Prihartanti 2005 penelitiannya berjudul ”Analisis Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif dalam Pembangunan Wilayah Pada Masa
Otonomi Daerah Di Kabupaten Kudus”, melihat keunggulan komparatif dengan menggunakan nilai LQ dengan indikator NTB atau PDRB, selain itu juga dihitung
efek pengganda pendapatan serta surplus pendapatan bagi daerah. Pada kerangka pemikirannya tingkat kecamatan dianggap sebagai wilayah bawah dan kabupaten
dianggap sebagai wilayah atas dalam perhitungan LQ. Analisis yang digunakan dalam keunggulan kompetitif dihitung dengan analisis LQ dengan variabel yang
digunakan adalah tingkat upaya pajak tax effort, investasi dalam bidang pendidikan, dan kemampuan otonomi daerah.
Hasil analisis Kabupaten Kudus memiliki keunggulan komparatif terhadap Propinsi Jawa Tengah dalam sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel
dan restoran. Hasil analisis basis perekonomian lokal Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa setiap kecamatan di wilayah Kabupaten kudus mempunyai
sektor basis. Sektor pertanian mempunyai nilai LQ paling tinggi di Kecamatan Undaan dan sektor basis yang paling banyak terdapat di wilayah Kabupaten
Kudus adalah sektor listrik, gas dan air. Di wilayah Kabupaten Kudus tidak ada kecamatan yang berspesialisasi terhadap sektor perekonomian, berarti kegiatan
ekonomi di Kabupaten Kudus relatif menyebar di semua kecamatan.
2.3. Kerangka Pemikiran
Pembangunan wilayah ditujukan untuk pengembangan masyarakat di dalam suatu wilayah. Pembangunan wilayah membutuhkan alokasi sumber daya
yang optimal, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang
diharapkan akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB yang optimal. Suksesnya pembangunan di suatu wilayah dapat dilihat dari bagaimana
peranan struktur perekonomiannya. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan
keberhasilan ekonomi suatu wilayah adalah pembentukkan PDRB yang dapat dihitung dengan melihat bagaimana nilai tambah yang dihasilkan setiap sektor
ekonominya. Dengan demikian struktur perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh kemampuan tiap-tiap sektor dalam pencapaian nilai tambah. Dari struktur
perekonomian akan didapatkan gambaran secara umum tentang potensi ekonomi suatu wilayah yang akan bermanfaat bagi pembangunan wilayah tersebut.
Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional, dimana keberhasilan pembangunannya
ditentukan oleh struktur perekonomian setiap kabupatenkotanya. Masing-masing kabupatenkota di Jawa Barat mempunyai keunggulan yang tergantung pada letak
wilayah, sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu, sektor unggulan tersebut harus diketahui agar dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Perekonomian setiap kabupatenkota dapat dicerminkan oleh besarnya
PDRB yang diperoleh dan tingkat penyerapan tenaga kerja pada masing-masing sektor perekonomian. Kriteria sektor unggulan dapat dilihat dari kontribusinya
yang tinggi terhadap perekonomian wilayah tersebut, jadi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan wilayahnya tetapi juga dapat disalurkan atau diekspor ke
wilayah lain yang disebut dengan sektor basis. Hal ini akan meningkatkan pendapatan, output dan penyerapan tenaga kerja wilayah tersebut.
Berdasarkan Gambar 2.1, sektor unggulan suatu wilayah dapat diketahui dengan melihat nilai LQ dimana indikator yang digunakan adalah indikator
pendapatan yaitu Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Perhitungan LQ setiap kabupaten dan kota dianggap sebagai wilayah bawah dan propinsi dianggap
sebagai wilayah atas. Sektor yang menjadi basis adalah sektor yang memiliki nilai LQ lebih besar dari satu yang artinya sektor tersebut mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain. Pada penelitian ini juga dihitung nilai surplus pendapatan dan kontribusi sektor basis sehingga dapat
terlihat sektor unggulan berdasarkan nilai LQ, nilai surplus pendapatan dan nilai kontribusi sektor basis.
Selain berkaitan dengan kemampuan ekspor, sektor unggulan juga harus memiliki andil yang tinggi dalam perekonomian masyarakat yang dapat diketahui
dari nilai distribusi persentase PDRBnya. Semakin besar nilai persentase PDRB suatu sektor di wilayah tersebut, maka menunjukkan bahwa sektor tersebut
merupakan sektor unggulan, selanjutnya bagaimana penyerapan tenaga kerja setiap sektor dan tingkat kesejahteraanya juga akan dibahas dalam kaitannya
dengan penentuan sektor unggulan kabupatenkota di Jawa Barat.
Pembangunan Wilayah
Jawa Barat
Perekonomian Kabupaten
Kota
PDRB
Sektor Unggulan
Surplus Pendapatan
Kontribusi Sektor Basis
Tenaga Kerja
Distribusi Persentase
Sektoral LQ
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
III. METODE PENELITIAN
3.1. Cakupan Wilayah Penelitian
Wilayah kabupaten dan kota di Propinsi Jawa Barat dijadikan sebagai objek penelitian. Pemilihan wilayah tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa
kabupaten dan kota di Jawa Barat memiliki struktur perekonomian yang cukup kompleks dan sektor-sektor ekonomi yang berkembang cukup beragam sehingga
sangat menarik untuk dianalisis. 3.2.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series selama lima tahun dari tahun 2000 sampai tahun 2004.
Data sekunder tersebut meliputi data Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993 dan jumlah tenaga kerja pada setiap sektor di
kabupaten dan kota serta Propinsi Jawa Barat. Data sekunder ini berasal dari instansi yang terkait, yaitu Biro Pusat Statistik Pusat dan Propinsi Jawa Barat serta
literatur-literatur yang relevan dengan tujuan penelitian.
3.3. Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan kondisi wilayah
serta keragaan pembangunan yang ada di kabupaten dan kota di Propinsi Jawa Barat sedangkan metode kuantitatif digunakan dalam perhitungan hal-hal yang
berkaitan dengan tujuan penelitian.