Bahan dan Metode MODEL KALIBRASI GINGEROL DAN KURKUMIN
Gingerol dari serbuk rimpang Jahe dan persen transmitan Kurkumin dari serbuk rimpang Temulawak pada interval bilangan gelombang tertentu.
Simplisia contoh rimpang jahe dan temulawak diperoleh dari tiga sumber yaitu:
1. Data hasil pengamatan rimpang temulawak dan jahe dua daerah sentra produksi tanaman obat yaitu Kulonprogo-Jawa Tengah dan Karanganyar-D.I.
Yogyakarta. Pengamatan dilakukan pada periode waktu 27 juli 2003 sampai dengan 1 agustus 2003. Pada masing-masing contoh dilakukan pengamatan
ulangan sebanyak dua kali 2. Data hasil percobaan rimpang temulawak di Kebun percobaan Biofarmaka-
IPB yang berlokasi di Cikabayan-Bogor. Percobaan dilakukan pada masa tanam oktober 2003 sampai dengan agustus 2004. Faktor yang dicobakan
terhadap tanaman temulawak ada 2 faktor, yaitu: a. Faktor Pupuk Organik dengan 2 taraf pemberian pupuk yaitu
K0 = 0 tonha K1 = 5 tonha
b. Pupuk anorganik dengan 4 taraf pada N= 60 kgHa dan K
2
O= 75 kgHa, yaitu:
P0 : dosis pupuk P2O5 = 0 kgHa P30 : dosis pupuk P2O5 = 30 kgHa
P60 : dosis pupuk P2O5 = 60 kgHa P90 : dosis pupuk P2O5 = 90 kgHa
Rancangan yang digunakan adalah rancangan faktorial acak kelompok dengan 8 jenis kombinasi perlakuan. Dalam percobaan ini rimpang
temulawak diperlakukan dibawah naungan. Jumlah kelompok ulangan dalam percobaan ini ditetapkan 3 kelompok sehingga percobaan ini
memerlukan sebanyak 24 petak percobaan 3. Pembelian contoh rimpang jahe dan temulawak yang berasal dari Balitro,
Bogor, Majalengka dan Sukabumi. Pada masing-masing contoh dilakukan pengamatan ulangan sebanyak dua kali
Jumlah contoh rimpang Jahe dan Temulawak untuk keseluruhan tersaji pada Tabel 14.
Tabel 14 Jumlah pengamatan rimpang Jahe dan rimpang Temulawak Sumber
Jahe Temulawak
Kulonprogo 4
6 Karanganyar
10 4
Balitro 2
2 Bogor
2 2
Majalengka 2
- Sukabumi
- 2
K0P0 -
3 K0P30
- 3
K0P60 -
3 K0P90
- 3
K1P0 -
3 K1P30
- 3
K1P60 -
3 K1P90
- 3
Total 20
40 Pada penelitian ini Spektrometer IR yang digunakan adalah Spektrometer IR
IRP restige-21FTIR-8400s, Shimadzu Fourier Transform Infrared Spektrophotometer dengan spesifikasi resolusi: 4 cm
-1
, pada kisaran bilangan gelombang : 400 cm
-1
–4000 cm
-1
dan scan : 10. Struktur matriks data keluaran FTIR tersaji pada Tabel 15.
Keluaran HPLC berupa konsentrasi Gingerol untuk setiap contoh ekstrak rimpang Jahe dan konsentrasi Kurkumin untuk setiap ekstrak rimpang
Temulawak. Tabel 16 menyajikan struktur data keluaran HPLC.
Tabel 15 Matriks data persentase transmitan keluaran FTIR
Bilangan Gelombang cm
-1
Sampel 3996.249 3994.320 3992.391 3990.462 3988.534 3986.605
……. 399.239 1
2 .
. n
Tabel 16 Struktur data konsentrasi Gingerol Contoh
1 2
3 …..
n Konsentrasi Gingerol
Tahapan analisis dalam penyusunan model kalibrasi dapat diuraikan dalam bentuk diagram seperti tersaji pada Gambar 16. Pada tahap awal dilakukan
pengujian kesamaan pola spektrum keluaran FTIR. Tahapan ini dilakukan dengan tujuan memperoleh gambaran kesamaan pola spektrum antar pengamatan pada
daerah yang sama atau antar pengamatan pada daerah yang berbeda. Hasil yang diperoleh dapat menjadi acuan penentuan banyaknya model kalibrasi yang harus
dibuat untuk setiap senyawa aktif. Apabila antara daerah memiliki pola spektrum yang berbeda, maka model kalibrasi dibuat untuk setiap daerah amatan.
Sebaliknya bila antara daerah memiliki pola spektrum yang sama untuk suatu senyawa aktif, maka cukup dibuat satu model kalibrasi untuk setiap senyawa aktif.
Dua pola spektrum akan memiliki pola yang sama bila kedua spektrum tersebut sejajar. Pada uraian berikutnya kesamaan pola spektrum disebut sebagai
kesejajaran spektrum. Langkah awal pada pengujian kesejajaran spektrum adalah penentuan konstanta k, yang merupakan batasan besaran ragam selisih persentase
transmitan dari dua spektrum yang dianggap sejajar. Pada tahap ini dihitung ragam selisih persentase transmitan antar ulangan pada setiap contoh. Maksimum
ragam yang diperoleh digunakan sebagai k dalam pengujian hipotesis kesejajaran spektrum.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian kesejajaran spektrum antara contoh dalam daerah yang sama. Bila ternyata spektrum antara contoh
dalam suatu daerah tidak sejajar maka model kalibrasi dibentuk untuk setiap contoh. Bila antara contoh tersebut memiliki spektrum yang sejajar, maka
dilanjutkan dengan pengujian kesejajaran spektrum antara daerah yang berbeda. Model kalibrasi akan dibuat untuk setiap daerah bila pola spektrum antara setiap
daerah tidak sejajar, sebaliknya bila pola spektrum antara daerah sejajar akan dibuat satu model kalibrasi untuk keseluruhan daerah.
Data keluaran FTIR berupa persentase transmitan dan bilangan gelombang umumnya berupa matriks data yang berukuran besar. Keterbatasan perangkat
lunak yang tersedia serta untuk mempercepat proses, data keluaran FTIR terlebih dulu direduksi menggunakan pendekatan regresi terpenggal seperti dibahas pada
BAB III. Tahapan selanjutnya dibuat model kalibrasi antara data hasil reduksi dengan
data konsentrasi keluaran HPLC menggunakan pendekatan Bayes hirarki terbaik yang diperoleh dari hasil kajian pada BAB IV. Data yang dimiliki dibagi menjadi
dua, sebagian untuk penyusunan model dan sebagian lagi untuk validasi model. Kebaikan model yang dihasilkan diukur menggunakan Jumlah Kuadrat Galat
JKG dan Root Mean Square Error Prediction RMSEP.