Kegunaan Terciptanya usaha mikro yang produktif dan berkelanjutan dengan;
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Disamping itu pemberdayaan hendaknya jangan menjebak masyarakat dalam
perangkap ketergantngan charity, pemberdayaan sebaliknya harus mengantar pada proses kemandirian. Sulistiyani, 2004.
Masalah utama dalam pembangunan pemberdayaan perempuan adalah rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, terutama di bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi, dan politik. Data Susenas 2003 menunjukkan bahwa, penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang tidakbelum pernah sekolah
jumlahnya dua kali lipat penduduk laki-laki 11,56 persen berbanding 5,43 persen. Penduduk perempuan yang buta huruf sekitar 12,28 persen, sedangkan
penduduk laki-laki yang buta huruf sekitar 5,84 persen. Pada tahun 2000, angka kematian ibu melahirkan masih tertinggi di ASEAN, yaitu 307 per 100.000
kelahiran hidup. Prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil juga masih tinggi yaitu sekitar 50,9 persen Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT 2001.
Berdasarkan Susenas 2003, tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK perempuan masih relatif rendah yaitu 44,81 persen, dibandingkan dengan laki-
laki 76,12 persen. Di bidang politik, meskipun Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu mengamanatkan keterwakilan 30 persen perempuan di
lembaga legislatif, namun hasil Pemilu 2004 masih menunjukkan rendahnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif, yaitu keterwakilan perempuan di
DPR hanya 11,6 persen dan di DPD hanya 19,8 persen data Komisi Pemilihan Umum. Pada tahun 2003, rendahnya keterlibatan perempuan dalam jabatan
publik juga dapat dilihat dari rendahnya persentase perempuan PNS yang menjabat sebagai Eselon I, II, dan III 12 persen. Sementara itu, peran
perempuan di lembaga judikatif juga masih rendah, yaitu masing-masing sebesar 16,2 persen dan 3,4 persen sebagai hakim di Peradilan Umum dan di Peradilan
Tata Usaha Negara, serta 17 persen sebagai Hakim Agung pada tahun 2000 data Badan Kepegawaian Negara, 2003 Bappenas, 2003.
Proses marginalisasi peminggiranpemiskinan yang mengakibatkan kemiskinan, banyak terjadi dalam masyarakat di negara berkembang seperti
penggusuran dari kampung halaman, eksploitasi. Namun pemiskinan atas perempuan maupun laki yang disebabkan jenis kelamin merupakan salah satu
bentuk ketidakadilan yang disebabkan gender. Sebagai contoh, banyak pekerja perempuan tersingkir dan menjadi miskin akibat dari program pembangunan
seperti intensifikasi pertanian yang hanya memfokuskan petani laki-laki.
Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian dan industri yang lebih memerlukan keterampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki.
Selain itu perkembangan teknologi telah menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin yang
umumnya dikerjakan oleh tenaga laki-laki. Beberapa studi dilakukan untuk membahas bagaimana program pembangunan telah meminggirkan sekaligus
memiskinkan perempuan Bappenas, 2003.