Keterkaitan Antara Hukum dan Ekonomi dalam Perspektif Teori Hukum dan Ekonomi
9. Teori Persaingan
Ada dua kata kunci yang harus diingat dalam ilmu ekonomi, yaitu kebutuhan yang tidak terbatas (unlimited needs) pada satu sisi dan sumber daya yang terbatas (limited resources) pada sisi yang lain. Ketidakseimbangan kedua sisi tersebut memunculkan masalah ekonomi (economic problem). Pada hakikatnya, kunci untuk mengatasi masalah ekonomi adalah melakukan alokasi
The World Bank, 2004, Village Justice In Indonesia, Jakarta, 2004, Hlm. 100.
Dasar-dasar Pemikiran Hukum Ekonomi Indonesia
sumber daya yang tepat, karena kebutuhan sifatnya tidak terbatas, maka tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Oleh karena itu, pilihan menjadi konsekuensi logis dari upaya
pemenuhan kebutuhan tersebut. 23 Limited resources tentu saja menjadi rebutan dari pelaku ekonomi untuk menguasai dan memanfaatkannya. Jika tidak diatur oleh hukum niscaya terjadi persaingan yang sengit dan cenderung destruktif, yang akibatnya menjadi tidak produktif. Hukum perlu mengatur persaingan tersebut agar dilakukan secara sehat dan produktif melalui instrumen hukum persaingan usaha.
10. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
Kegiatan ekonomi atau bisnis telah lama dijangkiti berbagai mitos, antara lain bisnis immoral, bisnis amoral, bisnis maksimalisasi keuntungan dan bisnis sebagai permainan yang mau memisahkan bisnis dari etika. Padahal adanya bisnis tidak bisa tidak sudah mengasumsikan adanya etika. Setelah terjadi banyak skandal pelanggaran moral oleh pelaku bisnis, barulah semua tersadar betapa pentingnya etika dalam dunia bisnis, sehingga muncul bidang studi khusus etika bisnis. Etika bisnis dalam praktiknya banyak menemui kesulitan karena pelaku bisnis
menolak. 24 Bisnis di satu sisi dituntut untuk mendapatkan keuntungan dan mempertahankan keberadaannya, disisi lain dituntut ikut mengatasi persoalan masyarakat atau memberi konstribusi pada masyarakat. Oleh karena itu, penting adanya
kesadaran moralitas dan tanggung jawab. 25
CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) sesungguhnya lebih berdimensi etis (moral/etika). Sesuatu yang seharusnya dilakukan
Andi Fahmi Lubis, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, KPPU RI dan Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, Jakarta, 2009, Hlm. 21.
24 Gunardi Endro, Redefinisi Bisnis Suatu Penggalian Etika Keutamaan Aristoteles, PPM, Jakarta, 1999, Hlm. cover belakang.
25 Ibid, Hlm. 173.
Bab II. Dialektika Hukum dan Ekonomi
oleh pelaku usaha atau badan usaha meskipun tidak ada peraturan perundang-undangan yang mewajibkannya. CSR sesungguhnya merupakan konsekuensi dari manusia sebagai makhluk sosial, makhluk yang bermasyarakat yang tidak bisa hidup tanpa bergaul dengan manusia lain dan oleh karenanya tidak bisa melepaskan diri dari tanggung jawab terhadap orang lain. Ajaran etika, mewajibkan setiap orang, setiap pihak manapun berbuat baik, tidak merugikan pihak lain baik sesama manusia, makhluk hidup lain dan alam semesta. Berdasarkan etika/moral, pelaku usaha atau badan usaha yang tidak ingin berbuat baik kepada orang lain dan lingkungannya dapat dinyatakan pelaku usaha atau badan usaha tersebut adalah buruk (tidak bermoral), karena prinsip etika adalah penilaian tentang baik dan buruk.
CSR secara umum merupakan kontribusi menyeluruh dari pelaku usaha terhadap pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari kegiatan usahanya. Substansi CSR merefleksikan kemampuan pelaku usaha beradaptasi dengan lingkungannya, masyarakat dan stakeholder terkait baik lokal, nasional maupun global. CSR mengandung makna bahwa pelaku usaha memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi hukum, menjunjung integritas, dan tidak korup, serta berbisnis secara etis. CSR juga dianggap sebagai jawaban terhadap praktik bisnis yang melulu untuk mencari
keuntungan sebesar-besarnya, 26 dengan tanpa peduli kepada masyarakat dan lingkungan.
Di Indonesia CSR secara normatif sudah diwajibkan berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 15 Huruf (b), Pasal 34 Ayat (1) dan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 74. Jadi CSR memiliki dua tanggung jawab sekaligus, yaitu tanggung jawab mentaati hukum (legal responsibility) dan tanggung jawab sosial dan lingkungan hidup (environmental and social responsibility).
Erni Trisnawati Sule dalam Elvinaro Ardianto dan Dindin M. Machfmudz, Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR, PT. Elek Media Komputindo, Jakarta, 2011, Hlm. 35
Dasar-dasar Pemikiran Hukum Ekonomi Indonesia