5 Rerata kadar As yang ada dalam tanaman setelah 6 minggu

Gambar 1.5 Rerata kadar As yang ada dalam tanaman setelah 6 minggu

Gambar 1.4. menunjukkan bahwa kadar As dalam air yang berasal dari wetland mengalami penurunan setelah melewati media tanaman air, terutama pada air yang diperlakukan dengan tanaman Cyperus elatus, Limnocharis flava dan Caladium,sp. Dari gambar tersebut tampak bahwa ketiga jenis tanaman tersebut mampu menurunkan kadar As secara signifikan dalam waktu 2 minggu, dan selanjutnya pada minggu ke 4 dan ke 6 masih terjadi penurunan kadar As. Menurut Mehrag (1994) dalam Bondada and Ma (2003), tumbuhan memiliki mekanisme adaptif dalam upaya bertahan terhadap kondisi lingkungan tumbuh yang tercemar logam berat. Analisis varian secara umum menunjukkan bahwa antar perlakuan signifikan pada taraf uji 5%. Diperoleh nilai F hit 4,7 sedangkan F critical 2,8.

ANOVA Source of Variation

F crit Between Groups 0.023276

SS

df MS

F P-value

3 0.007759 4.719876 0.007047 2.866266 Within Groups

Kandungan As pada sampel air yang diperlakukan dengan tanaman Cyperus elatus (rumput walingi), pada minggu ke-0 menunjukkan angka rata-rata 0,1755 mg/l. Pada minggu ke-2 menjadi 0,0920 mg/l, minggu ke-4 menjadi 0,0792 mg/l, dan sampai pada minggu k-6 menunjukkan angka As rata-rata adalah 0,0695 mg/l, sehingga kemampuan Cyperus elatus dalam menurunkan kadar As dalam waktu sekitar 6 minggu adalah 0,1055 mg/l atau sekitar 60%. Demikian pula dengan Limnocharis flava, jenis inipun juga mampu merurunkan kadar As secara signifikan. Pada minggu ke-0 kadar As pada air sampel yang diperlakukan dengan Limnocharis flava menunjukkan angka rata-rata 0,1880 mg/l, pada minggu ke-2 mengalami penurunan menjadi 0,1312 mg/l, minggu ke-4 menjadi 0,0980 mg/l dan pada minggu ke-6 menjadi 0,0816 mg/l, sehingga ada penurunan kadar As sebesar 0,1064 mg/l selama 6 minggu atau penurunan sekitar 57%. Untuk sampel air yang diperlakukan dengan tanaman Caladium,sp rata-rata kadar As juga menunjukkan penurunan yang signifikan, dari 0,1835 mg/l pada minggu ke-0 menjadi 0,0930 pada minggu ke-2, kemudian naik sedikit menjadi 0,0939 mg/l pada minggu ke-4 dan turun menjadi 0,0895 mg/l pada minggu ke-6. Ada penurunan kadar As sebesar 0,0940 mg/l atau sekitar 51% kadar As selama 6 minggu jika digunakan tanaman Caladium,sp.

Gambar 1.5. menunjukkan bahwa rata-rata kadar arsen dalam jaringan tanaman Cyperus elatus, Limnocharis flava, dan Caladium,sp setelah 6 minggu perlakuan berturut-turut adalah 5,395 mg/Kg bobot basah, 1,5 mg/Kg bobot basah, dan 1,68 mg/Kg bobot basah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rumput Cyperus elatus memiliki kemampuan menyerap arsen lebih tinggi dibanding Limnocharis flava atau Caladium,sp. Namun demikian ketiga jenis tanaman ini juga tumbuh dengan baik dan menghasilkan tanaman anakan selama penelitian berlangsung. Menurut Bondada and Ma (2003) toleransi tumbuhan terhadap logam berat diatur oleh adanya sistem penyerapan yang juga tergantung pada konsentrasi logam berat. Dua macam sistem penyerapan yang umum berlangsung yaitu : penyerapan tinggi pada kondisi kontaminan yang rendah, atau penyerapan rendah namun dapat berlangsung dalam jangka waktu lama. Salt and Rauser (1995) dalam Memon et al. (2001) menyebutkan bahwa mekanisme toleransi terhadap logam berat diantaranya melalui pembentukan fitokhelatin. Tumbuhan yang terpapar logam berat mampu secara enzimatis mensintesis Fitokhelatin dari senyawa Glutathion. Vakuola merupakan organela utama tempat penyimpanan logam berat yang terserap tumbuhan. Saat ion-ion logam berat masih berada di sitosol, ion-ion ini akan mengaktifkan Fitokhelatin synthase. Fitokhelatin akan berikatan dengan ion logam dan kemudian tertransport dari sitosol ke dalam vakuola. Selain itu metallothionein juga merupakan protein yang dapat mengikat logam berat dan berfungsi untuk detoksifikasi di dalam sel tumbuhan.

Untuk sampel air yang diperlakukan dengan tanaman Azolla pinnata R.Br dan Salvinia molesta penurunan kadar As kurang signifikan. Namun kandungan As dalam jaringan tanaman Azolla jauh lebih tinggi dibanding tanaman uji lainnya, sedangkan kandungan As dalam jaringan tanaman Salvinia relatif sama dengan kandungan As yang terdapat dalam jaringan tanaman Limnocharis serta Caladium. Data ini menunjukkan bahwa baik Azolla maupun Salvinia sebenarnya memiliki kemampuan menyerap As. Namun demikian karena ukuran tanaman yang jauh lebih kecil dibanding Cyperus, Limnocharis atau Caladium, serta tipe pertumbuhan yang hanya terapung dipermukaan, sehingga mekanisme internal tanaman tersebut juga mengalami perbedaan. Jenis tanaman tinggi mempunyai daya serap serta kecepatan penyerapan yang lebih tinggi daripada tanaman yang lebih rendah. Rerata kandungan As dalam jaringan tanaman Azolla (18.365 mg/Kg bobot basah tanaman) adalah tertinggi dibanding kadar As yang terakumulasi pada tanaman uji lain. Kemampuan Azolla dalam menyerap As ini kemungkinan juga mendukung terbentuknya anthocyanin, sehingga sintesis klorofil terhambat dan akibatnya pertumbuhan vegetatif juga terhambat. Dengan demikian penggunaan tanaman air terapung dalam fitoremediasi tetap dapat diterapkan, namun perlu bersama-sama dengan tanaman air lain yang sistem perakarannya ada di dasar perairan.

Hasil analisis pertumbuhan tanaman paku darat (Pteris vitata) menunjukkan bahwa setelah 4 minggu penanaman, hanya tanaman paku yang berasal dari Yogyakarta yang mampu tumbuh dengan baik, sedangkan tanaman paku yang berasal dari lingkungan base camp maupun wetland mulai sebagian besar daunnya sudah kering. Akan tetapi masih tampak adanya pertumbuhan tunas baru pada semua tanaman uji. Hasil analisis kadar As pada jaringan akar, batang dan daun dari tanaman uji menunjukkan bahwa angka tertinggi arsen terletak pada jaringan akar. Angka ini sangat signifikan dibanding dengan di batang dan daun.

Tanaman tinggi seperti Cyperus elatus, kadar As yang ada di dalam jaringan akar mencapai 6,90 mg/kg berat basah. Untuk jenis tanaman apung, maka jaringan akar Pistia stratiotes,L mampu menyerap As sebesar 2,13 mg/kg berat basah. Pteris vitata yang merupakan tanaman darat, jaringan akarnya mampu menyerap As sebesar 3,52 mg/kg berat basah. Kadar As ini hampir sama dengan di bagian jaringan batang maupun daun. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk tanaman paku Pteris