhadap variabel ini didapatkan nilai p0,05, hal ini berarti bahwa ada hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan kekuatan otot dasar panggul. Pada penelitian ini juga dinilai IMT terhadap kekuatan otot dasar panggul dimana kelompok sampel terbanyak adalah dengan IMT normal baik pada persalinan normal maupun seksio sesarea. Kepustakaan mengatakan semakin besar IMT maka akan menyebabkan kelemahan otot dasar panggul. Secara epidemiologi 50 David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009. didapatkan hubungan antara obesitas dengan gangguan pada organ dasar panggul. 27 Pada penelitian ini tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara IMT dan kekuatan otot dasar panggul p0,05. Hasil ini berbeda dengan yang didapatkan oleh Susanto dkk 2005 di Palembang. 26 Ini mungkin disebabkan karena distribusi dari sampel yang dominan pada IMT normal, dimana menurut teori IMT yang gemuk yang turut mempengaruhi kekuatan ODP. Menurut berat badan lahir, pada penelitian ini didapatkan kelompok sampel terbanyak pada BBL 3000-3499 gram. Penelitian oleh Susanto dkk 2005 di Palembang 26 dan Santy 2007 di Jakarta, juga mendapatkan hal yang sama. 27 Dari uji statistik tidak ditemukan hubungan bermakna antara BBL dengan kekuatan ODP, temuan ini sesuai dengan penelitian Relly dkk 2002 terhadap 268 primigravida dan Susanto dkk 2005 juga menemukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara BBL dengan kekuatan otot dasar panggul. 29 Banyak ahli yang percaya bahwa penekanan dan peregangan struktur dasar panggul oleh fetus selama persalinan pervaginam adalah salah satu penyebab utama kerusakan dasar panggul tersebut. Logikanya bayi yang lebih besar menghasilkan tekanan yang lebih besar pada struktur dasar panggul. 2 Pada penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan bermakna antara kekuatan ODP dengan BBL mungkin disebabkan karena distribusi sampel yang memiliki BBL terbanyak berada pada angka 2500-3499 gram. 51 David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009.

4.2.2 Kekuatan ODP Pasca Persalinan Normal dan Pasca Seksio Sesarea

Untuk melihat kekuatan ODP pada kedua kelompok baik tanpa kontraksi maupun dengan kontraksi dipakai uji t independen. Pada penelitian ini didapatkan bahwa rerata kekuatan ODP pada kelompok pasca PPN dan pasca SS tanpa kontraksi yaitu masing-masing 4,69 ± 0,912 mmHg dan 7,01 ± 0.887 mmHg. Sedangkan pada kelompok dengan kontraksi ditemukan rata-rata kekuatan ODP masing-masing 9,41 ± 0,969 mmHg dan 11.09 ± 0,941 mmHg tabel 6. Hasil uji statistik dengan t independen didapat perbedaan yang bermakna antara kekuatan ODP pada kedua kelompok, baik tanpak kontraksi maupun dengan kontraksii, dimana kekuatan ODP pasca PPN lebih rendah dibandingkan pasca SS. Hal ini lebih jelas dapat kita lihat pada grafik 1 dan grafik 2. Max Lenan dkk 2000 pada penelitiannya mengenai hubungan kerusakan dasar panggul pada nullipara menurut cara persalinan, menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara seksio sesarea OR 2.5, 95 CI 1.5-4.3, persalinan normal OR 3.4, 95 CI 2.4- 4.9 dan persalinan dengan alat OR 4.3 95 CI 2.8-6.6. 7 Persalinan pervaginam menyebabkan perubahan neurologis pada dasar panggul yang menimbulkan efek langsung pada konduksi nervus pudendus, kekuatan kontraksi vagina dan tekanan velositas penutupan uretra. Hal tersebut dapat diperhitungkan terhadap menetapnya angka kejadian stress inkontinensia pada wanita setelah melahirkan pervaginam. Setelah melahirkan secara SS perubahan patologis tersebut jauh lebih sedikit. 52 David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009. Meyer dkk pada penelitian prospektif terhadap 149 wanita menemukan perubahan pada panjang uretra dan penurunan tekanan intravagina dan intraanal dalam waktu 9 minggu setelah melahirkan pervaginam. Sementara pada wanita yang melahirkan secara SS tidak ditemukan adanya perubahan. 2

4.2.3 Kekuatan ODP Tanpa Kontraksi Dengan Kontraksi

Uji t berpasangan pada masing-masing kelompok memperlihatkan tabel 7 grafik 3 dan grafik 4 bahwa pada kelompok pasca PPN ditemukan perbedaan kekuatan ODP yang bermakna p0,05, baik tanpa kontraksi 4,69 mmHg maupun dengan kontraksi 9,41 mmHg. Demikian juga halnya pada kelompok pasca SS didapatkan perbedaan kekuatan ODP yang bermakna antara tanpa kontraksi 7,01 mmHg dan dengan kontraksi 11,09 mmHg. Hasil ini hampir sama dengan pergukuran kekuatan otot dasar panggul pada primipara yang dilakukan oleh Piliansjah di Jakarta 2003, yaitu tanpa kontraksi 4,20 mmHg dan dengan kontraksi 10,7 mmHg 30 dan oleh Paembonan di Makassar 2007, yaitu 4,61 mmHg dan 11,13 mmHg. 31

4.2.4 Kelemahan

Disadari bahwa terdapat kelemahan pada penelitian ini, antara lain pengukuran kekuatan ODP pada masing-masing kelompok sangat dipengaruhi oleh cara mengkontraksikan ODP, selain itu banyaknya faktor 53 David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009. risiko lain yang juga turut mempengaruhi kekuatan otot dasar panggul ini seperti yang telah diuraikan di atas. 54 David Luther Lubis : Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Wanita Pasca Persalinan Normal Dan Pasca Seksio Sesarea Dengan Perineometer, 2009.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN