2.5.4 Oksigen Terlarut DO
Oksigen  terlarut  DO  selalu  merupakan  hal  paling  utama  yang  harus diukur dalam menetukan sifat biologis sungai atau danau Saeni, 1989. Oksigen
terlarut juga dapat digunakan sebagai petunjuk  kualitas air Odum, 1993.  Kadar oksigen  yang  terlarut  di  perairan  bervariasi  tergantung  pada  suhu,  salinitas  dan
tekanan  atmosfer.  Kadar  oksigen  terlarut  juga  berfluktuasi  secara  harian  dan musiman  tergantung  pada  pencampuran,  dan  pergerakan  massa  air,  aktivitas
fotosintesis, respirasi dan limbah yang masuk ke dalam air Effendi, 2003. Menurut  Saeni  1989,  faktor-faktor  yang  dapat  mengurangi  besarnya
jumlah oksigen terlarut dalam perairan antara lain respirasi hewan dan tumbuhan air,  proses  penguraian  bahan  organik,  suhu  air  yang  relatif  tinggi,  reduksi  oleh
gas-gas melalui pembentukan gelembung-gelembung gas yang keluar dari air dan aliran  air  tanah  ke  dalam  danau.  Makhluk  yang  tinggal  di  dalam  air  baik  hewan
maupun tumbuhan bergantung kepada oksigen terlarut ini untuk mempertahankan hidupnya. Kandungan oksigen terlarut di perairan tawar berkisar antara 8 mgliter
pada suhu 25
o
C. Kadar oksigen terlarut di perairan alami biasanya kurang dari 10 mgliter Effendi, 2003.
2.6. Unsur Karbon
Atmosfer  bumi  mengandung  karbondioksida  dengan  persentase  yang relatif kecil, yakni sekitar 0,033 Cole, 1988 dalam Effendi, 2003. Akan tetapi,
dari  tahun  ke  tahun  kadar  karbondioksida  memperlihatkan  kecenderungan peningkatan sebagai hasil dari penggundulan hutan dan pembakaran bahan bakar
fosil, misalnya minyak bumi dan batu bara. Sekitar setengah dari karbondioksida yang  merupakan  hasil  pembakaran  ini  berada  di  atmosfer  dan  setengahnya  lagi
tersimpan  di  perairan  dan  digunakan  dalam  proses  fotosintesis  oleh  diatom  dan alga laut lain. Hasil fotosintesis di bumi 88 merupakan sumbangan dari alga di
perairan Effendi, 2003. Karbon  yang  terdapat  di  atmosfer  dan  perairan  diubah  menjadi  karbon
organik melalui proses fotosintesis, kemudian masuk kembali ke atmosfer melalui proses respirasi dan dekomposisi yang merupakan proses biologis makhluk hidup
Gambar 2. Karbon ini dapat berubah menjadi bahan organik yang berupa bahan bakar  fosil  atau  menjadi  bahan  anorganik,  misalnya  batuan  karbonat  melalui
proses kimia yang berlangsung sangat lama.
Gambar 2. Siklus Karbon sumber: www.wikipedia.com Meskipun  persentase  karbondioksida  di  atmosfer  relatif  kecil,  akan  tetapi
keberadaan  karbondioksida  di  perairan  relatif  banyak,  karena  karbondioksida memiliki  sifat  kelarutan  yang  tinggi  Jeffries  dan  Mills,  1996  dalam  Effendi