berkontraksi secara normal, maka pembuluh darah didaerah plasenta tidak terjepit dengan cukup, hal ini akan mengakibatkan perdaahan yang berat DepKes RI, 2004.
Manajemen aktif persalinan kala III terdiri atas intervensi yang direncanakan untuk mempercepat pelepasan plasenta dengan meningkatkan kontraksi rahim dan
untuk mencegah perdarahan postpartum dengan menghindari atonia uteri. Komponennya adalah:
a. Memberi obat oksitosin untuk kontraksi rahim dalam waktu 2 menit setelah
kelahiran bayi. b.
Menjepit dan memotong tali pusat segera setelah melahirkan. c.
Melakukan penegangan tali pusat terkendali sambil secara bersamaan melakukan tekanan terhadap rahim melalui perut. Setelah pelepasan plasenta, memijat uterus
juga dapat membantu kontraksi untuk mengurangi perdarahan DepKes RI, 2004
2.2. Diagnosis
Tabel 2.1 Diagnosis Gejala dan tanda yang selalu ada
Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada
Diagnosis kemungkinan
- Uterus tidak berkontraksi dan
lembek -
Perdarahan segera setelah anak lahir Perdarahan Pascapersalinan Primer
atau P3
a
- Syok
- Atonia uteri
- Perdarahan segera P3
a
- Darah segar yang mengalir segera
setelah bayi lahir P3 -
Uterus kontraksi baik -
Plasenta lengkap -
Pucat -
Lemah -
Menggigil -
Robekan jalan lahir
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
- Plasenta belum lahir setelah 30
menit -
Perdarahan segar P3
a
- Uterus kontraksi baik
- Tali pusat putus
akibat kontraksi berlebihan
- Inversion uteri akibat
tarikan -
Perdarahan lanjutan -
Retensio plasenta
- Plasenta atau sebagian selaput
mengandung pembuluh darah tidak lengkap
- Perdarahan segar P3
a
- Uterus berkontraksi
tetapi tinggi fundus tidak berkurang
- Tertinggalnya
sebagian plasenta
- Uterus tidak teraba
- Lumen vagina terisi massa
- Tampak tali pusat jika plasenta
belum lahir -
Perdarahan segera P3
a
- Nyeri sedikit atau berat
- Syok neurogenik
- Pucat dan limbung
- Inversio uteri
- Sub-involusi uterus
- Nyeri tekan bawah perut
- Perdarahan 24 jam setelah
persalinan. Perdarahan sekunder atau P2S. Perdarahan bervariasi
ringan atau berat, terus-menerus tidak teratur dan berbau jika
disertai infeksi -
Anemia -
Demam -
Perdarahan terlambat
- Endometritis
atau sisa plasenta terinfeksi atau
tidak
- Perdarahan segar P3
a
Perdarahan intraabdominal dan atau vaginum
- Nyeri perut berat kurangi dengan
rupture -
Syok -
Nyeri tekanan perut -
Denyut nadi ibu cepat -
Robekan dinding uterus rupture
uteri
Sumber : Saifuddin, 2002
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
2.3. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Perdarahan Pasca Persalinan
Penyebab perdarahan pasca persalinan yang utama Sarwono, 2000 ialah: 2.3.1
Umur Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Risiko
tinggi pada ibu yang berumur 20 dan 35 tahun. Banyak ibu-ibu yang berumur 20 tahun dan belum cukup matang dalam menghadapi kehidupan sehingga belum siap
secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Usia ibu 20 tahun, rahim, panggul ibu belum berkembang dengan baik, hingga perlu diwaspadai
kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan atau gangguan lain karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung
jawabnya sebagai orang tua. Sebaliknya jika terjadi kehamilan pada usia 35 tahun kurang siap untuk menghadapi kehamilan dan persalinan. Ibu yang berusia 35
tahun cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, myoma uteri persalinan lama dan penyakit-penyakit lainnyaDep.Kes RI,2001.
Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah 20-35 tahun, karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang, dan sudah
mampu merawat bayi dan dirinya Drapper, 2001. Abdullah 2001 menjelaskan proporsi ibu yang mengalami perdarahan pasca
persalinan lebih tinggi 30,89 daripada proporsi ibu yang mengalami perdarahan pasca persalinan pada umur 20-35 tahun sebanyak 10,28.
Menurut BKKBN 2000, bahwa jika ingin memiliki kesehatan reproduksi yang prima seyogyanya harus menghindari “4 terlalu” dimana dua diantaranya adalah
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
menyangkut dengan usia sang ibu. T yang pertama yaitu terlalu muda artinya hamil pada usia kurang dari 20 tahun. Adapun risiko yang mungkin dapat terjadi jika hamil
pada usia dibawah 20 tahun antara lain keguguran, preeklamsia tekanan darah tinggi, oedema, proteinurial, eklamsia keracunan kehamilan, timbulnya kesulitan
persalinan karena sistem reproduksi belum sempurna, bayi lahir sebelum waktunya, Berat Badan Lahir Rendah BBLR, fistula vesikovaginal merembesnya air seni ke
vagina, fistula retrovaginal keluarnya gas dan tinja dari vagina dan kanker leher rahim. T yang kedua adalah terlalu tua artinya hamil diatas usia 35 tahun. Risiko yang
mungkin terjadi jika hamil pada usia terlalu tua ini antara lain adalah terjadinya keguguran, preeklamsia, eklamsia, timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan,
BBLR dan cacat bawaan. Usia kehamilan dua terlalu yaitu terlalu muda dan terlalu tua diatas sama-
sama mempunyai risiko dapat meningkatkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Hal ini sejalan seperti yang diungkapkan oleh Surjaningrat 2002 bahwa kematian
ibu pada wanita hamil dan melahirkan pada usia kurang 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian ibu yang terjadi pada usia 20-29 tahun kematian ibu
meningkatkan kembali sesudah usia 30-35 tahun. Menurut Indriani, dkk1999 umur ibu mempunyai OR = 1,76 CI 0,83,
OR,3,63. Ini berarti ibu mengalami partus patologis 1,766 kali pada umur 20-35 tahun.
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
2.3.2 Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan praktik untuk memelihara
mengatasi masalah-masalah, dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan
kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran Notoatmodjo, 2005.
Tingkat pendidikan yang tinggi akan menjadikan suatu kehamilan lebih aman.Wanita dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk menikah pada
usia yang lebih tua,menunda kehamilan, mau mengikuti Keluarga Berencana KB dan mencari pelayanan antenatal dan persalinan.Disamping itu mereka juga tidak
akan mencari pengobatan tradisional bila hamilbersalin dan juga dapat memilih makanan yang bergiziReport, 1988
Dari beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai negara menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penggunaan pelayanan Obstetri dan tingkat
pendidikan ibu. Thaddeus Maine,1990 2.3.3 Paritas
Paritas lebih dari 4 mempunyai risiko besar untuk terjadinya perdarahan pasca persalinan karena pada multipara otot uterus sering diregangkan sehingga dindingnya
menipis dan kontraksinya menjadi lebih lemah Pernoll,1991. Risiko untuk terjadinya perdarahan pasca persalinan akan menjadi 4 kali lebih besar pada yang
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
paritasnya lebih dari atau sama dengan 4 dimana insidennya adalah 2,7 Cunningham et.al,1993.
Tsu dkk melaporkan, dengan paritas rendah 0-1 dengan RR tanpa faktor- faktor yang mempengaruhi intrapartum dari 1.7 95 CI 1.1-2.7 dan RR dengan
intrapartum 1.595CI 0.95-2.5 tetapi tidak dengan grand multipara. Ohkuchi menemukan kelahiran primipara dengan perdarahan pasca persalinan
pervagina OR 1.6, 95 CI 1.4-1.9 Christopher, 2006.
2.3.4 Jarak Antar Kelahiran
Ibu yang hamil lagi sebelum 2 tahun sejak kelahiran yang terakhir sering kali mengalami komplikasi dalam persalinan. Menurut Moir dan Meyerscough 1972
seperti dikutip siagian 1977, menyebutkan jarak kelahiran sebagai faktor predisposisi karena persalinan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang singkat
akan mengakibatkan kontraksi Uterus menjadi kurang baik. Selama kehamilan berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi tubuh ibu kembali seperti kondisi
sebelumnya. Apabila kehamilan terjadi sebelum 2 tahun, kesehaan ibu akan mundur secara progresive omrn, 1987.
Suratin, 2001 mengatakan bahwa jarak antar kelahiran 2 tahun lebih besar 1,801 dibanding dengan jarak antar kelahiran lebih dari 2 tahun.
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
2.3.5 Riwayat Persalinan
Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat persalinan yang buruk akan mengalami resiko yang tinggi saat melahirkan population Report, 1988. Riwayat
persalinan buruk ini dapat berupa obortus habitualis, kematian janin, pernah preeklampsi, cesaria, persalinan lama, janin besar dan pernah perdarahan
antepartum. Sulisstiowati,2001 mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara riwayat persalinan dengan perdarahan pasca persalinan dan menemukan OR 2,4 kali pad ibu yang memiliki riwayat persalinan dibanding ibu yang tidak memiliki
riwayat persalinan.
2.3.6 Anemia
WHO 1992 menentukan batas anemia pada wanita hamil adalah 11gr. Pada kehamilan terjadi peningkatan volume plasma sebanyak 50, sedangkan butir
darah merah hanya meningkat 18 sehingga mengakibatkan penurunan hemo tokrit 6 yang seimbang dengan 2grHB. Perubahan ini terjadi pada trimester kedua dan
ketiga dari suatu kehamilan Hughes, 1991. Anemia merupakan masalah maternal yang cukup penting selama kehamilan Pernoll, 1991.
Apabila HB 7gr, kulit, kuku, lidah dan muka akan terlihat pucat. Sedangkan kalau HB menjadi 4, seluruh jaringan tubuh akan mengalami kekurangan oksigen
dan memberi efek kerusakan yang terberat pada otot jantung sehingga dapat
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
meningkatkan risiko terjadinya perdarahan Royston dan Amstrong, 1989. WHO, 1992.
Rosmeri2000, menunjukkan bahwa ibu yang menderita anemi selama hamil mempunnyai pengaruh yang bermakna terhadap perdarahan pasca persalinan. Ibu
dengan anemi selama hamil mempunyai risiko 4,27 kali untuk mengalami perdarahan pasca persalinan dibandingakn dengan ibu yang tidak mengalami anemi.
2.3.7 Pelayanan Antenatal
Pada pemeriksaan antenatal, pelayanan standar minimal yang didapat dan yang termasuk dalam 7T antara lain 1 Tibang berat badan, 2 Ukur Tekanan darah,
3 Ukur Tinggi fundus uteri, 4 Pemberian imunisasi TT lengkap, 5 Pemberian Tablet besi, 6 Test terhadap penyakit menulat seksual, 7 Temu wicaa dalam
rangka pesiapan tujukan Sarwono, 2001. Menurut Dep.Kes RI 1995, kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil
dengan kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi
menjadi beberapa tahap: 1.
Kunjungan ibu hamil K1 adalah kontak ibu hamil yang pertamakali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan 7T
pada trimester I, dimana umur kehamilan 0-12 minggu. 2.
Kunjungan ibu hamil yang keempat K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehaan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
dan pelayanan 7T, dengan distribusi kontak ninimal 1 kali pada trimester II K2, dimana umur kehamilan 13-24 minggu, 2 kali pada trimester III K3 dan K4,
dimana umur kehamilan 24 minggu. Cakupan pelayanan kehamilan adalah persentase ibu hamil yang telah
mendapat pemeriksaan oleh tenaga medis di suatu wilayah kerja. Cakupan baru ibu hamil K1 dipakai sebagai indikator aksesibilitas jangkauan pelayanan. Angka
cakupan K1 Diperoleh dari jumlah K1 dalam 1 tahun dibagi jumlah ibu hamil di wilayah kerja dalam 1 tahun. Sedangkan cakupan K4 di pakai sebagai indikator
tingkat perlindungan ibu hamil. Angka cakupan K4 diperoleh dari jumlah ibu hamil di wilayah kerja dalam 1 tahun Dep.Kes, 2002.
Adapun tujuan dari pelayanan antenatal adalah: a.
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, metal dan sosial janin.
c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin. e.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
SURYANI : HUBUNGAN KRAKTERISTIK IBU BERSALIN DAN ANTENATAL CARE DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI TAHUN 2007, 200.8
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal Dep.Kes, 2002. Menurut Pardosi, 2005 bahwa ibu yang melakukan kunjungan antenatal K1
dan K4 4 kali selama kehamilan lebih berisiko 2,15 kali untuk mengalami perdarahan pasca persalinan dibanding dengan yang melakukan kunjungan antenatal
K1 dan K4 4 kali.
2.4 Faktor Risiko Yang Dapat Dihindarkan