pada tahun 2006, akan tetapi karena terjadi kebakaran maka dana dialihkan untuk perbaikan terminal yang terbakar.hasil wawancara dengan pejabat PT.Angkasa Pura II
4.3. Biaya pelayanan yaitu besarnya biaya yang ditetapkan termasuk rincian dalam pelayanan publik.
Biaya pelayanan yang ditetapkan berdasarkan struktur dan golongan tarif selalu memperhatikan, kepentingan pelayanan umum, peningkatan mutu pelayanan jasa,
kepentingan pemakai jasa, peningkatan kelancaran pelayanan jasa, pengembalian biaya dan pengembangan usaha. Adapun perhitungan tarif pelayanan jasa kebandarudaraan
untuk bandar udara yang diselenggarakan oleh bandan usaha kebandarudaraan PT.Angkasa Pura dirumuskan sebagai berikut Kep Menhub No KM 28 Tahun 1999:
T=Cu x Ls, dimana T = Tarif, Cu = cost per unit, Ls = Level of services
- Cost per unit diperoleh dari biaya total dibagi dengan produksi total masing-masing jenis jasa. Cost per unit dihitung berdasarkan biaya penuh full costing termasuk tingkat
keuntungan margin maksimal 10 . Data yang digunakan dalam perhitungan, berpedoman pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan pada saat penyusunan usulan
tarif, dengan memperhatikan tingkat kewajaran dan efisiensi biaya serta dapat dipertanggung jawabkan.
- Level of Service harus diperhatikan dalam kebijaksanaan pentarifan. Pada setiap kali penyesuaian tarif jasa kebandarudaraan harus ada keseimbangan antara besaran tarif
dengan tingkat pelayanan yang diterima oleh pengguna jasa, meliputi;keselamatan,keamanan, kelancaran dan kenyamanan.Untuk penilaian level of
Yuli Sudoso Hastono : Pelayanan Publik di Bandar Udara Polonia Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
service digunakan perbandingan antara standar kinerja operasional dengan realisasinya. Kinerja operasional yang dipergunakan untuk penilaian, adalah kinerja operasional yang
terkait langsung dengan kepentingan pihak pengguna jasa. Berdasarkan perhitungan pihak PT. Angkasa Pura II biaya pokok domestik atau
cost per unitnya untuk jasa PJP2U adalah Rp.62.366,-lampiran -4 sedangkan Level of service berdasarkan perhitungan lampiran- 3 adalah 0,918
Jadi berdasarkan data diatas tarif PJP2U idealnya adalah Rp.57.252,-
Dengan pemberlakuan biaya PJP2U sebesar Rp.25.000 yang dianggap masyarakat sangat memberatkan, karena belum diimbangi dengan peningkatan kelancaran dan mutu
pelayanan yang diharapkan. Dengan membandingkan antara tarif ideal hasil perhitungan berdasarkan Kep Menhub No. 28 tahun 1988 dengan tarif yang diberlakukan saat ini
ternyata penumpang hanya terbebani 43,6 saja meskipun penumpang belum merasakan kenyamanan atas biaya yang dikeluarkannya. Mengapa demikian lebih dalam kita telaah
perhitungan Level of service pada pembobotan skala nilai terhadap nilai kinerja operasional, pada skala nilai dimana 80-100 bobotnya= 1, 61-79 bobotnya=0,9
sedangkan 60 bobotnya = 0,8 disini terasa kurang fair terutama pada skala nilai kurang dari 60 .Dengan perhitungan tersebut Level of service akan selalu diatas 80
meskipun skala nilai kurang dari 60 . Namun apabila tidak mengguakan skala nilai artinya langsung menggunakan nilai kinerja operasional hasil perolehan dilapangan
secara proporsional, maka level of service akan lebih fair sehingga secara proporsional akan diperoleh level of service = 0,8002 lampiran 5
Yuli Sudoso Hastono : Pelayanan Publik di Bandar Udara Polonia Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Dengan menggunakan perhitungan proporsional tersebut biaya PJP2U adalah 0,8002 x
Rp.62.366 = Rp.49.905,- Dengan tarif yang berlaku saat ini sebesar Rp. 25.000,- maka
penumpang telah berkontribusi sebesar 50 dari yang seharusnya dibayar. Biaya lain adalah biaya porter yang bertugas mengangkat barang bawaan
penumpang. Harga yang ditelah ditetapkan bagi porter adalah Rp. 2000 per koli. Namun temuan dilapangan adalah adanya indikasi keinginan terhadap penumpang untuk
membayar dengan harga melebihi standar. Harga yang standar yang diberlakukan oleh porter belum tersosialisasikan secara transparan.
4.4.Produk pelayanan yaitu hasil pelayanan yang sesuai dengan ketentuan atau standar
Produk pelayanan seperti pelayanan check-in, pelayanan pemeriksaan sekuriti, pelayananan pemeriksaan imigrasi, karantina, dan beacukai serta pelayanan penyerahan
bagasi, sudah ada standar bakunya sesuai SKEP Dirjen 284X1999 ternyata belum maksimal implementasinya. Demikan pula dengan pendukung produk pelayanan seperti
ketersediaan sarana dan prasarana, telah ada standar baku sesuai SKEP Dirjen No 77VI2003 Hal ini terbukti banyaknya 975 pengaduan keluhan penguna jasa yang
berhasil dijaring oleh LAPK dalam program konsultasi publik untuk meningkatkan pelayanan di bandara Polonia Harian SIB 1322008
4.5 Sarana dan prasarana yang harus memadai