BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Perdarahan Pasca Persalinan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi melebihi 500 cc setelah bersalin. Perdarahan postpartum dibagi menjadi perdarahan postpartum primer dan
sekunder Rayburn, William F. 2001. 2.1.1.
Perdarahan postpartum primer Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam setelah persalinan
berlangsung. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah: a.
Atonia Uteri b.
Retensio Plasenta 2.1.2.
Perdarahan postpartum sekunder Perdarahan postpartum sekunder terjadi setelah 24 jam pertama setelah
kelahiran bayi sampai 6 minggu masa postpartum. Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah: Robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membaran.
Selama jangka waktu tersebut otot-otot rahim berkontraksi dan plasenta mulai memisahkan diri dari dinding rahim. Jumlah darah yang hilang tergantung pada
berapa cepat hal ini terjadi. Persalinan kala III bisasanya berlangsung antara 5-15 menit. Bila lewat dari 30 menit, maka persalinan kala III dianggap panjang atau lama
berarti menunjukkan adanya masalah potensial. Bilamana rahim lemah dan tidak
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
berkontraksi secara normal, maka pembuluh darah didaerah plasenta tidak terjepit dengan cukup, hal ini akan mengakibatkan perdaahan yang berat DepKes RI, 2004.
Manajemen aktif persalinan kala III terdiri atas intervensi yang direncanakan untuk mempercepat pelepasan plasenta dengan meningkatkan kontraksi rahim dan
untuk mencegah perdarahan postpartum dengan menghindari atonia uteri. Komponennya adalah:
a. Memberi obat oksitosin untuk kontraksi rahim dalam waktu 2 menit setelah
kelahiran bayi. b.
Menjepit dan memotong tali pusat segera setelah melahirkan. c.
Melakukan penegangan tali pusat terkendali sambil secara bersamaan melakukan tekanan terhadap rahim melalui perut. Setelah pelepasan plasenta, memijat uterus
juga dapat membantu kontraksi untuk mengurangi perdarahan DepKes RI, 2004
2.2. Diagnosis