TERSANGKA DAN TERDAKWA
BAB VII TERSANGKA DAN TERDAKWA
A. TERSANGKA
Lilik Mulyadi 63 mejelaskan bahwa pada hakikatnya, itilah “tersangka” dan “terdakwa” merupkan terminology dari Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) sebagaimana terintrodusir undang-undang nomor 8 tahun 1981. Kalau nertolak dari sistim hukum belanda yang termaktub dalam Wetboek van strafvordering, ternyata istilah “tersangka” atau Beklaagde” dan terdakwa atau “Verdachte” tidak di bedakan pengertiannya dan dipergunakan dalam satu istilah saja yaitu: “Verdachte”.
Selanjutnya dalam kepustakaan ilmu hukum terminoligi “tersanka” dan “terdakwa” pada KUHAP identik dengan sistem hukum Inggrissesuai dengan rumpun Anglo Saxon, yang dikenal istilah “the suspect” untuk tindakan sebelum penuntutan dan “the accused” bagi tindakan sesudah penuntutan.lebih lanjut lagi, perbedaan istilah “tersangka” dan “terdakwa” ini dalam terminology KUHAP secara definitive dapat ditemukan pada ketentuan bab I tentang ketentuan umum pasal 1 angka 14 dan 15 KUHAP yang menentukan, bahwa:
“Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana”.
Dalam rancangan Qanun zcara jinayat Tersangka adalah orang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku jarimah.
B. TERDAKWA
Terdakwa adalah seorang tersangka (orang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku jarimah)
yang dituntut, diperiksa dan diadili disidang pengadilan 64
63 Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik Dan Permasalahannya, PT Alumni, Cet. I, Bukit Pakar Timur, 2007, Hal 49.
64 Bandingkan dengan Rancangan Qanun Jinayat Aceh pasal 1 ayat: 18,19 dan 23 64 Bandingkan dengan Rancangan Qanun Jinayat Aceh pasal 1 ayat: 18,19 dan 23
1. diperiksa segera oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada Penuntut Umum;
2. diajukan segera perkaranya ke Mahkamah Syar’iyah oleh Penuntut Umum;
3. diadili segera oleh Mahkamah Syar’iyah.
b. Berdasar ketentuan Pasal 53 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Untuk mempersiapkan pembelaan:
1. tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai;
2. terdakwa berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang didakwakan kepadanya.
c. Berdasar ketentuan Pasal 54 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan peradilan tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim.
d. Berdasar ketentuan Pasal 55 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan peradilan, tersangka atau terdakwa berhak untuk setiap waktu mendapat bantuan dari juru bahasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 171.
e. Dalam hal tersangka atau terdakwa bisu dan/atau tuli diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172.
f. Berdasar ketentuan Pasal 56 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Untuk kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan dalam qanun ini.
g. Berdasar ketentuan Pasal 57 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Untuk mendapat penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 tersangka atau terdakwa berhak memilih sendiri penasihat hukumnya.
h. Berdasar ketentuan Pasal 58 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan jarimah yang diancam dengan ’uqubat hudud atau ancaman 15 (lima belas) tahun penjara atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu untuk mempunyai penasihat hukum sendiri yang diancam dengan uqubat 5 (lima) tahun penjara atau lebih, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka.
i. Setiap penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana dimaksud pada huruf (h), memberikan bantuannya sesuai peraturan perudang-undangan.
j. Berdasar ketentuan Pasal 59 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwaTersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ketentuan qanun ini.
k. Tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya dalam menghadapi proses perkaranya.
l. Berdasar ketentuan Pasal 60 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwaTersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi, menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan baik yang ada hubungannya dengan proses perkara maupun tidak.
m. Berdasar ketentuan Pasal 61 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwaTersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak diberitahukan tentang penahanan atas dirinya oleh pejabat yang berwenang, pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan, kepada keluarganya atau orang lain yang serumah dengan tersangka atau terdakwa ataupun orang lain yang bantuannya dibutuhkan oleh tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan bantuan hukum atau jaminan bagi penangguhannya.
n. Berdasar ketentuan Pasal 62 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwaTersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan n. Berdasar ketentuan Pasal 62 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwaTersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan
o. Berdasar ketentuan Pasal 63 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwaTersangka atau terdakwa berhak secara langsung atau dengan perantaraan penasihat hukumnya menghubungi dan menerima kunjungan sanak keluarganya dalam hal yang tidak ada hubungannya dengan perkara tersangka atau terdakwa untuk kepentingan pekerjaan atau untuk kepentingan kekeluargaan .
p. Berdasar ketentuan Pasal 64 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwaTersangka atau terdakwa berhak mengirim surat kepada penasihat hukumnya, dan/atau menerima surat dari penasihat hukumnya dan sanak keluarga setiap kali yang diperlukan olehnya.
q. Surat-menyurat antara tersangka atau terdakwa dengan penasihat hukumnya atau sanak keluarganya tidak diperiksa oleh penyidik, penuntut umum, hakim atau pejabat rumah tahanan negara, kecuali jika terdapat cukup alasan untuk diduga bahwa surat-menyurat itu disalahgunakan.
r. Dalam hal surat untuk tersangka atau terdakwa itu ditilik atau diperiksa oleh penyidik, penuntut umum, hakim atau pejabat rumah tahanan negara, hal itu diberitahukan kepada tersangka atau terdakwa dan surat tersebut dikirim kembali kepada pengirimnya setelah dibubuhi cap yang berbunyi “telah ditilik “.
s. Berdasar ketentuan Pasal 65 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwaTersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari pembimbing agama.
t. Berdasar ketentuan Pasal 66 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwaTerdakwa berhak untuk diadili di sidang Mahkamah Syar’iyah yang terbuka untuk umum.
u. Berdasar ketentuan Pasal 67 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwaTersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan / atau orang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya.
v. Berdasar ketentuan Pasal 68 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat,
bahwaTersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian. w. Berdasar ketentuan Pasal 69 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwaTerdakwa atau penuntut umum berhak untuk memohon banding terhadap putusan Mahkamah Syar’iyah tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum.
x. Berdasar ketentuan Pasal 70 Qanun Aceh Tentang Hukum Acara Jinayat, bahwa Tersangka atau terdakwa berhak menuntut ganti kerugian dan / atau rehabilitasi dalam hal-hal tertentu yang diatur dalam qanun ini.