Kitab Mukhtashar Shahih Al-Bukhari

B. Kitab Mukhtashar Shahih Al-Bukhari

Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana metode Al-Albani dalam menyusun ringkasan terhadap Shahih Imam Bukhari. Perinciannya sebagai berikut: 5 1. Al-Albani membuang semua isnad hadis tanpa tersisa kecuali nama sahabat perawi hadis yang langsung dari Nabi Saw. Juga kecuali perawi- perawi yang di bawah sahabat yang tidak dapat dihindari karena keterlibatannya dalam kisah, sedang riwayat itu tidak sempurna kecuali dengan menyebutkan mereka. 2. Al-Bukhari mengulang-ulang hadis dalam kitab shahihnya dan menyebutkannya dalam beberapa tempat, kitab-kitab, dan bab-bab yang berbeda-beda, dan dengan riwayat yang banyak jumlahnya. Terkadang ia juga menggunakan jalan periwayatan lebih dari satu, sesekali hadis ditulis dengan sangat panjang, dan pada waktu yang lain dengan ditulis dengan ringkas. Berdasarkan hal itu, Al-Albani memilih di antara riwayat-riwayat yang diulang tersebut, hadis yang paling lengkap dan dijadikan sebagai pokok dalam ringkasan Mukhtashar Al-Bukhari. Namun, Al-Albani tidak berpaling dari riwayat-riwayat yang lain. Bahkan, Al-Albani menjadikannnya sebagai kajian khusus, untuk mencari-cari hal-hal yang mungkin bermanfaat dalam menyusun ringkasan ini atau untuk menambah sesuatu yang tidak terdapat dalam riwayat yang dipilih, lalu Al-Albani mengambilnya dan digabungkan ke dalam hadis yang pokok. 5 Nashiruddin Al-Albani, Mukhtashar Shahih Al-Bukhari Terjemahan, Jakarta: GIP, 2005 Jilid ke 1 h. 11-13. Penggabungan tersebut menggunakan dua bentuk. Pertama, apabila ada tambahan, digabungkan sesuai dengan tingkatan dan urutannya. Sehingga, pembaca tidak merasa bahwa itu adalah tambahan. Kemudian Al-Albani meletakkan tambahan tersebut di antara dua kurung siku [ ]. Kedua, jika tambahan itu tidak teratur sesuai dengan tingkatan dan urutannya, maka Al-Albani meletakkan di antara tanda kurung dan ia menulis seperti berikut: dan dalam riwayat ini dan ini. Apabila riwayat itu dari jalan lain dari sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut, Al-Albani menulis: dan dalam satu jalan periwayatan atau dan dalam jalur periwayatan yang kedua. Apabila terdapat tambahan lain dari jenis periwayatan yang ketiga, Al-Albani menulis: dan dalam jalan yang ketiga. Dengan demikian, tujuan menjadi jelas, yaitu dapat memberi manfaat kepada pembaca dengan menggunakan ungkapan yang sangat singkat, bahwa hadis tersebut tidak gharib „asing‟ dan periwayatannya tunggal dari sahabat tersebut. 3. Hadis shahih dari segi isnadnya menurut para ulama dibagi menjadi dua. Pertama, hadis maushul, yaitu hadis di mana penyusun menyebutkan isnadnnya yang bersambung hingga para perawinya dari kalangan sahabat, itu termasuk sebagian atsar yang mauquf pada sahabat atau yang lainnya. Kedua, hadis muallaq, yaitu penyusun tidak menyebutkan isnadnya sama sekali atau disebutkan sebagian dari yang paling tinggi derajatnya dengan men- ta’liq-kannya pada sahabat atau lainnya, terkadang sanadnya adalah guru-guru Imam Bukhari. Bagian ini dibagi menjadi dua macam, yaitu marfu’ dan mauquf yang tidak semuanya shahih menurut penyusun dan para ulama sesudahnya karena di dalamnya terdapat hadis sahih, hasan, dan dhaif. Matan ini juga saya bawakan dalam mukhtashar „ringkasan‟ ini, tetapi Al-Albani mentakhrijnya pada catatan kaki dengan menjelaskan tingkatannya dengan isnadnya itu sendiri atau isnad lainnya jika hadis itu marfu’. Apabila atsar mauquf, Al-Albani mencukupkan dengan mentakhrijnya saja, dan jarang sekali ia menyebutkan derajatnya tingkatannya. 4. Kemudian Al-Albani memberi nomor pada ketiga jenis hadis tersebut dengan nomor khusus, dan setiap hadis mempunyai ukuran yang berbeda. Hadis yang musnad mempunyai nomor-nomor khusus yang berurutan, dan hadis yang marfu muallaq mempunyai nomor-nomor khusus yang berurutan pula. Begitu juga atsar yang mauquf mempunyai nomor-nomor khusus pula. Manfaatnya ialah bahwa apabila kitab itu telah selesai, maka akan mudah diketahui jumlah setiap hadis dari ketiga jenis tersebut. 5. Al-Albani memberi nomor kitab-kitab dalam Shahih Bukhari ini dengan nomor-nomor berurutan. Begitu juga pada semua bab. Dalam setiap babnya Al-Albani memberi nomor yang berurutan, dengan memperhatikan setiap bab dari bab-bab yang ada. Hal itu karena telah populer dikalangan para ulama bahwa fiqih Bukhari itu ada dalam judul bab-babnya. Kemudian Al-Albani membuang satu bab yang di dalamnya tidak ada judulnya di mana Imam Bukhari menulis “Bab” tanpa tambahan apapun. Apabila dibawah jenis itu ada hadis yang terdapat dalam Ash-Shahih, kemudian di dalam ringkasannya perlu dibuang, sehingga tinggal bab tanpa hadis, maka dalam kondisi semacam ini Al-Albani membuang bab tersebut karena jika dibiarkan tidak ada manfaatnya. Hanya saja Al-Albani membuangnya dengan nomornya sekaligus sebagai tanda pembuangan. Tujuan dari penomoran dalam paragraf ini adalah adalah agar indeks pada kitab-kitab hadis kutubu-sittah dapat dipergunakan dalam Mukhtashar ini sebagaimana dipergunakan dalam pada aslinya, untuk mempermudah mencari suatu hadis manakala diperlukan. Pada catatan kaki, Al-Albani menjelaskan kata-kata yang sulit dan sebagian kalimat yang samar. Kemudian, pada setiap jilid ia mencantumkan indeks buku secara terinci baik untuk kitab-kitabnya, bab-babnya maupun hadisnya dengan tiga bagiannya itu.

C. Penulis Buku Shahih Al-Bukhari