Standard Operating Procedure (SOP) Manajemen Penempatan Batuan Penutup di Timbunan Lower Wanagon

4. Standard Operating Procedure (SOP) Manajemen Penempatan Batuan Penutup di Timbunan Lower Wanagon

Sebagai acuan dalam mengelola dan memonitor performance batuan penutup yang dibuang ke Timbunan Lower Wanagon, PT. Freeport Indonesia menyusun sebuah Standard Operating Procedure (SOP). SOP ini disusun untuk mengontrol penempatan batuan penutup di Lower Wanagon dengan tujuan memastikan pemenuhan terhadap kriteria geokimia maupun geoteknis guna meminimalisasi pembentukan AAB di area Timbunan Lower Wanagon sepanjang masa penambangan Tambang Terbuka Grasberg hingga penutupan tambang.

Pada SOP tersebut dinyatakan bahwa aktivitas penempatan batuan penutup harus dimonitor untuk memastikan kriteria geokimia dan geoteknis terpenuhi. Kriteria Geokimia yang diatur dalam SOP

ini menyangkut nilai ANC*/NAG* yaitu rasio kapasitas penetral asam (dalam Ton H 2 SO 4 ) terhadap kapasitas pembentuk asam (Ton H 2 SO 4 ) dalam batuan penutup. ANC* (ANC (Acid Neutralizing Capacity) x Tonase material) adalah perhitungan kapasitas penetral asam yang berasal dari komponen batuan penutup tipe hijau sedangkan NAG* (NAG (Net Acid Generation) x Tonase material) adalah perhitungan total kapasitas penghasil asam dari komponen batuan penutup tipe biru dan/atau merah. Rasio ANC*/NAG* ini membantu perencanaan penambangan dalam mengevaluasi keseimbangan asam basa yang berkaitan dengan jadwal produksi dan operasional tambang.

Kriteria geokimia yang digunakan dalam SOP ditentukan berdasarkan pada studi dengan mengambil sampel pada ban berjalan yang bertujuan untuk mempelajari implikasi distribusi ukuran partikel (particle size distribution) terhadap geokimia batuan. Rasio ANC/MPA digunakan sebagai parameter kontrol tingkat pembentukan AAB, dimana MPA (Maximum Potential Acidity) Kriteria geokimia yang digunakan dalam SOP ditentukan berdasarkan pada studi dengan mengambil sampel pada ban berjalan yang bertujuan untuk mempelajari implikasi distribusi ukuran partikel (particle size distribution) terhadap geokimia batuan. Rasio ANC/MPA digunakan sebagai parameter kontrol tingkat pembentukan AAB, dimana MPA (Maximum Potential Acidity)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ANC/MPA untuk partikel berukuran kasar (> 2,36 mm) lebih besar dari 2, hal ini mengindikasikan bahwa potensi pembentukan asam dari campuran material berukuran kasar dapat diabaikan (negligible). Sedangkan untuk campuran material berukuran halus (< 2,36 mm), ditemukan rasio ANC/MPA yang rendah hingga lebih besar dari 2. Oleh karenanya faktor kritis (safety factor) untuk mengontrol pembentukan AAB dari timbunan Lower Wanagon ditentukan oleh nilai rasio ANC/MPA campuran material berukuran halus.

ilt ti Ratings indicate the o n d -S

n 3.0

c likelihood of ARD generation

ra F 2.5

a ) S Negligible f o m

o 2.0 6 m ti

a .3 A r

Low/Moderate

/M in

Moderate/High

C (m A N

1.0 Very High

ANC*/NAG* Ratio of Red Waste and Limestone Mix

Red Fine < 2 .36mm ANC/MPA

Red Coarse < 2.36mm ANC/MPA

Coarse Fine 2:1 <2.36mm ANC/MPA

Coarse Fine 4:1 <2.36mm ANC/MPA

Coarse Fine 8:1 <2.36mm ANC/MPA

Gambar 5. Rasio ANC/MPA dari fraksi halus (<2,36 mm) sebagai fungsi dari ANC*/NAG*

Gambar 5 menunjukkan estimasi nilai rasio ANC/MPA dari fraksi halus campuran batuan penutup yang memiliki nilai ANC*/NAG* tertentu. Untuk mendapatkan nilai ANC/MPA > 2, agar potensi pembentukan asam dari batuan penutup Timbunan Lower Wanagon dapat diabaikan (negligible), maka rasio ANC*/NAG* minimal yang dibutuhkan adalah 15 untuk perbandingan material kasar/halus 2:1 atau nilai ANC*/NAG* minimal adalah 10 untuk perbandingan material kasar/halus 8:1.

Penjelasan di atas merupakan dasar penentuan kriteria geokimia dalam SOP, yaitu : ANC*/MPA* >= 15 untuk material dengan rasio kasar/halus 2-8, dan ANC*/MPA* >= 10 untuk material dengan rasio kasar/halus >8 Perbandingan material kasar/halus menjadi bahan pertimbangan, karena kriteria geoteknik juga

harus dipenuhi dalam pelaksanaan SOP.