UPAYA HUKUM LUAR BIASA
BAB XXI UPAYA HUKUM LUAR BIASA
A. PENGERTIAN
Upaya hukum luar biasa merupakan pengecualian dan penyimpangan dari upaya hukum biasa, yaitu pengecualian dari upaya hukumbanding dan kasasi. Upaya hukum luar biasa dapat diajukan terhapad putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, bahkan jaksa penuntut umum atau terdakwa sudah tidak mungkin lagi atau sudah tertutup untuk mengajukan upaya hukum
biasa 75 .
B. PEMERIKSAAN TINGKAT KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM
Berdasar ketentuan Pasal 228 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Demi kepentingan hukum terhadap semua putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dari mahkamah selain dari Mahkamah Agung, dapat diajukan satu kali permohonan kasasi oleh Jaksa Agung dengan berpodaman pada Peraturan Mahkamah Agung.
C. PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG YANG TELAH MEMPEROLEH KEKUATAN HUKUM TETAP
1. Berdasar ketentuan Pasal 229 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Terhadap putusan mahkamah yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terhukum atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.
2. Permintaan peninjauan kembali dilakukan atas dasar:
75 Ramelan, Op.Cit. Hal.313 75 Ramelan, Op.Cit. Hal.313
b. apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang
dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain;
c. apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.
3. Atas dasar alasan yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhadap suatu putusan mahkamah yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan permintaan peninjauan kembali apabila dalam putusan itu perbuatan yang didakwakan telah dinyatakan terbukti akan tetapi tidak diikuti oleh suatu penjatuhan uqubat.
4. Berdasar ketentuan Pasal 230 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Permintaan peninjauan kembali oleh pemohon sebagaimana dimaksud dalam angka (1) diajukan kepada panitera mahkamah yang telah memutuskan perkaranya dalam tingkat pertama dengan menyebutkan secara jelas alasannya.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 235 ayat (2) berlaku juga bagi permintaan peninjauan kembali.
6. Dalam hal pemohon peninjauan kembali adalah terhukum yang kurang memahami hukum, panitera pada waktu menerima permintaan peninjauan kembali wajib menanyakan apakah alasan ia mengajukan permintaan tersebut dan untuk itu panitera membuatkan surat permintaan peninjauan kembali.
7. Ketua mahkamah segera mengirimkan surat permintaan peninjauan kembali beserta berkas perkara kepada Mahkamah Agung, disertai suatu catatan penjelasan.
8. Berdasar ketentuan Pasal 231 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Permintaan peninjauan kembali tidak dibatasi dengan suatu jangka waktu.
9. Permohonan peninjauan kembali atas suatu putusan hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali.
10. Berdasar ketentuan Pasal 232 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Ketua mahkamah setelah menerima permintaan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) menunjuk hakim yang tidak memeriksa perkara semula yang dimintakan peninjauan kembali itu untuk memeriksa apakah permintaan peninjauan kembali tersebut memenuhi alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2).
11. Dalam pemeriksaaan sebagaimana dimaksud pada angka (10) pemohon dan jaksa ikut hadir dan dapat menyampaikan pendapatnya.
12. Atas pemeriksaan tersebut dibuat berita acara pemeriksaan yang ditanda tangani oleh hakim, jaksa, pemohon dan panitera dan berdasarkan berita acara itu dibuat berita acara pendapat yang ditanda tangani oleh hakim dan panitera.
13. Ketua mahkamah segera melanjukan permintaan peninjauan kembali yang dilampiri berkas perkara semula, berita acara pemeriksaan dan berita acara pendapat kepada Mahkamah Agung yang tembusan surat pengantarnya disampaikan kepada pemohon dan jaksa.
14. Dalam hal suatu perkara yang dimohonkan peninjauan kembali adalah putusan Mahkamah Syar’iyah Aceh, maka tembusan surat pengantar tersebut harus dilampiri tembusan berita acara pemeriksaan serta berita acara pendapat dan disampaikan kepada Mahkamah Syar’iyah Aceh yang bersangkutan.
15. Berdasar ketentuan Pasal 233 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Dalam hal permohonan peninjauan kembali tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), Mahkamah Agung menyatakan bahwa permohonan peninjauan kembali tidak dapat diterima dengan disertai dasar alasannya.
16. Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat bahwa permohonan peninjauan kembali dapat diterima untuk diperiksa, berlaku ketentuan sebagai berikut: 16. Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat bahwa permohonan peninjauan kembali dapat diterima untuk diperiksa, berlaku ketentuan sebagai berikut:
b. apabila Mahkamah Agung membenarkan alasan pemohon, Mahkamah Agung membatalkan putusan yang dimohonkan peninjauan kembali itu dan menjatuhkan putusan yang dapat berupa: (1) putusan bebas; (2) putusan lepas dari segala tuntutan hukum; (3) putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut umum; (4) putusan dengan menerapkan ketentuan uqubat yang lebih ringan.
17. Berdasar ketentuan Pasal 234 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Salinan putusan Mahkamah Agung tentang peninjauan kembali beserta berkas perkaranya yang sudah diterima oleh Mahkamah Syar’iyah, dalam waktu 7 (tujuh) hari dikirim kepada pemohon.
18. Berdasar ketentuan Pasal 235 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Permohonan peninjauan kembali atas suatu putusan tidak menangguhkan maupun menghentikan pelaksanaan dari putusan tersebut.
19. Apabila suatu permohonan peninjauan kembali sudah diterima oleh Mahkamah Agung dan sementara itu pemohon meninggal dunia, mengenai diteruskan atau tidaknya peninjauan kembali tersebut diserahkan kepada kehendak ahli warisnya.
20. Berdasar ketentuan Pasal 236 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Semua putusan Mahkamah yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat diajukan permohonan grasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.