2.3.1 Tata Letak
Dalam penataan ruang ditentukan oleh banyak hal, diantaranya luas ruangan yang ada, sistem pelayanan yang dipakai, serta perabot dan perlengkapan
yang disediakan dan juga tata letak ruang menurut fungsi dan pelayanannya. Untuk itu perlu diadakan penataan dan pengaturan perabot dan
perlengkapan perpustakaan sedemikian rupa, agar: 1.
Tidak terjadi hambatan lalu lintas pemakai pelaksanaan kerja di setiap ruangan dan antar ruang.
2. Terlihat suatu gambaran yang wajar dan menarik.
3. Terdapat keleluasaan bergerak yang wajar dari pemakai perpustakaan
maupun pelaksanaan kerja. 4.
Adanya efisien pemakaian ruangan. Perpustakaan Nasional RI, 1992: 175
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perpustakaan harus mengadakan bimbingan pustakawan dari seorang desain
interior dalam pelaksanaan teknik penataan ruangan maupun perabotan dan perlengkapan perpustakaan. Sehingga diharapkan dapat menata dan mengatur
ruang-ruang perpustakaan, serta tata letak perabot dan perlengkapan dalam ruangan perpustakaan agar dapat dimanfaatkan secara efektif oleh penggunanya.
Di samping itu juga, tata letak perabot juga harus mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu, agar dapat menghilangkan kesan yang membosankan dan
menyesakkan pandangan bagi pengguna, serta memberikan kesan yang baik, menyenangkan dan mudah menggunakannya.
2.3.2 Sistem Ventilasi
Setiap bangunan perpustakaan mempunyai sistem ventilasi yang berbeda- beda, karena ventilasi merupakan salah satu komponen yang terdapat pada
lingkungan dan kondisi fisik dari tata ruang perpustakaan. Penggunaan ventilasi yang berbeda-beda pada perpustakaan, disebabkan adanya kebutuhan yang
berbeda-beda pula. Dengan adanya ventilasi yang cukup, yang membantu pertukaran udara
dengan lancar, maka dapat memberikan kenyamanan dan kesegaran udara bagi para pegawai yang bekerja di perpustakaan maupun penggunanya. Sulistiyo-
Basuki dalam bukunya Pengantar Ilmu Perpustakaan 1993: 130 menyatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa, ”Perpustakaan yang terang dan sejuk berkat ventilasi yang baik akan lebih besar peluangnya untuk menarik perhatian pengunjung serta menyenangkan staf
perpustakaan”. Untuk itu ventilasi pada perpustakaan perlu di perhatikan, karena selain untuk petugas dan penggunanya, ventilasi juga diperlukan untuk bahan
pustaka. Purwati 2007: 9 menyatakan bahwa, terdapat 2 macam system ventilasi
yang digunakan perpustakaan yaitu: 1.
Ventilasi pasif adalah ventilasi yang didapat dari alam caranya membuat lubang angin atau jendela pada sisi dinding yang berhadapan
serta sejajar dengan arah angin lokal. Luas lubang angin atau jendela diusahakan sebanding persyaratan dan fasilitas ruang 10 dari ruang
bersangkutan. Bila menggunakan ventilasi pasif seperti ini sebaiknya rak tidak ditempatkan dekat jendela demi keamanan koleksi dan
terhindar dari matahari langsung.
2. Ventilasi aktif adalah ventilasi yang menggunakan sistem penghawaan
buatan yaitu menggunakan AC Air Conditioning. Karena temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan yang stabil maka dapat menjaga
keawetan koleksi dan peralatan tertentu seperti koleksi langka, pandang dengar dan komputer.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disampaikan bahwa 2 jenis ventilasi tersebut memiliki peranan penting dari masing-masing fungsinya.
Dimana penentuan lubang ventilasi pasif harus ditempatkan sesuai dan sebanding persyaratan dan fasilitas ruang yang bersangkutan agar kondisi ruang mempunyai
tingkat kelembaban yang rendah sehingga keamanan koleksi buku dan bahan pustaka dapat terjamin dan terhindar dari matahari langsung. Ventilasi aktif
ACkipas angin juga akan bermanfaat untuk menjaga kondisi temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan stabil sehingga ruangan terasa nyaman dan
koleksi perpustakaan maupun peralatan tertentu terjamin keawetannya serta mencegah gangguan serangga dan cendawan pada buku.
Adapun secara umum ruangan perpustakaan yang perlu dijaga kondisi temperatur dan kelembabannya adalah:
1. Area penyimpanan penggunaan multimedia
2. Area koleksi
3. Area koleksi buku
4. Ruang baca
5. Ruang kerja pustakawan. Depdiknas RI, 2004: 131
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disampaikan bahwa pentingnya pengaturan suhu pada ruangan perpustakaan. Menurut buku Perpustakaan
Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 2004: 131, ”Tingkat pengkodisian ruang yang diinginkan adalah sebagai berikut: temperatur 22-24
o
C untuk ruang koleksi buku, ruang baca dan ruang koleksi, 20
o
C ruang komputer dan kelembaban 45-55”. Agar kenyamanan ruangan perpustakaan terjaga, maka diperlukan pemasangan
alat pengatur suhu, misalnya: 1.
Memasang AC Air Conditioning untuk mengatur udara di dalam ruangan.
2. Mengusahakan agar peredaran udara dalam ruangan itu cukup baik,
misalnya dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka jendela pada saat kegiatan diperpustakaan sedang berlangsung.
3. Memasang kipas angin untuk mempercepat pertukaran udara dalam
ruangan. Kecepatan pertukaran ini mempengaruhi kenyamanan udara. Adapun kecepatan udara yang ideal adalah berkisar antara 0,5 – 1
mdetik. Lasa, 2005: 168
2.3.3 Sistem Penerangan