Pajak Ekspor Kerangka Pemikiran Teoritis .1 Teori Permintaan dan Penawaran

Q A Q PI PxPy Panel A Pasar di negara 1 untuk komoditi X Panel PI Hubungan perdagangan internasional komoditi X PxPy PxPy ekspor Q B ” Q B Q B ’ A’ E’ B’ impor Dx Sx E A B Q A ’ Q A ” Dx A S A” B 3 E Sx P 3 P 3 P 2 P 1 Gambar 4. Kurva Perdagangan Internasional Sumber: Salvatore, 1994 Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan harga keseimbangan antara permintaan dan penawaran dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia, sedangkan perubahan dalam konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga dunia.

3.1.3 Pajak Ekspor

Piermartini 2004 menjelaskan bahwa pajak ekspor banyak diterapkan di negara berkembang dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan pemerintah dan menjamin ketersediaan produk di pasar domestik. Produk yang menjadi subjek untuk pajak ekspor biasanya merupakan produk pertanian seperti gula, kopi, produk kehutanan, kakao, minyak kelapa sawit, produk perikanan, mineral, produk logam dan produk kulit. Lebih lanjut Piermartini menjelaskan bahwa efek pajak ekspor tergantung pada kekuatan pasar yang ada. Pelaksanaan pajak ekspor oleh negera yang memiliki kekuatan pasar akan lebih efektif dibandingkan dengan negara tanpa kekuatan pasar dalam hal mempengaruhi harga internasional, volume perdagangan, dan distribusi pendapatan. Sementara itu, dampak pajak ekspor pada suatu negera yang tidak memiliki kekuatan pasar akan memperburuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan nasional. Bagaimanapun apabila terjadi peningkatan perdagangan, hal tersebut akan diikuti dengan peningkatan harga ekspor. Sementara itu Helpman dan Krugman dalam Rifin 2005 memaparkan bahwa penerapan pajak ekspor akan mengurangi harga domestik, sementara itu harga ekspor akan meningkat. Gambar 5 menggambarkan efek pajak ekspor sebesar t. Harga domestik akan turun menjadi P t , mengurangi surplus konsumen dan surplus produsen oleh area P f DCP t . Bagaimanapun, pendapatan hasil pajak sepadan dengan volume setelah pajak dikalikan dengan tarif pajak atau area P t ACP t . Hilangnya pajak sama dengan area BCD, sementara itu keuntungan perdagangan sepadan dengan area P t ABP f . C B D S D A Harga P t = P t + t P f P t Gambar 5. Pembebanan Pajak Ekspor X t X f Kuantitas Ekspor Sumber : Helpman dan Krugman dalam Rifin, 2005 Dampak pajakpungutan ekspor ini dapat dilihat pula pada komoditas ekspor CPO Crude Palm Oil. CPO adalah satu komoditas ekspor yang telah dikenakan pungutan ekspor. Sejak Maret 2001 sampai November 2005, ekspor CPO dikenakan tarif pungutan ekpor sebesar tiga persen. Pengaruh pengenaan pungutan ekspor terhadap harga, permintaan dan penawaran domestik dibandingkan dengan jika tidak dikenakan pungutan ekspor dapat dijelaskan pada Gambar 6. P Se 1 P Q 1 Q 5 Q 3 Q Industri CPO S d D P P 2 P 1 Q 4 Q 6 Q 2 Se 2 Se De Pe 1 Pe 2 Q Ekspor CPO Gambar 6. Dampak Pemberlakuan Pungutan Ekspor CPO terhadap Industri CPO Sumber : Puteri et al., 2006 Pada saat tidak dikenakan pungutan ekspor maka harga ekspor akan sama dengan harga domestik, yaitu sebesar P . Dengan harga tersebut, jumlah CPO domestik yang ditawarkan sebanyak Q 2 dan jumlah yang diminta perusahaan domestik sebanyak Q 1 , sehingga banyaknya yang diekspor sebesar Q 1 Q 2 . dengan pengenaan tarif pungutan eskpor sebesar tiga persen maka kurva penawaran akan bergeser Se ke kiri atas menjadi Se 1 . Pada saat itu harga ekspor sebesar Pe 1 , tetapi yang diterima eksportir sebesar P 1 , yang lebih rendah dari P . Akibatnya jumlah CPO domestik yang ditawarkan sebesar Q 4 sedangkan yang diminta oleh perusahaan domestik sebesar Q 1 . Hal ini berakibat jumlah yang diekspor berkurang menjadi Q 3 Q 4 lebih kecil dari Q 1 Q 2 . Penurunan harga CPO yang diterima eksportir berarti juga penurunan harga CPO yang diterima produsen CPO domestik . Jika harga CPO yang diterima produsen menurun akan mengakibatkan harga pembelian bahan baku CPO dalam hal ini tandan buah segar juga akan menurun, dan selanjutnya pendapatan petani sawit diduga juga menurun. Tarif pungutan ekspor CPO sejak Desember 2005 diturunkan dari tiga persen menjadi 1,5 persen. Dampak penurunan ini terhadap harga CPO, jumlah ekspor dapat dijelaskan pada Gambar 6. Penurunan tarif pungutan ekspor dari tiga persen menjadi 1,5 persen dapat digambarkan oleh pergeseran kurva penawaran ekspor dari Se 1 menjadi Se 2 . Dengan asumsi permintaan ekspor tetap, maka harga ekspor turun dari Pe 1 menjadi Pe 2 dan harga yang diterima produsen CPO eksportir meningkat dari P 1 menjadi P 2 . Akibatnya jumlah CPO domestik yang ditawarkan meningkat dari Q 6 , yang diminta turun dari Q 3 menjadi Q 5 dan yang diekspor meningkat dari Q 3 Q 4 menjadi Q 5 Q 6 . Disamping itu kenaikan harga CPO yang diterima produsen CPO diduga akan berdampak pada kenaikan harga tandan buah segar yang diterima produsen sawit dan selanjutnya diduga akan meningkatkan pendapatan petani sawit.

3.1.4 Integrasi Pasar