3 Media Audio-Visual
Media ini merupakan kombinasi audio dan visual. Apabila menggunakan media ini akan semakin lengkap dan optimal penyajian bahan
ajar kepada para peserta didik. Selain dari itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat pula menggantikan peran dan tugas pendidik. Pendidik tidak
harus selalu berperan sebagai penyaji materi tetapi karena penyajian materi bisa diganti oleh media maka peran pendidik bisa beralih menjadi fasilitator
belajar yaitu memberikan kemudahan bagi para peserta didik untuk belajar. Media audio-visual dalam pembelajaran cerita pendek dapat berupa
rekaman pembacaan cerita pendek, mengubah cerita pendek ke bentuk film atau yang biasa disebut sinematisasi cerita pendek. Kelemahan media audio-
visual yaitu keterbatasan biaya serta penerapannya yang harus mampu mencakup aspek indera pendengaran dan penglihatan. Namun, media ini
memiliki sisi kemenarikan dibandingkan media lain selebih apabila cerita pendek disuguhkan dalam bentuk film atau sinematisasi cerita pendek.
2.2.5.3 Pengertian Sinematisasi
Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari bahasa Latin kinema yang berarti gambar. Sinematografi sebagai
ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian
gambar yang dapat menyampaikan ide dapat mengemban cerita. Sinemtisasi cerita pendek berarti mengubah cerita pendek ke bentuk sinema atau film.
Menurut Pratista 2008: 1 sebuah film terbentuk dari dua unsur, yaitu unsur naratif dan unnsur sinematik. Unsur naratif berhubungan dengan aspek
cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif dan setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi,
waktu, serta lainnya-lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan. Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu merupakan
elemen-elemen pokok pembentuk suatu narasi. Film merupakan suatu karya seni yang ditayangkan dalam bentuk audio-
visual. Sumarno 1996:28 menyatakan bahwa sebagai karya seni, film terbukti mempunyai kemampuan kreatif. Media film mempunyai kesanggupan untuk
menciptakan suatu realitas rekaan sebagai bandingan terhadap realitas. Realitas imajiner itu dapat menawarkan rasa keindahan, renungan, atau sekadar hiburan.
Dalam tampilannya, film sudah memiliki tema dan alur cerita yang cukup jelas karena dalam pembuatan sebuah film, semua skenario sudah dipersiapkan dengan
matang. Selain sebagai karya seni, film disebut juga gambar hidup motion pictures, yaitu serangkaian gambar diam still pictures yang meluncur secara
cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film merupakan media yang menyajikan pesan audio visual dan gerak. Oleh karena itu,
film memberikan kesan yang impresif bagi pemirsanya. Selain itu, film juga dapat diartikan sebagai gambar-gambar dalam frame yang mana frame demi frame
diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film biasanya digunakan untuk hiburan, dokumentasi, dan
pendidikan.
Dalam satu penggunaan, film adalah medium komunikasi massa, yaitu alat penyampaian berbagai jenis pesan dalam peradaban modern saat ini, Sumarno
1996:27. Sebagai alat penyampaian berbagai jenis pesan, film diharapkan memberikan informasi atau tayangan yang sesuai dengan fakta yang ada di
lapangan. Film menggunakan bahasa sebagai alat untuk memberikan informasi kepada pemirsanya. Bahasa diibaratkan sebagai jembatan yang menghubungkan
penyampaian informasi di layar kaca dengan pemirsa atau masyarakat yang menyaksikan film tersebut. Jadi, media film tidak bisa dipisahkan dengan bahasa.
2.2.5.4 Struktur Film