ini mungkin sehubungan dengan kesehatan ibu, karena ibu yang berpendidikan rendah SMP kebawah cendrung untuk menikah pada umur labih muda dan
mempunyai anak pada umur yang lebih muda. Selain itu ibu yang berpendidikan rendah cendrung untuk mencari pengobatan tradisional bila sakit. Sebaliknya ibu
yang berpendidikan lebih tinggi SMA ke atas cendrung lebih mau mengikuti keluarga berencana dan lebih memperhatikan kesehatan, misalnya dalam hal memilih
makanan bergiziPoulation Report, 1988.
5.1.3 Paritas
Paritas merupakan suatu kemampuan dari seorang wanita untuk memiliki anak. Berdasarkan data yang terkumpul dari Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan
menunjukkan pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa Berdasarkan paritas maka pada kelompok kasus 61,1 responden mempunyai paritas 1 – 3 anak, dan 38,9
mepunyai paritas 1 dan 4 anak, sedangkan pada kelompok kontrol sebaliknya, sebanyak 40,76 responden mempunyai paritas 1 – 3 anak, dan 59,3 mepunyai
paritas 1 dan 4 anak. Hasil uji statistik Chi-Square dengan nilai X
2
= 9,281 dan p Value adalah 0,002, yang berarti nilai p Value 0,05 menunjukkan hubungan yang
signifikan antara paritas dengan perdarahan pasca persalinan. Dengan nilai OR = 3,571, artinya resiko untuk mengalami perdarahan pasca persalinan pada pada ibu
mepunyai paritas 1 dan 4 adalah 3,571 kali lebih besar dibandingkan dengan yang mepunyai paritas 1-3.
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suratin, 2001 menunjukkan bahwa pada paritas 1 dan 4 sebesar 62,5 dan paritas 1 -3 47,4
berarti bermakna sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa ibu dengan multigravida mempunyai resiko terbesar intuk mengalami perdarahan pasca
persalinan dan sesuai juga dengan hasil penelitian Abdullah,2000 bahwa paritas 1 dan 4 merupakan proporsi tertinggi dibandingkan paritas 1 – 3.
Hasil penelitian ini membuktikan juga bahwa semakin tinggi paritas, semakin besar risiko ibu mengalami perdarahan pasca persalinan. Hal ini sependapat dengan
Cunningham et.al, 1993 perdarahan pasca persalinan disebabkan relaksasi abnormal uterus. Salah satu penyebab relaksasi abnormal uterus adalah multiparitas. Demikian
juga menurut Letten maier et.al, 1988 sebagian besar kasus perdarahan pasca persalinan ditemukan pada wanita dengan paritas tinggi.
5.1.4 Jarak Antar Kelahiran
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pada tabel 4.5 jarak antar kelahiran menunjukkan bahwa sebanyak 24 responden 66,7 pada kelompok kasus
mempunyai jarak antar kelahiran 2 tahun dan 12 responden 33,3 mempunyai jarak antar kelahiran adalah
≤ 2 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 28 responden 38,9 mempunyai jarak antar kelahiran 2 tahun dan 44 responden
61,1 mempunyai jarak antar kelahiran adalah 2 tahun.
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X
2
= 7,418 dan p Value adalah 0,006, yang berarti nilai p Value 0,05 menunjukkan hubungan yang signifikan
antara jarak antar kelahiran dengan perdarahan pasca persalinan. Dengan nilai OR = 3,143, artinya resiko untuk mengalami perdarahan pasca persalinan pada pada ibu
yang mempunyai jarak antar kelahiran 2 tahun adalah 3,143 kali lebih besar dibandingkan dengan yang mepunyai jarak antara kelahiran
≤ 2 tahun. Ibu yang hamil lagi sebelum 2 tahun sejak kelahiran akan yang terakhir sering
kali mengalami komplikasi dalam persalinan. Menurut Moir dan Meyerscough 1972 seperti dikutip Siagian 1977, menyebutkan jarak kelahiran sebagai faktor
predisposisi karena persalinan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang singkat akan mengakibatkan kontraksi Uterus menjadi kurang baik. Selama kehamilan
berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi tubu ibu kembali seperti konsisi sebelumnya. Apabila kehamilan terjadi sebelum 2 tahun, kesehaan ibu akan mundur
secara progresive omrn, 1987. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suratin,
2001 bahwa jarak antar kelahiran 2 tahun lebih besar 1,801 dibanding dengan jarak antar kelahiran lebih dari 2 tahun. Sesuai dengan teori Siagian,1997 persalinan yang
berturut-turut dalam waktu singkat akan menyebabkan uterus menjadi fibrotik, sehingga kontraksinya menjadi kurang baik dan risiko terjadi perdarahan akan
meningkat bila jarak kelahiran 2 tahun, otot-otot uterus menjadi kaku dapat menyebabkan partus lama atau macet yang potensial terjadi perdarahan.
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
5.1.5 Anemia
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa karakteristik ibu menurut anemia menunjukkan bahwa pada kelompok kasus sebanyak 24 responden 66,7 memiliki
Hb 11 gr dan 12 responden 33,3 memiliki Hb 11 gr, sedangkan pada kelompok kontrol, sebanyak 19 responden 52,8 memiliki Hb 11 gr dan 17
responden 47,2 memiliki Hb 11 gr.
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X
2
= 1,893 dan p Value adalah 0,169, yang berarti nilai p Value 0,05 menunjukkan hubungan yang tidak signifikan
antara anemia dengan pendarahan pasca persalinan. Dengan nilai OR = 1,789, artinya
resiko untuk mengalami perdarahan pasca persalinan pada ibu yang memiliki Hb 11 gr adalah 1,789 kali lebih besar dibandingkan dengan yang memiliki Hb 11 gr.
Hal ini dapat dijelaskan karena ibu hamil tidak dapat memenuhi cakupan kebutuhan zat gizi melalu makanan yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil wawncara
peneliti konsumsi makanan ibu hamil yang mengandung zat gizi hanya berasal dari sayur-sayuran tanpa ada tambahan suplemen zat besi dikarenakan ibu tidak datang ke
pelayanan kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosmeri,2000,
menunjukkan bahwa ibu yang menderita anemi selama hamil mempunnyai pengaruh yang bermakna terhadap perdarahan pasca persalinan. Ibu dengan anemi selama
hamil mempunyai risiko 4,27 kali untuk mengalami perdarahan pasca persalinan dibandingakn dengan ibu yang tidak mengalami anemi.
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
Anemi atau kurang darah adalah rendahnya kadar hemoglobin Hb dalam sel- sel darah merah, yaitu 11gr. Kegiatan pencegahan dan penanggulangan masalah
anemi secara luas telah dilaksanakan bagi semua ibu hamil berupa pemberian tablet FE sebanyak 90 tablet selama massa kehamilan untuk mencegah perdarahan pasca
persalinan yang dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin DepKes RI,2002. Menurut WHO 1992 menentukan batas anemi pada wanita hamil adalah
11gr. Pada kehamilan terjadi peningkatan volume plasma sebanyak 50, sedangkan butir darah merah hanya meningkat 18 sehingga mengakibatkan
penurunan hemotokrit 6 yang seimbang dengan 2grHB. Perubahan ini terjadi pada trimester kedua dan ketiga dari suatu kehamilan Hughes, 1991. Anemi
merupakan masalah maternal yang cukup penting selama kehamilan Pernoll, 1991. Apabila HB 7gr, kulit, kuku, lidah dan muka akan terlihat pucat. Sedangkan
kalau HB menjadi 4, seluruh jaringan tubuh akan mengalami kekurangan oksigen dan memberi efek kerusakan yang terberat pada otot jantung sehingga dapat
meningkatkan risiko terjadinya perdarahan Royston dan Amstrong, 1989. WHO, 1992.
5.1.6 Riwayat Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan tabel
4.8 menunjukkan bahwa berdasarkan riwayat persalinan, menunjukkan bahwa 25
responden 69,4 pada kelompok kasus mengalami persalinan secara spontan dan 11 responden 30,6 mengalami persalinan dengan tindakan. Sedangkan pada
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
kelompok kontrol sebanyak 22 responden 30,6 mengalami persalinan dengan spontan dan 505 responden 69,4 pada kelompok kasus mengalami persalinan
dengan tindakan.
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X
2
= 14,767 dan p Value adalah 0,000, yang berarti nilai p Value 0,05 menunjukkan hubungan yang signifikan
antara riwayat persalinan dengan perdarahan pasca persalinan. Dengan nilai OR = 5,165, artinya resiko untuk mengalami perdarahan pasca persalinan pada ibu yang
mempunyai riwayat persalinan dengan tindakan adalah 5,165 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang mempunyai riwayat persalinan secara spontan.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Sulisstiowati,2001 menunjukkkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat persalinan dengan
perdarahan pasca persalinan dan menemukan OR 2,4 kali pad ibu yang memiliki riwayat persalinan dibanding ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan.
Hal ini berhubungan dengan Riwayat persalinan dengan tindakan dan riwayat persalinan tanpa tindakan, karena ibu yang melahirkan dengan tindakan cendrung
untuk melakukkan persalinan dengan tindakan juga pada persalinan berikutnya. Misalkan pada ibu bersalin dengan tindakan bedah caesar karena panggul sempit pada
anak pertama, maka untuk persalinan anak yang berikutnya harus mengalami hal yang sama. Selain itu ibu yang melahirkan dengan tindakkan cendrung akan
ketergantungan dalam aktifitas sehari-hari terutama pada perawatan pasca persalinan baik untuk bayi dan dirinya. Sebaliknya ibu dengan riwayat persalinan spontan
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
biasanya tidak ada masalah dengan perawatan pasca persalinan, karena persalinannya secara fisiologis dan tidak dimanipulasi. Misalnya persalinan pada primipara, kala I
tidak Labih dari 14 jam, kala II tidak lebih dari 2 jam kala III 15 menit dan kala 4 pengawasan 1-2 jam postparum normalsaifuddin 2002.
5.2 Hubungan Antenatal Care dengan Perdarahan Pasca Persalinan