Tinjauan Pustaka MODEL KALIBRASI GINGEROL DAN KURKUMIN

Deviasi dapat diinterpretasikan sebagai rata-rata selisih nilai dugaan dan pengukuran dalam himpunan prediksi. Ketelitian suatu model accuracy dapat dilihat dari nilai RMSEP yang kecil. Sedangkan untuk mengukur ketepatan suatu model precision nilai SEP dapat dijadikan sebagai bahan evalusi. Hubungan RMSEP dan SEP dapat ditulis dalam bentuk : RMSEP 2 ≈ SEP 2 + DEVIASI 2 6.5 Alasan mengapa persamaan di atas tidak tepat sama adalah bahwa pembagi yang digunakan dalam menghitung SEP adalah N p -1 sedangkan RMSEP adalah N p . Sehingga dapat diuraikan bahwa perbedaan antara ketelitian accuracy dan ketepatan precision adalah, ketepatan mengacu pada perbedaan antara pengulangan pengukuran, sedangkan ketelitian mengacu pada perbedaan antara nilai dugaan dan nilai pengkuran.Naes et al. 2002. Kriteria lain yang banyak digunakan untuk validasi model adalah nilai koefisien korelasi antara nilai y pengukuran dan dugaannya pada contoh pengujian, Hildrum et al. 1983 dalam Naes et al. 2002 menyebutnya sebagai Relatif Ability of Prediction RAP, dan melihat plot antara keduanya. Model dikatakan baik jika pengamatannya berada pada garis lurus yang membentuk sudut 45 . Sehingga plot tersebut juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi daerah dengan tingkat ketelitian pendugaan yang berbeda Naes et al. 2002. Analisis Kesejajaran dengan Pendekatan Uji Ragam Erfiani et al 2004 melakukan kajian beberapa metode pendekatan untuk melihat kesamaan pola spektrum keluaran FTIR. Kesamaan pola spektrum dapat didekati dengan melihat kesejajaran pola spektrum. Beberapa metode yang dicobakan adalah analisis kesejajaran menggunakan pendekatan Regresi Sederhana, pendekatan uji ragam serta pendekatan metode titik balik. Pada pendekatan uji ragam, pengujian kesejajaran dua buah kurva dilakukan dengan cara menguji ragam dari selisih dua kurva tersebut. Jika Y 1 dan Y 2 kurva yang merupakan fungsi dari X yang diperoleh dari pengamatan atau Y 1i =fX i dan Y 2i =fX i dengan i=1,..., n. Jarak antar pengamatan pada kedua kurva tersebut di=|Y 1i -Y 2i | mempunyai ragam sama dengan nol jika kedua kurva tersebut sejajar. Pengujian hipotesis ragam sama dengan nol, menggunakan statistik uji : 2 2 2 1 σ χ d hitung s n − = ... 6.6 Hipotesisnya adalah : H : 2 σ = 0 6.7 H 1 : 2 σ ≠ 0 ÷ 2 hitung memiliki sebaran Khi-kuadrat dengan derajat bebas n-1. Kesimpulan Tolak H dapat diartikan kedua kurva tidak sejajar. B ila nilai ó 2 mendekati nol maka persamaan 6.6 akan menghasilkan nilai 2 χ hitung sebesar tak hingga dan hal tersebut akan cenderung menolak H berapapun besar 2 d S . Oleh karena itu uji tersebut perlu dimodifikasi, salah satunya dengan cara merubah konstan nol pada hipotesis menjadi suatu konstanta k yang nilainya mendekati nol. Konstanta k merupakan batasan nilai suatu ragam masih dianggap nol. Bila k merupakan suatu besaran ragam pembanding 2 σ yang diduga dari contoh berukuran n, maka persamaan 6.7 dapat dimodifikasi menjadi bentuk hipotesis sebagai berikut: H : 2 2 σ σ = atau H : 1 2 2 = σ σ 6.8 H 1 : 2 2 σ σ ≠ H 1 : 1 2 2 ≠ σ σ Statistik uji yang digunakan adalah F hit = 2 2 S S , akan mengikuti sebaran F n-1, n-1

D. Bahan dan Metode

Data yang digunakan adalah data hasil pengukuran HPLC dan FTIR pada ekstrak rimpang Jahe dan Temulawak. Hasil pengukuran HPLC berupa konsentrasi Gingerol dari serbuk rimpang Jahe dan konsentrasi Kurkumin dari serbuk rimpang Temulawak. Hasil pengukuran FTIR berupa persen transmitan Gingerol dari serbuk rimpang Jahe dan persen transmitan Kurkumin dari serbuk rimpang Temulawak pada interval bilangan gelombang tertentu. Simplisia contoh rimpang jahe dan temulawak diperoleh dari tiga sumber yaitu: 1. Data hasil pengamatan rimpang temulawak dan jahe dua daerah sentra produksi tanaman obat yaitu Kulonprogo-Jawa Tengah dan Karanganyar-D.I. Yogyakarta. Pengamatan dilakukan pada periode waktu 27 juli 2003 sampai dengan 1 agustus 2003. Pada masing-masing contoh dilakukan pengamatan ulangan sebanyak dua kali 2. Data hasil percobaan rimpang temulawak di Kebun percobaan Biofarmaka- IPB yang berlokasi di Cikabayan-Bogor. Percobaan dilakukan pada masa tanam oktober 2003 sampai dengan agustus 2004. Faktor yang dicobakan terhadap tanaman temulawak ada 2 faktor, yaitu: a. Faktor Pupuk Organik dengan 2 taraf pemberian pupuk yaitu K0 = 0 tonha K1 = 5 tonha b. Pupuk anorganik dengan 4 taraf pada N= 60 kgHa dan K 2 O= 75 kgHa, yaitu: P0 : dosis pupuk P2O5 = 0 kgHa P30 : dosis pupuk P2O5 = 30 kgHa P60 : dosis pupuk P2O5 = 60 kgHa P90 : dosis pupuk P2O5 = 90 kgHa Rancangan yang digunakan adalah rancangan faktorial acak kelompok dengan 8 jenis kombinasi perlakuan. Dalam percobaan ini rimpang temulawak diperlakukan dibawah naungan. Jumlah kelompok ulangan dalam percobaan ini ditetapkan 3 kelompok sehingga percobaan ini memerlukan sebanyak 24 petak percobaan 3. Pembelian contoh rimpang jahe dan temulawak yang berasal dari Balitro, Bogor, Majalengka dan Sukabumi. Pada masing-masing contoh dilakukan pengamatan ulangan sebanyak dua kali Jumlah contoh rimpang Jahe dan Temulawak untuk keseluruhan tersaji pada Tabel 14.