Metodologi Penelitian Konsep Penerjemahana

E. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Yakni jenis penelitian yang kesimpulan atau hasil penelitiannya tidak didasarkan pada prosedur statistik. A process of examining and interpreting data in order to elicit meaning, gain understanding, and develop empirical knowledge. Penerjemahan adalah proses pengujian dan interpretasi data serta untuk mengembangkan pengetahuan empiris. 6 Analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Dalam penelitian ini masalah barunya adalah analisis kalimat efektif terhadap penerjemahan hadis-hadis bernuansa gender dalam Mukhtashar Shahih Al-Bukhari yang diterbitkan oleh GIP. Sumber data utama yang peneliti gunakan adalah terjemahan Mukhtashar Shahih Al-Bukhari yang diterbitkan oleh GIP. Setelah data terkumpul, peneliti mengklasifikasikan data tersebut berdasarkan kesamaan tema untuk kemudian dikaji dan dianalisa. Kemudian peneliti mencoba menyusun hasil kajian dan analisa tersebut berdasarkan kerangka pembahasan. Dalam penelitian ini akan disajikan konsep kalimat efektif dan konsep kajian gender. Kedua hal tersebut akan digunakan untuk membedah hadis- hadis bertema gender sehingga dapat terungkap bagaimana terjemahan hadis tersebut ditinjau dari teori kalimat efektif. Adapun teknis penulisan skripsi ini adalah teknis penulisan yang mengacu pada Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi yang terdapat 6 Strauss Corbin, Basic of Qualitative Research 3e California: Sage Publishing, 2008, h. 1. pada buku panduan akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 20112012.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab pertama tentang pendahuluan. Bagian ini terdiri atas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan massalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua seputar kajian teori. Bagian ini tersusun dari konsep penerjemahan, konsep kalimat efektif, dan konsep seputar kajian gender dan feminim gender. Bab ketiga tentang buku Mukhtashar Shahih Al-Bukhari dan pengarangnya. Berikutnya, di bab keempat akan dibahas analisis kalimat efektif penerjemahan hadis-hadis seputar feminim gender dalam buku terjemahan Mukhtashar Shahih Al-Bukhari. Bab ini didahului dengan identifikasi hadis- hadis seputar feminim gender dalam buku tersebut. Kemudian peneliti akan mengklasifikasikan data berdasar pada tema yang berkesesuaian. Selanjutnya peneliti mencoba mengurai data tersebut dengan kerangka yang berdasar pada tiga faktor keefektifan kalimat yaitu gramatika, diksi dan penalaran. Terakhir pada bab kelima akan dituangkan kesimpulan hasil analisa berupa bagaimana sesungguhnya kalimat efektif pada terjemahan hadis-hadis feminim gender dalam buku terjemahan Mukhtashar Shahih Al-Bukhari terbitan GIP. Kemudian dalam bab ini akan disampaikan rekomendasi kepada pihak yang berkaitan dengan hasil penelitian. KALIMAT EFEKTIF DALAM PENERJEMAHAN: ANALISIS HADIS-HADIS GENDER DALAM BUKU MUKHTASHAR SHAHIH Bab I Pendahuluan A. Latar belakang B. Pembatasan dan Perumusan masalah C. Tujuan penelitian D. Tinjauan pustaka E. Metodologi penelitian F. Sistematika penulisan Bab II Kerangka Teori A. Konsep Penerjemahan 1. Definisi Penerjemahan 2. Metode Penerjemahan B. Kalimat Efektif

1. Konsep Dasar Kalimat dalam Bahasa Arab dan Indonesia

a. Konsep Dasar Kalimat dalam Bahasa Arab b. Konsep Dasar Kalimat dalam Bahasa Indonesia c. Perbedaan dan Persamaan Kalimat Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

2. Konsep Kalimat Efektif

a. Kalimat Efektif Bahasa Indonesia b. Kalimat Efektif Bahasa Arab C. Konsep Hadis Gender 1. Konsep Gender a. Definisi Gender

b. Gender dalam Studi Bahasa

c. Gender dalam Studi Islam

2. Hadis Gender Bab III Gambaran Umum Buku Mukhtashar Shahih Al-Bukhari A. Kitab Shahih Al-Bukhari B. Kitab Mukhtashar Al-Bukhari C. Pengarang Shahih Al-Bukhari D. Penyusun Mukhtashar Shahih Al-Bukhari Bab IV Analisis Kalimat Efektif dalam Penerjemahan Hadis-Hadis Gender pada Buku Mukhtashar Shahih Al-Bukhari A. Identifikasi Hadis-hadis Gender dalam Mukhtashar Shahih Al-Bukhari 1. Hadis Kepemimpinan Perempuan

2. Hadis Seputar Aurat

3. Hadis Seputar Rumah Tangga

4. Hadis Seputar Peranan Perempuan dalam Ruang Sosial B. Analisis Kalimat Efektif dalam Penerjemahan Hadis-Hadis Gender pada Buku Mukhtashar Shahih Al-Bukhari 1. Analisis Kalimat Efektif Hadis Kepemimpinan Perempuan 2. Analisis Kalimat Efektif Hadis Seputar Aurat 3. Analisis Kalimat Efektif Hadis Seputar Rumah Tangga 4. Analisis Kalimat Efektif Hadis Seputar Peranan Perempuan dalam Ruang Sosial Bab V Penutup

A. Kesimpulan

B. Rekomendasi

Daftar Pustaka 10

BAB II KERANGKA TEORI

A. Konsep Penerjemahana

1. Definisi Penerjemahan Terjemah merupakan istilah serapan dari bahasa Arab. 1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI kata „menerjemah‟ berarti menyalin memindahkan suatu bahasa ke bahasa lain; mengalihbahasakan 2 . Dalam bahasa asalnya bahasa Arab kata tarjamah mengandung makna menjelaskan dengan bahasa lain atau memindahkan makna dari satu bahasa ke dalam bahasa lain. 3 Adapun dalam bahasa Inggris kata penerjemahan atau „translation’ adalah the process of changing something that is written or spoken into another language. 4 Penerjemahan adalah proses merubah tulisan atau ucapan ke dalam bahasa lain. Secara terminologi J.C. Catford memberikan definisi penerjemahan sebagai „the replacement of textual material in one language SL by equivalent textual material in another language TL’. 5 Pengalihan teks dari satu bahasa [bahasa sumber] ke dalam teks yang sepadan dalam bahasa lain [bahasa sasaran]. 1 M. Faisol Fatawi, Seni Menerjemah, Malang: UIN-Malang Press, 2009, h. 2. 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999 h. 213. 3 Louis Ma‟luf, Al-Munjid fi Al-Lughah. Beirut: Darul Masyriq, 1986, h. 60. 4 AS Hornby, Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English, Oxford: Oxford University Press, 2000, h. 1438. 5 J.C. Catford, A Linguistic Theory of Translation, New York Toronto: Oxford University Press, 1965, h. 20. Bagi Fatawi, dalam pengertian di atas Catford menekankan penerjemahan pada pencarian padanan tekstual yang bisa meliputi banyak hal, mulai makna, struktur dan gaya bahasa sampai dengan jumlah kata 6 . Pendek kata, dalam penerjemahan yang dicarikan padanan tidak sekedar aspek pesan, gagasan atau makna melainkan juga aspek lainnya sebagaimana dijelaskan di atas. Moeliono sebagaimana dikutip Syihabuddin memandang bahwa penerjemahan merupakan kegiatan mereproduksi amanat a tau pesan bahasa sumber dengan padanan yang paling dekat dan wajar di dalam bahasa penerima, baik dilihat dari segi arti maupun gaya. 7 Pandangan ini sejalan dengan Nida sebagaimana dikutip Zaka Al-Farisi, menurut Nida penerjemahan adalah reproducing in the receptor language in the closest natural equivalent of the source language massage, firts in terms of meaning and secondly in terms of styles. 8 Penerjemahan adalah proses reproduksi bahasa sasaran dengan padanan terdekat dari bahasa sumber, baik makna maupun gaya bahasa. Dari pengertian yang dikemukakan para ahli di atas dipahami bahwa yang menjadi ‟jembatan‟ dalam penerjemahan bahasa sumber ke bahasa sasaran adalah padanan atau ekuivalensi. Adapun Larson menjelaskan definisi yang lebih operasional bahwa menerjemahkan berarti mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi 6 M. Faisol Fatawi, Seni Menerjemah... h. 4. 7 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, Teori dan Praktek, Bandung: Humaniora, 2005 h. 10. 8 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, h. 29. komunikasi dan konteks budaya dari bahasa sumber. Kemudian menganalisis teks tersebut untuk menemukan makna yang sama dan mengungkapkannya dengan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks tersebut. 9 Sedikit berbeda dengan pengertian di atas, dalam pandangan Peter Newmark sebagaimana dikutip oleh Fatawi, menerjemah adalah mengalihkan makna teks ke dalam bahasa yang lain sesuai dengan maksud yang dikehendaki oleh pengarang atau penulis teks. 10 Bagi Fatawi beragamnya pengertian yang diajukan para ahli menandakan bahwa penerjemahan secara teoritis maupun praktis merupakan hal yang tidak sederhana. Pengertian di atas kita bisa menarik benang merah bahwa menerjemah adalah pengalihan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran; pengalihan ini hanya bisa dilakukan dengan mencari padanan ekuivalensi antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran; padanan itu meliputi seluruh karakteristik yang melekat pada bahasa sumber, mulai dari makna atau pesan, gramatikal, gaya bahasa dan hal-hal lain yang terkait dengan bahasa sumber. 11 2. Metode Penerjemahan Metode penerjemahan adalah pandangan umum tentang strategi menerjemah. Metode yang diambil oleh seorang penerjemah akan mempengaruhi cara atau tekniknya dalam menerjemah. 9 Milred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman Untuk Pemadanan Antar Bahasa, Jakarta: Arca, 1991 cet. ke 2 h. 262. 10 M. Faisol Fatawi, Seni Menerjemah... h. 4. 11 M. Faisol Fatawi, Seni Menerjemah... h. 8. Secara garis besar dikenal dua metode penerjemahan, yakni metode harfiah dan metode tafsiriah. Bahkan, topik mengenai baik-buruknya terjemahan harfiah dan terjemahan tafsiriah sejak lama sudah menjadi perdebatan hangat. 12 Metode harfiah ialah cara menerjemah yang memperhatikan peniruan terhadap susunan dan urutas nash teks sumber. Metode ini disebut dengan metode laf-zhiyyah atau musâwiyah. Model penerjemahan ini diikuti oleh Yohana bin al-Bat riqh, Ibnu Na‟imah, al-Hamshi. Sasaran dalam penerjemahan harfiah ialah kata. 13 Fatawi mendefinisikan penerjemahan harfiah sebagai cara menerjemahkan teks dengan memperhatikan peniruan terhadap susunan dan urutan teks sumber. Masih menurut Fatawi, biasanya langkah yang ditempuh seorang penerjemah dalam metode ini adalah memahami teks sumber, kemudian menggantinya dengan bahasa lain sesuai dengan posisi dan tempat kata dalam bahasa sumber atau transliterasi. 14 Metode yang kedua adalah metode tafsiriah. Metode ini secara umum merupakan kebalikan dari metode harfiah. Jika metode harfiah berfokus pada kata maka metode tafsiriah kebalikannya. Bahkan metode tafsiriah tidak lagi memperhatikan susunan, struktur dan urutan teks sumber. Yang menjadi fokus dalam metode ini adalah penggambaran makna dan gagasan bahasa sumber dengan baik dan utuh. 15 Masih 12 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia... h.52. 13 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia Teori dan Praktek... h. 68. 14 M. Faisol Fatawi, Seni Menerjemah... h. 58. 15 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, Teori dan Praktek ... h. 70. menurut Fatawi, dalam mengikuti metode ini, seorang penerjemah tidak usah bersusah-susah memaksakan diri untuk memahami setiap kata. 16 Sejatinya pemilihan metode tertentu dalam menerjemah hanyalah kecenderungan saja. Karena dalam praktiknya bisa jadi seorang penerjemah menggunakan beberapa metode penerjemahan sekaligus. Penerjemah juga akan dihadapkan dengan keragaman struktur bahasa sumber yang tidak melulu sesuai dengan struktur dalam bahasa sasaran. Tentu hal ini menjadi faktor yang mempengaruhi pemilihan metode tertentu bagi penerjemah. Antara penerjemahan harfiah dan tafsiriah keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Penerjemahan harfiah memiliki kekurangan ketika menerjemahkan teks sumber yang secara struktur dan susunan jauh berbeda dengan bahasa target. Jika dipaksakan maka output terjemahannya akan cenderung rancu, sulit dipahami dalam bahasa target. Adapun kelebihan dari metode ini, penerjemah akan cenderung setia terhadap teks sumber. Penerjemahan tafsiriah berkecenderungan menghasilkan terjemahan yang lebih cair dan mudah dipahami dalam bahasa target. Karena yang menjadi fokus dalam metode ini adalah ide atau pesan dalam teks sumber bukan pada strukturnya. Sedangkan kelemahan metode ini memberi jalan bagi penerjemah untuk intervensi dalam penerjemahan. 16 M. Faisol Fatawi, Seni Menerjemah... h. 59. Perbedaan kedua metode ini kemudian menimbulkan jalan tengah yang digagas para ahli. Jalan tengah yang dimaksud di sini adalah cara penerjemahan yang memadukan antara yang harfiah dan tafsiriah. Mula- mula seorang penerjemah bisa mengalihkan teks sumber secara harfiah dengan mengikuti struktur dan urutan teks sumber dengan kata per kata. Kemudian mengalihkan terjemahan harfiah ke dalam struktur bahasa penerima yang pokok; di sini terjadi proses transposisi tanpa menambah dan mengurangi. Selanjutnya, seorang penerjemah mengulangi proses penerjemahan dengan menyelami perasaan, emosi atau spirit penulis melalui penggunaan metafora yang relevan dan gaya bahasa dan penulisan yang dipakai. Sehingga pada akhirnya, seorang penerjemah mengambil keputusan untuk membuang apa yang harus dan perlu dibuang, menambah apa yang selayaknya ditambahkan, memilih dan menciptakan suatu istilah yang dipandang cocok untuk menggantikan istilah dalam bahasa sumber dan seterusnya. 17

B. Konsep Dasar Kalimat