Permasalahan Pelaksanaan LP2B

7.1. Permasalahan Pelaksanaan LP2B

Kegiatan evaluasi LP2B di beberapa wilayah kajian telah menghasilkan banyak informasi yang penting sebagai bahan kebijakan. Informasi yang diperoleh salah satunya adalah bagaimana proses penetapan LP2B di dalam RTRW ataupun di dalam Perda Kabupaten. Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai pelaku di daerah, seperti Bappeda kabupaten, Dinas Pertanian/Tanaman Pangan di kabupaten, dan kelompok tani, maka diidentifikasi berbagai permasalahan yang timbul. Secara umum, permasalahan lebih didominasi dari proses perencanaan dan penetapan LP2B di dalam RTRW ataupun Perda. Adapun beberapa permasalahan spesifik dari masing-masing wilayah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7.1. Permasalahan Pelaksanaan LP2B di Wilayah Studi

No Kabupaten

Permasalahan

Lahan pertanian seluruhnya merupakan lahan tadah hujan Tidak ada irigasi, padahal ada sungai Aceh Timur yang dapat

dimanfaatkan untuk pengairan Alih fungsi komoditas dari padi ke sawit tidak dapat dihindarkan

karena merupakan pilihan hidup petani

1 Aceh Tamiang Alih fungsi lahan tidak dapat dikontrol karena Aceh Timur

sedang membangun Belum ada sosialisasi terhadap regulasi LP2B Terjadi perbedaan data baku lahan sawah antara Dinas PU, Dinas

Pertanian, dan BPS Kesulitan penetapan LP2B karena sawah milik petani Alih fungsi lahan menjadi bangunan tidak dapat dihindari Kepemilikan lahan sawah selalu berubah cepat Belum ada sosialisasi LP2B dari pusat ataupun provinsi

2 OKU Timur Alih fungsi komoditas dari padi ke karet tidak dapat dihindarkan karena tergantung dari petani itu sendiri untuk memutuskan komoditasnya

Karakter dan budaya petani yang sulit menerima program, apalagi jika lahan tersebut tidak dapat dialihfungsikan menjadi

No Kabupaten

Permasalahan

bangunan Bahan untuk sosialisasi masih kurang terutama masalah insentif

yang akan diberikan Tidak ada anggaran sosialisasi LP2B Belum dilaksanakannya sosialisasi LP2B karena belum dapat

menjawab insentif dan jaminan pemerintah 3 Lamongan Kesulitan dalam mengendalikan alih fungsi lahan

Terdapat perbedaan data baku lahan sawah antara Dinas Pertanian

dan Kehutanan dengan Dinas PU Terjadi kegamangan atas pelaksanaan LP2B karena tidak jelasnya

SKPD yang menjadi leader dalam LP2B Belum memiliki RDTR LP2B tidak menjadi bahasan pokok dalam BKPRD namun hanya

4 Tabanan merupakan bagian dari pembahasan utama di BKPRD Terjadi perbedaan data baku lahan sawah antara dinas pertanian

dan PU

Belum memiliki benchmark atas pelaksanaan LP2B sehingga tidak ada yang dapat dijadikan contoh

Sosialisasi LP2B dari pusat dilakukan tidak secara terus menerus dan berkesinambungan

Banyak petani yang memiliki lahan sempit sehingga sulit untuk 5 Lombok Tengah

pelaksanaan LP2B

Lombok Tengah sedang berkembang sehingga alih fungsi lahan sulit dihindarkan

Zonasi lahan pertanian yang tersebar menyebabkan sulitnya mendeteksi alih fungsi lahan

Lahan-lahan pertanian yang produktif dan subur berada di perkotaan karena adanya Sungai Cimanuk yang melintasi kota.

Alih fungsi lahan sawah tidak dapat dihindarkan terutama sawah- sawah yang berada di kota

Penetapan LP2B dalam Perda perlu waktu karena harus 6 Garut

berkoordinasi dengan lintas sektoral dan masyarakat Pembangunan infrastruktur jalan tol yang rencananya akan

dibangun pemerintah, banyak yang mengorbankan lahan sawah Anggaran terbatas termasuk tidak adanya anggaran untuk petugas

yang bekerja dilapangan untuk sosialisasi ataupun diseminasi program LP2B

Koordinasi antar SKPD yang kurang terutama tidak adanya informasi LP2B ke pihak Bappeda

Sosialisasi LP2B diperoleh berdasarkan informasi sepihak, tidak secara utuh

Belum adanya sosialisasi LP2B, baik dari pusat maupun provinsi 7 Maros

Anggaran terbatas terutama untuk mendanai petugas pelaksana Alih fungsi lahan tidak dapat dihindari karena Kabupaten Maros

sebagai penyangga bagi Kota Makasar, terlebih wilayah ini telah terdapat Bandara Internasional Hasanudin dan telah terhubungnya Kota Makasar dan Kabupaten Maros dengan Jalan Tol

8 Sleman Masih ragu-ragu menerapkan LP2B karena belum jelasnya aturan

No Kabupaten

Permasalahan

tersebut

Jika petani seluruhnya setuju dengan LP2B, maka diperkirakan harus disediakan materai sebesar Rp 2 milyar yang akan dibubuhkan di dalam perjanjian. Penyediaan dana tersebut tidak dapat disediakan dalam APBD karena terbatas

Belum jelasnya insentif dan disinsentif dan tidak memiliki anggaran untuk pemberian insentif ke petani LP2B

Kejelasan fungsi dan tanggung jawab pusat, provinsi, dan kabupaten/kota terhadapa LP2B

Banyak petani di Sleman berlahan sempit dan berpendapatan rendah dan lahan dijadikan sebagai aset jika terjadi kondisi tertentu di keluarganya

Data lahan dan peruntukkan tidak sama antara BPN dan Pemda Kesulitan dalam penentuan insentif dan disinsentif Penerapan Perda RTRW tidak konsisten dan banyak yang tidak

9 Magelang diindahkan, seperti membangun rumah di wilayah hijau namun masih memperoleh ijin

Alih fungsi lahan sulit dideteksi dan dikontrol Perijinan sebagai pengendali tidak berfungsi dengan baik