Penyiapan Bahan .1 Pembuatan Dapar Asetat Prosedur Analisis .1 Penyiapan Alat KCKT

sampel dianggap homogen. Dari hasil sampling diperoleh tablet Poldan Mix PT. Sanbe Farma , Puyer Bintang Toedjoe PT. Bintang Toedjoe . 2.4 Rancangan Penelitian 2.4.1 Uji Identifikasi Parasetamol, Kafein dan Asetosal Baku Pabrik KimiaFarma secara Spektrofotometri Inframerah Dicampur 1 mg serbuk Parasetamol dengan 100 mg serbuk KBr dalam lumpang digerus hinggga halus dan homogen, campuran tersebut diletakkan pada sampel pan, kemudian dipasangkan pada DRS 8000 dan dianalisa pada bilangan gelombang 4000 – 500 cm -1 . Spektrum Inframerah yang diperoleh dibandingkan dengan literatur. Dengan perlakuan yang sama dilakukan terhadap Kafein dan Asetosal 2.4.2 Penyiapan Bahan 2.4.2.1 Pembuatan Dapar Asetat Larutkan 77,1 g Amonium Asetat P dalam air, tambahkan 57 ml asam asetat glasial P, encerkan dengan air secukupnya hingga 1000 ml Ditjen POM,1995. 2.4.2.2 Pembuatan Pelarut Dicampur larutan Dapar Amonium Asetat pH 4 dan Metanol dengan perbandingan 70:30, 80:20, 90:10 dan 95:5

2.4.2.3 Pembuatan Fase gerak Dapar Amonium Asetat pH 4 : Metanol

Sebelum digunakan Dapar Amonium Asetat pH 4 - Metanol 70:30, 80:20, 90:10 dan 95:5 disaring masing-masing melalui cellulose nitrate membran filtres Universitas Sumatera Utara 0,45 µ m dan membrane filtres PTFE 0,45 µ m, lalu diawaudarakan selama 20 menit.

2.4.2.4 Pembuatan Larutan Induk Baku Paracetamol

Ditimbang seksama sejumlah 50,0 mg Paracetamol BPFI, dimasukkan kedalam labu 50 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 mcgml, disaring filtratnya digunakan sebagai larutan induk.

2.4.2.5 Pembuatan Larutan Induk Baku Kafein

Ditimbang seksama sejumlah 50,0 mg Kafein BPFI, dimasukkan kedalam labu 50 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 mcgml, disaring filtratnya digunakan sebagai larutan induk.

2.4.2.6 Pembuatan Larutan Induk Baku Asetosal

Dtimbang seksama sejumlah 50,0 mg Asetosal BPFI, dimasukkan kedalam labu 50 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 mcgml, disaring filtratnya digunakan sebagai larutan induk. 2.4.3 Prosedur Analisis 2.4.3.1 Penyiapan Alat KCKT Masing-masing unit diatur, kolom yang digunakan Shimpac VP-ODS 4,6 mm x 25 cm, detektor UVVis, dengan laju alir 2 mlmenit, sensitifitas 1.000 AUFS dan dideteksi pada panjang gelombang 257 nm. Universitas Sumatera Utara Setelah alat KCKT dihidupkan, maka pompa dijalankan dan fase gerak dibiarkan mengalir selama 30 menit sampai diperoleh garis alas yang datar, menandakan sistem tersebut telah stabil. 2.4.3.2 Penentuan Komposisi Fase Gerak Dapar Amonium Asetat pH 4 : Metanol dan Laju Alir yang Optimum Kondisi kromatografi divariasikan untuk mendapatkan hasil analisis yang baik. Kondisi kromatigrafi yang divariasikan adalah perbandingan fase gerak dan laju alir. Perbandingan fase gerak yakni larutan Dapar Amonium Asetat pH 4 dan Metanol divariasikan 70:30, 80:20, 90:10 dan 95:5 Dari perbandingan fase gerak yang terpilih ditentukan laju alir dari 0,5 mlmenit; 0,6 mlmenit; 0,7 mlmenit; 0,8mlmenit. 2.4.3.3 Analisis Kualitatif Analisis kualitatif Parasetamol, kafein dan asetosal dilakukan dengan membandingkan puncak yang memiliki waktu retensi hampir sama identik, pada kromatogram hasil analisis KCKT dari larutan baku pembanding Perasetamol, kafein dan asetosal dengan larutan sampel pada panjang gelombang 257 nm. 2.4.3.4 Analisis kuatitatif 2.4.3.4.1 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Baku Pembanding Parasetamol,Kafein Dan Asetosal Larutan induk baku Parasetamol, Kafein dan Asetosal masing-masing dipipet 1,5 ml, 0,2 ml dan 0,4 ml ; 2 ml, 0,3 ml dan 0,8 ml ; 2,5 ml, 0,4 ml dan 1,6 ml ; 3 ml, 0,5 ml, 2 ml; 3,5 ml, 0,6 ml, 2,5 ml, masing-masing dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml, lalu diencerkan dengan pelarut sampai garis tanda. Universitas Sumatera Utara Konsentrasi larutan Parasetamol berturut - turut adalah 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm, 120 ppm, 140 ppm. Dan konsentrasi Kafein berturut - turut adalah 8 ppm, 12 ppm, 16 ppm, 20 ppm, 24 ppm. Sedangkan konsentrasi Asetosal berturut -turut adalah 16 ppm, 32 ppm, 64 ppm, 80 ppm, 100 ppm. Masiong - masing larutan diawaudarakan selama ± 20 menit dan disaring melalui penyaring membran Cellulose Nitrate 0,2 µ m. Kemudian filtrat larutan baku pembanding disuntikkan sebanyak 100 µ l. Deteksi menggunakan detektor UV pada panjang gelombang 257 nm. Direkam kromatogram dan dibuat kurva kalibrasi dari luas puncak, lalu dihitung persamaan regresi dan koefisien korelasi.

2.4.3.4.2 Penetapan Kadar Parasetamol, Kafein Dan Asetosal dalam Sampel

Diambil 20 tablet 20 bungkus serbuk yang telah bersih dari selaput film, ditimbang dan digerus homogen. Ditimbang serbuk setara dengan 50 mg Asetosal, dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dan ditambahkan dengan pelarut sampai garis tanda. Dikocok, lalu disaring beberapa ml filtrat dibuang . Larutan lalu disaring melalui penyaring membran Cellulosa Nitrate 0,2 µm dan diawaudarakan selama ±20 menit. Kemudian disuntik sebanyak 10 µl kedalam sistem KCKT melalui injektor loop 20 µl, menggunakan sistem elusi gradien dengan fase gerak larutan dapar amonium asetat pH 4 - metanol 95:5, laju alir 0,8 mlmenit. Deteksi menggunakan detektor UV pada panjang gelombang 257 nm. Direkam kromatogram dan dicatat luas puncak. Kadarnya dihitung dengan mensubsitusikan luas puncak kedalam persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi. Universitas Sumatera Utara

2.4.3.5 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik

Menurut Harmita 2004 data perhitungan kadar Parasetamol, Kafein Dan Asetosal dapat dianalisis secara statistik menggunakan uji t. Rumus yang digunakan adalah : 1 − − = ∑ n X X SD t hitung n SD X X − = Keterangan : SD = Standar deviasi X = Kadar sampel X = Kadar rata-rata sampel n = Jumlah perlakuan α =tingkat kepercayaan Data diterima jika t tabel t hitung t tabel pada interval kepercayaan 99,5 dengan nilai α = 0,005 Menurut Wibisono 2005 untuk menghitung kadar Parasetamol, Kafein dan Asetosal dalam sampel dapat dilakukan secara statistik dengan rumus : Kadar µ = X ± t x SD n Universitas Sumatera Utara Keterangan : μ = Kadar sebenarnya X = Kadar sampel n = Jumlah perlakuan t = Suatu harga tergantung pada derajad kebebasan dan tinggkat kepercayaan dk= Derajad kebebasan. 2.4.4 Metode Validasi 2.4.4.1. Akurasi Kecermatan