Pengaruh Asam Jengkolat Terhadap Ginjal

terfosforilasi sebagai fosfokreatin dan dalam keadaan bebas. Kreatinin dalam jumlah sedikit sekali juga terdapat dalam urin normal. Kreatinin adalah anhidrida dari kreatin, dibentuk sebagian besar dalam otot dengan pembuangan air dari kreatin fosfat secara tidak reversibel dan nonenzimatik. Kreatinin bebas terdapat dalam darah dan urin, pembentukan kreatinin adalah langkah permulaan yang diperlukan untuk ekskresi sebagian besar kreatin. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah, di antaranya adalah gagal ginjal, perubahan masa otot, nutrisi, aktifitas fisik, dan proses inflamasi Murray et al., 2009. Metabolisme kreatin yang dikeluarkan melalui ginjal. Konsentrasi kreatinin yang terkandung di dalam urin merupakan petunjuk penting terhadap kerusakan ginjal, Kreatinin dibentuk oleh tubuh dari pemecahan senyawa kreatin dan fosfokreatin dimana jumlah kreatinin sekitar 2 dari total keratin. Kadar kreatinin yang tinggi 8 kali lebih umum ditemukan di antara para pengidap hipertensi dibanding individu lain yang tekanan darahnya normal. Kadar ureum dan kreatinin yang tinggi dapat menyebabkan komplikasi tambahan yaitu menyebabkan syok uremikum Setyaningsih et al., 2013.

2.5.2. Ureum

Ureum adalah suatu molekul kecil yang mudah berdifusi kecairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya dipekatkan pada urin dan dieskresi. Jika dalam keadaan normal, setiap hari urine yang dikeluarkan adalah senilai 25mg. Ureum merupakan produk akhir metabolisme nitrogen yang penting pada manusia, yang disintesa dari amonia, karbon dioksida, dan nitrogen amida aspatat Murray et al., 2009. Ureum berasal dari penguraian protein terutama protein yang berasal dari makanan, oleh karena itu ureum dipengaruhi jumlah protein dalam diet. Ureum merupakan molekul dari amonia yang dibentuk pada proses deaminasi asam amino dalam hati. Kadar urea dalam darah orang dewasa adalah 8−25 mgdl, dan kadar ureum dalam serum normal adalah 10−50 mgdl. Menurut Malole dan Pramono 1989, nilai normal kadar ureum pada tikus adalah 15−21 mgdl. Jika kuantitas ureum melebihi batas normal akan mengakibatkan tingginya kandungan ureum dalam darah dan umumnya terjadi pada penderita gagal ginjal Murray et al., 2009.

2.6. Kerangka Penelitian

2.7.1. Kerangka Teori

Asam jengkolat merupakan senyawa sejenis asam amino non-protein yang mengandung unsur sulfur. Dalam suasana asam, asam jengkolat dapat mengkristal dan sukar larut dalam air Bunawan et al., 2013. Mengkonsumsi biji jengkol mentah atau setengah matang diduga berperan memberikan potensi risiko terjadinya keracunan jengkol karena asam jengkolat yang terkandung dalam biji jengkol mentah masih dalam keadaan utuh dan aktif. Namun demikian tidak semua orang yang mengkonsumsi jengkol akan mengalami keracunan karena faktor utama penyebab kejadian keracunan akibat jengkol tergantung pada daya tahan tubuh seseorang, dalam hal ini kondisi lambung, reaksi alergi, dehidrasi, usia biji jengkol, jumlah jengkol yang dikonsumsi atau cara memasaknya Ibrahim et al., 2012. Asam jengkolat mudah dan cepat diabsorpsi oleh usus halus dan dapat ditemukan pada urin penderita dengan bentuk yang tidak berubah. Hal tersebut menunjukan bahwa asam jengkolat tidak mengalami metabolism dalam hati. Di dalam darah, asam jengkolat ditransportasikan dalam bentuk ikatan longgar dengan albumin sehingga dengan mudah lolos dari saringan glomerulus Bunawan et al., 2014. Asam jengkolat yang telah mengkristal dapat bersifat nefrotoksik. Karena Kristal tersebut banyak mengendap pada bagian tubulus dari ginjal yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan tubulus. Kadar nitrogen yang ada dalam jengkol juga dapat menyebabkan azotemia pada kadar yang tinggi sehingga menimpulkan nyeri spasme, obstruksi saluran urinari hingga gagal ginjal akut Bunawan et al., 2013. Dalam menegakkan diagnosis gagal ginjal akut diperlukan pemeriksaan berulang fungsi ginjal yaitu kadar ureum, kreatinin atau laju filtrasi glomerulus Markum, 2009.

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR LDL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN

4 32 62

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN PENINGKATAN KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague Dawley YANG DIINDUKSI ALOKSAN

5 49 55

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithechellobium lobatum Benth.) Terhadap Kadar Trigliserida pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley yang Diinduksi Aloksan

1 25 63

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR HDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

1 10 59

PENGARUH PEMBERIAN HERBISIDA GOLONGAN PARAQUAT DIKLORIDA PER-ORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

3 13 78

PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96% BIJI JENGKOL (Pithecollobium Jiringa) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GASTER DAN BERAT GASTER TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 14 68

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH PADA GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 4 65

PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

1 8 50

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 26 71