2.2 Analgetika Non Narkotik
Analgetik non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai berat, sehingga sering disebut analgetik ringan, juga untuk
menrunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang tinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik. Analgetika non narkotik bekerja pada
perifer dan sentral sistem saraf pusat. Obat ini mengadakan potensiasi dengan obat-obat penekan saraf pusat.
Mekanisme Kerja 1. Analgesik
Analgetika non narkotika menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang
mengkatalis biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin,
histamin serotonin, protasiklin, prostaglandin, ion-ion hidrogen dan kalium, yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi.
2. Antipiretik
Analgetika non narkotika menimbulkan efek antipiretik dengan meningkat eliminasi panas, pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara
menimbulkan dilatasi buluh darah perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat. Pengaruh obat pada suhu badan
normal relatif kecil. Penurunan suhu tersebut adalah hasil kerja obat pada sistem saraf pusat yang melibatkan pusat kontrol suhu di hipotalamus.
Universitas Sumatera Utara
3. Antiradang
Keradangan timbul karena pengaktifan fosfolipase A2, enzim yang menyebabkan pelepasan asam arakidonat,yang kemudian diubah menjadi prostaglandin oleh
prostaglandin sintetase. Analgetik non narkotik menimbulkan efek antiradang melalui beberapa kemungkinan, antara lain adalah menghambat biosinteis dan
pengluaran prostaglandin dengan cara memblok secara terpulihkan enzim siklooksigenase sehingga menurunkan gejala keradangan. Mekanisme yang lain
adalah menghambat enzim-enzim yang terlibat pada biosintesis mukopolisakarida dan glikoprotein, meningkatkan pergantian jaringan kolagen dengan memperbaiki
jaringan penghubung dan mencegah pengeluaran enzim-enzim lisosom melalui stabilisasi membran yang terkena radang. Analgetika non narkotik efektif untu
mengurangi keradangan tetapi tidak dapat mencegah kerusakan jaringan pada penderita artritis.
Berdasarkan struktur kimianya obat antiradang bukan steroid dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu turunan salisilat, turunan 5-pirazolidindion, turunan
N-arilantranilat, turunan asam arilasetat, turunan heteroarilasetat, turunan oksikam, dan turunan lain-lain.
TURUNAN ASAM ARILASETAT
Turunan ini mempunyai aktivitas antiradang analgesik yang tinggi, dan terutama digunakan sebagai antirematik.
Contoh turunan asam arilasetat : 1.
Diklofenak Na Voltaren, Neurofenac dan diklofenak K Cataflam,
mempunyai aktivitas antirematik, antiradang dan analgesik-antipiretik, digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada
Universitas Sumatera Utara
berbagai keadaan rematik dan kelainan degeneratif pada sistem otot rangka.
Diklofenak diserap secara cepat dan sempurna didalam lambung, kadar plasma tertinggi dicapai 2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh
antara 6-15 jam. Dosis : 25-50 mg 3 kali sehari
2. Ibuprofen Brufen, Ifen, Motrin, mempunyai aktivitas antirematik,
antiradang dan analgesik-antipiretik, digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai kondisi rematik
dan artritis. Ibuprofen diserap dengan cepat dalam saluran cerna, kadar serum tertinggi
terjadi dalam 1-2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh 1,8-2 jam.
Dosis : 400 mg 3-4 kali sehari. 3.
Ketoprofen Profenid, mempunyai aktivitas antiradang dan analgesik-
antipiretik, digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai keadaan rematik dan kelainan degeneratif pada
sistem otot rangka. Ketoprofen diserap secara cepat dan sempurna dalam saluran cerna, kadar
plasma tertinggi dicapai dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh 2-3 jam.
Dosis : 50-100 mg 2 kali sehari.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Hubungan struktur-aktivitas turunan asam arilasetat