Karakteristik Hukum Ekonomi
C. Karakteristik Hukum Ekonomi
Karakteristik atau sifat atau kekhasan dari hukum ekonomi dipengaruhi oleh meleburnya aspek-aspek hukum privat dan hukum publik, perkembangan IPTEKS yang memacu perkembangan ekonomi, dan semakin banyaknya perjanjian internasional (multilateral) yang dibuat dan diratifikasi oleh negara-negara anggotanya. Paling tidak ada empat karakteristik yang menonjol, yaitu:
1. Berdimensi privat dan publik
Lahirnya disiplin hukum ekonomi membuka sekat-sekat pembidangan hukum yang kaku (hukum perdata dan hukum publik). Aspek kepentingan pribadi dan kepentingan publik hanya bisa dipisahkan dalam tataran teoritis semata, tetapi ketika hukum dihadapkan pada realitas empiris pemisahan tersebut tidak berlaku karena antara kepentingan pribadi dan kepentingan publik saling
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta, Cetakan Ke-18, 2011, Hlm. 163. 31 Ibid, Hlm. 165.
Dasar-dasar Pemikiran Hukum Ekonomi Indonesia
terkait, yang kedua-duanya wajib dilindungi oleh hukum. Misalnya pada jual beli barang atau jasa yang pada masa lalu tunduk pada hukum privat (hukum perdata) saja, di masa sekarang tidak lagi. Kehadiran Undang-undang Perlindungan Konsumen mewajibkan pelaku usaha melindungi kepentingan publik dan melengkapi persyaratan
agar produk yang diperjualbelikan sah secara hukum. Demikian juga pada kegiatan perbankan, penanaman modal dan kekayaan intelektual.
Bidang hukum yang paling dinamis sepertinya adalah hukum ekonomi. Hal ini dipengaruhi oleh semakin terkoneksinya perekonomian antar negara, sehingga secara internasional dirasakan penting hubungan perekonomian tersebut diatur oleh aturan yang bersifat internasional. Maka kemudian lahirlah berbagai perjanjian internasional dan kerja sama internasional dalam bidang ekonomi, seperti WTO, OECD, dan WIPO. Perjanjian dan kerja sama internasional tersebut mengikat setiap negara anggotanya untuk menyesuaikan peraturan perundang-undangan bidang ekonomi sesuai dengan isi kesepakatan internasional.
Selain itu, perkembangan IPTEKS makin mendinamisasi hukum
dibuktikan bahwa perekonomian semakin maju dan berkembang jika bersandar pada IPTEKS. IPTEKS mampu memacu pertumbuhan ekonomi melalui penggunaan berbagai teknologi dalam proses produksi (mesin- mesin modern, sistem komputerisasi) sehingga lebih efektif dan efisien, dengan kualitas produk yang semakin baik. Demikian pula dalam pemasaran produk, tidak hanya off line tetapi juga on line (teknologi internet) . Bermunculan hal-hal baru yang harus mampu diantisipasi oleh hukum ekonomi agar kemajuan perekonomian tidak berdampak negatif. Maka kemudian lahir Undang-undang Persaingan Usaha, Undang-undang Perlindungan Konsumen, Undang-undang Standar Nasional Indonesia, Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-undang Hak Kekayaan
ekonomi.
Terutama
setelah
Bab II. Dialektika Hukum dan Ekonomi
Intelektual, Undang-undang Pencucian Uang, Undang-undang Pornografi, Undang-undang Perfilman, dan masih banyak lagi.
3. Multidisipliner
Sebenarnya sejak dulu ilmu hukum bersifat multidisipliner, hanya saja terlalu kuatnya pengaruh pemikiran positivisme hukum membuat para konseptor hukum dan aparatur penegak hukum mengisolasikan hukum dari ilmu lain dan berkutat pada apa yang tertulis di dalam hukum positif, jargon tujuan menjamin kepastian hukum mengalahkan tujuan keadilan dan kemanfaatan hukum. Konseptualisasi
dan
pembangunan
hukum ekonomi dan
penegakan hukum tidak bisa hanya menggunakan disiplin ilmu hukum dan ekonomi, tetapi membutuhkan keterlibatan disiplin ilmu lain seperti ilmu politik, ilmu sosial dan budaya, ilmu lingkungan, ilmu teknologi informasi, ilmu eksakta dan disiplin ilmu terkait lainnya.
4. Transnasional
Transnasional diartikan bahwa hukum ekonomi yang keberlakuannya bersifat teritorial (yurisdiksi nasional) juga bersifat transnasional karena adanya keterikatan terhadap perjanjian internasional, misalnya WTO. Ketentuan WTO mengharuskan setiap negara anggotanya melakukan notifikasi dan publikasi terhadap semua peraturan terkait ekonomi dan perdagangan ke
Sekretariat WTO (misalnya ketentuan Article 55. kewajiban
notifikasi kebijakan impor, Article 15.2 kewajiban notifikasi terkait
hambatan dalam perdagangan). Negara anggota lain dapat
mengajukan keberatan dan gugatan jika peraturan yang ditetapkan oleh suatu negara dianggap merugikan negara lain berdasarkan ketentuan WTO.
Dasar-dasar Pemikiran Hukum Ekonomi Indonesia