1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia secara berkesinambungan
sejak muda sampai lanjut usia. Masyarakat Indonesia dikenal dengan masyarakat agraris. Dengan semakin berkembangnya dan bertumbuhnya perekonomian,
struktur ekonomi yang berintikan kekuatan industri dengan dukungan sektor pertanian menjadi tujuan. Dengan begitu terjadi pergeseran era, yaitu “Era
Agraris” ke “Era Industrial”. Pergeseran ini tentunya menimbulkan pergeseran nilai kehidupan
masyarakat serta pola hidup maupun tingkah laku, yang mengimplikasikan harapan akan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Setiap orang tidak hanya
memikirkan kesejahteraan di saat bekerja tapi juga memikirkan kesejateraan di masa tua atau pensiun. Bergesernya pola kehidupan akibat globalisasi akan terus
berlangsung. Di mana dahulu, orang tua kita merasakan bahwa sebagai balas budi. Anda sebagai anak harus menjaga dan menghidupi orang tua anda di saat
orang tua anda tidak lagi produktif, semua ini sudah semakin pudar. Ditambah lagi, Pemerintah Indonesia belum bisa memberikan jaminan
hari tua kepada seluruh masyarakat Indonesia yang telah masuk masa pensiun,
2
sehingga anda sekarang haruslah bertanggung jawab terhadap kehidupan anda sendiri, baik di masa produktif umumnya dan masa pensiun khususnya.
Salah satu prasarana yang mutlak dibutuhkan adalah “jaminan hari tua” atau pensiun. Jaminan hari tua pada hakikatnya adalah memberikan kesejahteraan
di hari tua dalam time frame lanjut usia, yang akan dinikmati oleh mereka yang saat ini masih muda. Wujud nyata dari jaminan hari tua adalah program pensiun,
yang di Indonesia dikenal dengan Dana Pensiun Lembaga Keuangan DPLK atau Dana Pensiun Pemberi Kerja DPPK.
1
Diera pada tahun 70-an sampai dengan tahun 80-an, masyarakat Indonesia berlomba-lomba masuk menjadi pegawai negeri dengan tujuan untuk memperoleh
pensiun dimasa tuanya. Pensiun merupakan dambaan memperoleh penghasilan setelah berakhir masa kerja seseorangan dan pada masa itu masyarakat masih
berpikir bahwa ketika menjelang usia pensiun adalah masa yang sudah tidak produktif lagi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pilihan utama mereka
terjun ke dunia kerja adalah pegawai negeri, karena pegawai negerilah pada saat itu memberikan kepastian adanya pensiun. Jika pada era 70-an sampai 80-an
belum banyak perusahaan yang menyediakan dana pensiun bagi karyawannya, maka diera tahun 90-an akan menjadi sebaliknya. Apabila setelah keluarnya UU
Nomor 11 Tahun 1992 yang mengatur tentang Dana Pensiun. Hampir seluruh perusahaan dewasa ini telah menyelenggarakan dana pensiun bagi karyawannya,
1
Pentingnya Mengenal dan Memahami Lembaga Dana Pensiun, artikel diakses pada tanggal
24 Februari 2009 dari http:www.sinarharapan.co.idekonomieureka20030523eur1.htm
3
baik yang dikelola sendiri atau lewat lembaga lain. Bahkan bagi perusahaan yang tidak menyelenggarakan dana pensiun bagi karyawannya, banyak alternative
pilihan untuk memperoleh pensiun dari lembaga lainnya.
2
Dana Pensiun adalah merupakan upaya untuk mempertahankan kesejahteraan pada saat orang tersebut sudah tidak bekerja lagi pensiun. Dengan
demikian, pada masa seseorang masih produktif masih bekerja, ia mendapat ketenangan karena adanya jaminan kesinambungan pendapatan pada saat seorang
karyawan sudah pensiun. Bagi perusahaaan karyawannya bekerja secara tenang akan diuntungkan karena kondisi tersebut dapat meningkatkan loyalitas dan
produktifitas karyawannya. Di AS, dana pensiun dapat dikelola oleh perusahaan tempat pegawai
bersangkutan bekerja atau dikelola oleh suatu badan hukum yang terpisah. ERISA Employee Retirement Income Security Act of 1974 adalah aturan yang
digunakan untuk usaha dana pensiun di Amerika Serikat. Pada Undang-undang ini mengatur s
erta mendefinisikan tugas “amanah” Fiduciary Duties dan persyaratan serta ketentuan tentang dana pensiun, sedangkan di Indonesia diatur
oleh Undang-undang No.11 tahun 1992 tentang dana pensiun.
3
2
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, edisi.revisi, cet 5, hal 289.
3
Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Yogyakarta : Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,2005, edisi kedua, Cet 2, hal 168.
4
Maka dari pengertiannya suatu perusahaan dana pensiun itu secara umum dapat dikatakan merupakan perusahaan yang memungut dana dari karyawan dari
suatu perusahaan dan memberikan pendapatan kepada peserta pensiun sesuai perjanjian. Artinya Dana Pensiun dikelola oleh suatu lembaga dan memungut
dana dari pendapatan para karyawan suatu perusahaan, kemudian membayarkan kembali dana tersebut dalam bentuk pensiun dapat diberikan pada saat karyawan
tersebut sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain sehingga memperoleh hak untuk mendapatkan dana pensiun. Dan pengertian pensiun itu
sendiri adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia atau ada sebab-sebab lain sesuai dengan
perjanjian yang sudah ditetapkan.
4
Adanya dana pensiun tidak hanya menguntungkan karyawan saja, perusahaan pemberi kerja juga diuntungkan yaitu memelihara legalitas
karyawan sehingga mengurangi tingkat turnover karyawan, meningkatkan semangat produktivitas karyawan dan meningkatkan kompetensi pasar tenaga
kerja. Jadi, pemberian dana pensiun menguntungkan kedua belah pihak yaitu karyawan dan pemberi kerja.
Tugas yang
dipikul dana
pensiun adalah
mengelolah dan
menginvestasikan dan yang dihimpun dari kontribusi yang dibayarkan oleh pemberi kerja, serta membayarkan manfaat pensiun kepada karyawan dimasa
4
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, edisi.revisi, cet 5, hal 295 .
5
pensiun. Oleh karena itu, pengelolahan secara profesioanal supaya dana yang terkumpul bisa di manfaatkan dan diinvestasikan sebaik-baiknya yaitu
diinvestasikan kepada sektor-sektor yang aman memiliki risiko investasi yang rendah dan cepat menghasilkan sesuai dengan arahan investasi yang ditetapkan
oleh pendiri dan dewan pengawas.
5
Dana pensiun yang ada dalam berbagai bentuk, dalam suatu perekonomian yang telah maju adalah investor kelembagaan Institusional Investor dan para
pelaku yang penting lainnya dalam pasar-pasar keuangan. Dana Pensiun berperan penting karena sejumlah alasan. Pertama, pendapatan dan kekayaan tumbuh terus-
menerus setelah periode PD II, yang menyebabkan rumah tangga memiliki lebih banyak uang bagi tabungan jangka panjang. Kedua, usia penduduk semakin
panjang dan mereka mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan keuangan yang lebih banyak bagi periode pensiun yang lebih panjang. Ketiga, pensiun merupakan
kompensasi bagi karyawan yang bebas pajak, sampai karyawan-karyawan pensiun dan pendapatan mereka dari pekerjaan berhenti mengalir.
Adapun tipe-tipe dari Dana Pensiun yaitu yang digunakan secara luas.
Program Pensiun Iuran Pasti
Dalam program pensiun iuran pasti, sponsor program pensiun hanya bertanggung jawab untuk membuat atau menetapkan kontribusi iuran dalam
jumlah tertentu kedalam program pensiun atas nama peserta pensiun yang
5
Anwar, Santoso, Peraturan Dana Pensiun. www.djlk.depkeu.90 bab iii.htm.27 juli 2005.
6
memenuhi syarat. Jumlah uang yang dikontribusikan biasanya didasarkan pada persentase dari gaji karyawan atau dari laba.
Program Pensiun Keuangan Pasti
Dalam program pensiun keuangan pasti, setuju untuk melakukan pembayaran-pembayaran dalam jumlah tertentu kepada karyawan-karyawan yang
memenuhi syarat setelah mereka pensiun dan sejumlah pembayaran kepada ahli waris jika karyawan meninggal sebelum pensiun. Pembayaran pensiun
ditentukan oleh suatu formula yang biasanya mempertimbangkan masa kerja dan penghasilan karyawan.
Program Pensiun Hibrida
Program pensiu
n ini, yang dinamakan “designer pension”, mengombinasikan karakteristik-karakteristik dari kedua tipe program pensiun
yaitu Program Pensiun Iuran Pasti dan Program Pensiun Keuangan Pasti. Designer Pension pertama kali muncul pada tahun 1985, dan program ini telah
dipakai oleh 80 perusahaan dan pemberi kerja publik di Amerika Serikat.
6
Pada peraturan dana pensiun di Indonesia adanya sistem pendanaan suatu program pensiun memungkinkan terbentuknya akumulasi dana, yang dibutuhkan
untuk memelihara kesinambungan penghasilan peserta program pada hari tua. Keyakinan akan adanya kesinambungan penghasilan tersebut menimbulkan
6
Frank J. Fabozzi, Franco Modigliani, dan Michael G. Ferri, ”Pasar dan Lembaga
Keuangan ”, Jakarta: Salemba Empat, 1999, edisi pertama, hal 161.
7
ketentraman kerja, sehingga akan menimbulkan motivasi kerja karyawan yang pada gilirannya diharapkan akan meningkatkan produktivitas.
Kemudian, mengingat akan manfaat program pensiun yang begitu besar, baik bagi peserta maupun bagi masyarakat luas. Maka upaya pengembangan
penyelenggaraan program pensiun selama ini telah didukung oleh pemerintah melalui peraturan perundangan di bidang perpajakan yaitu dengan pemberian
fasilitas penundaan pajak penghasilan sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 ayat 3 huruf h UU No.7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan yang lengkapnya
sebagai berikut : “Iuran yang diterima atau yang diperoleh Dana Pensiun yang disetujui Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh Pemberi Kerja maupun oleh Karyawan, dan penghasilan Dana Pensiun serupa dari modal yang ditanamkan dalam bidang-
bidang tertentuberdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tidak termasuk dari objek pajak”.
7
Pendirian DPLK oleh suatu perusahaan seperti asuransi jiwa diduga karna adanya peluang bahwa pembayaran manfaat pensiun kepada peserta diharuskan
secara anuitas secara seumur hidup. Dengan kata lain, DPLK harus memberi program anuitet dari perusahaan asuransi jiwa. Dengan mutualistis atau hubungan
yang saling menguntungkan, sebab perusahaan asuransi jiwa mendapat semacam transfer fee dari DPLK atas pembelian program anuitet.
7
Dahlan Siamat, ”Manajemen Lembaga Keuangan”, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1999, edisi kedua, hal 484.
8
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan betapa pentingnya dana pensiun bagi setiap orang. Dengan program pensiun, kesejahteraan dan pendapatan
seseorang pada hari tua lebih terjamin. Sementara itu bagi perusahaan, program pensiun dapat menciptakan ketenangan kerja bagi karyawan yang mengetahui
bahwa kesejahteraan disempurnakan tugasnya telah terjamin, yang pada gilirannya mereka akan loyal terhadap perusahaan serta akan bekerja lebih
produktif. Demikian pula pemimpin perusahaan akan mendapat ketenangan untuk bekerja kaprena tidak akan timbul program PHK besar sebagai bagian dari
program pensiun.
8
Sistem syariah juga telah merambat diproduk dana pensiun. Adalah pada PT Principal Indonesia, sebuah perusahaan yang memang bergerak di dana
pensiun yang pernah mencoba memulai mengembangkan dan pensiun dengan sistem syariah. Prinsip dasarnya tentu saja tetap sama, yakni dana yang terkumpul
akan di investasikan pada jenis-jenis usaha yang tidak melanggar kaidah islam. Namun, sayang dalam perjalanan perusahaan ini mengalami kesulitan likiditas,
dan akhirnya di akuisisi perusahaan sehingga program dana pension syariahnya terhenti.
Selain PT Principal, perusahaan yang telah bergerak di dana pensiun syariah adalah PT Bank Muamalat Indonesia BMI, semula BMI hanya
8
RIVAI, Veithzal dan Prof. Dr.H. Veithzal Rivai, M.B.A. dan Andria Permata Veithzal, B.Acct., M.B.A. dan Ferry N. Idroes, S.E., M.M, Bank dan Financial Institution Management,
Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2007, edisi pertama, hal 1066.
9
mengelola pensiun pada karyawannya sendiri saja. Namun, produk terus meningkat dan BMI pun berfikir untuk meluaskan jangkauan pemasarannya.
Pemasaran produk ini dilakukan sampai ke daerah-daerah dengan memanfaatkan jaringan Kantor Cabang Bank Muamalat.
9
Masih ada anggapan di masyarakat bahwa bank syariah hanya diperuntukkan untuk muslim saja, padahal ini tidaklah benar. Bank Islam atau
bank syariah tidak khusus diperuntukkan untuk sekelompok orang, namun sesuai dengan landasan Islam yang “rahmatan lil „alamin”, didirikan guna melayani
masyarakat tanpa membedakan keyakinan yang dianut. Bagi kaum muslimin, kehadiran bank syariah adalah memenuhi kebutuhannya, namun bagi masyarakat
lainnya, bank Islam adalah sebagai sebuah alternatif lembaga jasa keuangan di samping perbankan konvensional yang telah ada.
10
Dengan adanya kajian penelitian terdahulu, maka penulis pun tertarik untuk mengangkat penelitian yang berkaitan dengan adanya Dana Pensiun
Lembaga Keuangan DPLK ini ke dalam sebuah skripsi yang berjudul
“FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH TERHADAP DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN DPLK MUAMALAT,
Studi Kasus Pada DPLK Muamalat Pusat
”
9
Mustafa Edwin Nasution, ”Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”, Jakarta: Kencana, 2007
edisi pertama, cet 2, hal 291.
10
Muhammad, ”Manajemen Dana Bank Syariah”, Yogyakarta: Ekonisia, 2004, cet 1, hal.
182- 183.
10
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah