Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

tersebut yang menggunakan harga berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar dan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Besar kecilnya PDRB yang dapat dihasilkan oleh suatu wilayah dipengaruhi oleh jenis dan besarnya sumber daya alam yang telah dimanfaatkan, jumlah dan mutu sumber daya manusia, kebijaksanaan pemerintah, letak geografis, serta tersedianya sarana dan prasarana. PDRB dari suatu wilayah lebih menunjukkan pada besaran produksi suatu daerah, bukan pendapatan yang sebenarnya diterima oleh penduduk di daerah yang bersangkutan. Walaupun demikian PDRB merupakan data yang paling representatif dalam menunjukkan pendapatan dibandingkan dengan data-data yang lainnya.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan menggunakan analisis Location Quotient LQ telah banyak dilakukan sebelumnya seperti yang telah dilakukan oleh Sartono 2004 mengenai analisis peranan sektor basis perekonomian terhadap pembangunan wilayah Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa selama kurun waktu 1998-2002 Kabupaten Wonogiri memiliki 6 sektor basis pertanian, pertambangan, bangunan, pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa pada tahun 1998, sedangkan pada tahun 1999 hanya terdapat dua sektor basis karena sektor pertambangan, bangunan, keuangan dan jasa berubah menjadi bukan basis. Pada tahun 2000-2002 sektor basis menjadi empat sektor pertanian, pengangkutan, keuangan dan jasa. Pada penelitian ini dianalisis juga di tingkat lokal dan menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri masih mendominasi karena hampir di setiap kecamatan memiliki sektor basis pertanian kecuali Kecamatan Ngadirojo, Selogiri, Sidoharjo, Wonogiri dan Jatisrono. Efek pengganda dari hasil analisis yang dilakukan Sartono 2004 menunjukkan bahwa sektor pertanian yang merupakan sektor basis memberi dampak yang positif bagi pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonogiri. Sedangkan pada tingkat kecamatan dari hasil analisis basis ekonomi lokal di Kabupaten Wonogiri menunjukkan bahwa di masing-masing kecamatan mampu menghasilkan surplus pendapatan yang positif walaupun ada beberapa kecamatan yang surplus pendapatannya negatif. Kabupaten Wonogiri memiliki nilai kuosien spesialisasi dan lokalisasi yang lebih kecil dari satu sehingga dapat dikatakan masing-masing kecamatan belum menunjukkan tingkat spesialisasi dan lokalisasi yang tinggi pada sektor basis yang dimiliki sehingga hampir semua lapangan usaha yang di Kabupaten Wonogiri memiliki kecenderungan lokasi yang menyebar dan tidak ada yang terspesialisasi. Susanto 2004 dalam penelitiannya yang berjudul “Peran dan Potensi Sektor Pertanian Subsektor Tanaman Pangan Padi dan Palawija dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Bogor”, menyatakan bahwa sektor pertanian atau subsektor bahan pangan bukan merupakan basis karena nilai LQ kurang dari satu untuk Kabupaten Bogor. Akan tetapi pada tingkat kecamatan di Kabupaten Bogor memiliki komoditi basis pertanian tanaman padi dan palawija. Artinya, komoditi tersebut memiliki kepentingan relatif yang lebih tinggi untuk kecamatan-kecamatan tertentu dibanding kabupaten. Prihartanti 2005 penelitiannya berjudul ”Analisis Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif dalam Pembangunan Wilayah Pada Masa Otonomi Daerah Di Kabupaten Kudus”, melihat keunggulan komparatif dengan menggunakan nilai LQ dengan indikator NTB atau PDRB, selain itu juga dihitung efek pengganda pendapatan serta surplus pendapatan bagi daerah. Pada kerangka pemikirannya tingkat kecamatan dianggap sebagai wilayah bawah dan kabupaten dianggap sebagai wilayah atas dalam perhitungan LQ. Analisis yang digunakan dalam keunggulan kompetitif dihitung dengan analisis LQ dengan variabel yang digunakan adalah tingkat upaya pajak tax effort, investasi dalam bidang pendidikan, dan kemampuan otonomi daerah. Hasil analisis Kabupaten Kudus memiliki keunggulan komparatif terhadap Propinsi Jawa Tengah dalam sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran. Hasil analisis basis perekonomian lokal Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa setiap kecamatan di wilayah Kabupaten kudus mempunyai sektor basis. Sektor pertanian mempunyai nilai LQ paling tinggi di Kecamatan Undaan dan sektor basis yang paling banyak terdapat di wilayah Kabupaten Kudus adalah sektor listrik, gas dan air. Di wilayah Kabupaten Kudus tidak ada kecamatan yang berspesialisasi terhadap sektor perekonomian, berarti kegiatan ekonomi di Kabupaten Kudus relatif menyebar di semua kecamatan.

2.3. Kerangka Pemikiran