LANDASAN TEORI

5. Biaya dan penerimaan

Biaya produksi akan selalu muncul dalam kegiatan ekonomi dimana usahanya selalu berkaitan dengan produksi. Kemunculannya itu sangat dikaitkan dengan diperlukannya input (faktor produksi) yang digunakan dari kegiatan produksi tersebut. Pada hakikatnya biaya adalah sejumlah uang tertentu yang diputuskan dengan pembelian dan pembayaran input yang diperlukan, sehingga tersedia jumlah uang (biaya) itu telah benar- benar diperhitungkan sedemikian rupa agar produksi dapat berlangsung. Biaya menurut pengertian ekonomi adalah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan barang agar siap dipakai konsumen. Biaya dalam perusahaan dibedakan menjadi dua, yaitu biaya variabel dan biaya tetap.

Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya berubah- ubah sesuai dengan kuantitas produk yang dihasilkan. Semakin besar kuantitas produksi makin besar pula jumlah biaya variabel. Yang termasuk biaya variabel ini adalah biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung dan bahan bakar minyak, kerusakan kecil-kecil dan biaya perawatan lainnya. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dengan besar kecilnya kuantitas produk yang dihasilkan, bahkan apabila untuk

commit to user

suatu produksi ini dihentikan biaya tetap harus dibayar dalam jumlah yang sama. Yang termasuk dalam biaya ini adalah tenaga kerja administrasi, penyusutan mesin, gedung dan alat-alat lainnya, dan keuntungan normal yang dihitung sebagai persentase tertentu dari faktor produksi tetap (Soedarsono, 1986).

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Secara matematis dapat ditukiskan sebagai berikut : PrT = Y x H Dimana :

PrT : penerimaan total (Rupiah) Y : jumlah produk yang dihasilkan

H : harga (Rupiah)

Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produk bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen semakin kecil ( Soekartawi, 1995).

Dalam kondisi jangka pendek (short run), sebuah perusahaan dalam semua struktur pasar bisa mendapat keuntungan normal, dibawah normal, dan diatas normal. Adanya keuntungan diatas normal akan mengandung masukan yang menutupi keuntungan tersebut. Perusahaan yang mengalami keuntungan dibawah normal akan keluar, sehingga penawaran turun, harga naik dan produksi akan berhenti hingga semua produsen mendapat keuntungan normal. Kondisi keuntungan normal ini merupakan kondisi jangka panjang yang stabil. Artinya, perusahaan akan selalu menuju kondisi normal (Sunaryo, 2001).

6. Efisiensi

Efisiensi adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan dengan menggunakan smber-sumber seminimal mungkin. Dalam praktek efisiensi

commit to user

selalu dikaitkan dengan perbandingan output atau hasil dengan biaya (Hernanto, 1993).

Menurut Rahardi (1999) penerimaan yang tinggi tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kemungkinan penerimaan yang besar tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya produksi per satuan produk yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan produksi yang telah dicapai untuk memperbesar produksi tanpa meningkatkan biaya keseluruhan.

Soekartawi (2001) mengemukakan bahwa prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu :

1) efisiensi teknis.

2) efisiensi alokatif (efisiensi harga).

3) efisiensi ekonomi R/C rasio menunjukkan pendapatan kotor (penerimaan) yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi sekaligus menunjang kondisi suatu usaha. Ukuran kondisi tersebut sangat penting karena dijadikan penilaian terhadap perusahaan dan kemungkinan pengembangan usaha tersebut. Pendapatan yang tinggi tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kemungkinan pendapatan yang besar tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya produksi per satuan produk yang dimaksud agar memperoleh keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan tingkat produksi yang telah dicapai atau memperbesar produksi tanpa meningkatkan biaya keseluruhan.

commit to user

Kondisi efisiensi harga yang sering dipakai sebagai patokan yaitu bagaimana mengatur penggunaan faktor produksi sedemikian rupa, sehingga nilai produk marginal suatu input sama dengan harga faktor produksi atau input tersebut. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif kalau nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga.

Efisiensi produk adalah banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Jika efisiensi fisik ini kemudian kita nilai dengan uang maka kita sampai pada efisiensi ekonomi (Mubyarto, 1995).

7. Risiko Usaha

Risiko adalah kerugian dari kejadian yang tidak diharapkan. Kejadian yang tak diharapkan ini dapat muncul dari berbagai sumber. Kerugian karena pergerakan harga disebut risiko pasar. Kerugian karena mitra transaksi (counterparty) tidak memenuhi kewajibannya disebut risiko kredit. Sedangkan kerugian karena kesalahan proses atau sistem disebut risiko operasional (Sunaryo,2007).

Pengetahuan tentang hubungan antara risiko dan keuntungan seyogyanya menjadi bagian yang penting dalam pengelolaan suatu usaha. Hubungan ini diukur dengan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan. Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung pengusaha dengan jumlah keuntungan rata-rata yang akan diperoleh sebagai hasil dari sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung oleh pengusaha semakin besar. Batas bawah keuntungan menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh pengusaha. Apabila nilai L ≥0, maka pengusaha

commit to user

tidak akan mengalami kerugian. Sebaliknya apabila nilai L<0 maka ada peluang kerugian yang akan diterima pengusaha (Hernanto,1993).

Ketidakpastian (uncertainty) adalah kondisi yang dihadapi seseorang apabila masa yang akan datang mengandung sejumlah kemungkinan peristiwa yang tidak kita ketahui. Suatu kondisi yang lebih realistis yang dihadapi adalah risiko. Dalam pengertian risiko terdapat sejumlah kemungkinan hasil yang diketahui, atau kemungkinan terjadinya peristiwa diantara seluruhnya yang mungkin terjadi. Hal ini adalah lebih realistis, karena pada umumnya kita telah terdidik untuk mengadakan taksiran atau dugaan yang meliputi suatu rentang (range) kemungkinan terjadinya suatu peristiwa dari kemungkinan peristiwa ekstrem yang lain. Dengan demikian maka risiko suatu investasi dapat diartikan sebagai probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan atau kemungkinan return yang diterima menyimpang dari keadaaan yang diharapkan. Makin besar penyimpangan tersebut berarti makin besar risikonya. Risiko investasi mengandung arti bahwa return di waktu yang akan datang tidak dapat diketahui, tetapi hanya dapat diharapkan (Riyanto, 1998).

Ahli-ahli statistik mendefinisikan lebih jelas tentang pengertian risiko dan ketidakpastian sebagai berikut :

a) Risiko itu ada jika membuat keputusan / perencanaan proyek mampu mengestimasi kemungkinan-kemungkinan (probabilitas) yang berhubungan dengan berbagai variasi hasil yang diterima selama periode investasi sehingga dapat disusun distribusi probabilitasnya.

b) Ketidakpastian ada jika pembuat keputusan tidak memiliki data yang bisa dikembangkan untuk menyusun suatu distribusi probabilitas sehingga harus membuat dugaan-dugaan untuk menyusunnya (Alwi,1994). Menurut Kadarsan (1992) ada dua macam risiko yang dikenal dalam

perusahaan pertanian seperti halnya dalam perusahaan-perusahaan lainnya. Pertama, risiko perusahaan; kedua, risiko keuangan. Risiko perusahaan berhubungan dengan bermacam-macam tingkat pendapatan yang diterima

commit to user

akibat bermacam-macam kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan agribisnis. Risiko keuangan adalah risiko menderita kerugian yang lebih besar akibat bertambahnya pemakaian modal pinjaman dan modal milik pribadi.

8. Nilai tambah

Nilai tambah merupakan penambahan nilai suatu produk sebelum diolah dengan setelah diolah per satuan. Nilai tambah dihitung untuk mengetahui penambahan nilai dari proses pengolahan bahan baku menjadi suatu produk. Nilai tambah diketahui dengan melihat selisih antara nilai output dengan nilai input ( Alamsyah, 2007).

Pada umumnya yang termasuk dalam nilai tambah dalam suatu kegiatan produksi atau jasa adalah berupa upah / gaji, laba, sewa tanah, dan bunga uang yang dibayarkan (berupa bagian dari biaya), penyusutan dan pajak tidak langsung (netto) (Tarigan, 2004).

Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena komoditas tersebut telah mengalami proses pengolahan, pengangkutan dalam suatu proses produksi. Nilai tambah ini merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang digunakan seperti modal, tenaga kerja, dan manajemen perusahaan yang dinikmati oleh produsen maupun penjual. Nilai tambah dari suatu produk dapat menghasilkan / meningkatkan nilai guna bagi konsumen. Nilai guna (utility) adalah tingkat kepuasan dan kesenangan individu yang diperoleh seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa yang dapat ditentukan dan dinikmati oleh konsumen (Suhendar, 2002).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pengembangan industri pengolahan di Indonesia didukung oleh sumber daya alam pertanian, baik nabati maupun hewani yang mampu menghasilkan berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan dari sumber daya alam lokal atau daerah. Di Indonesia terdapat beraneka ragam usaha pengolahan hasil pertanian, salah satunya adalah industri pembuatan tape .

commit to user

Usaha pembuatan tape di Kabupaten Sukoharjo merupakan industri yang masih berskala rumah tangga. Meskipun industri yang dijalankan masih bersifat industri skala rumah tangga dengan teknologi sederhana, akan tetapi setiap pelaku usaha pasti mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Penelitian ini menggunakan konsep pendekatan pendapatan, sehingga yang dimaksud biaya dalam penelitian ini adalah sejumlah uang yang benar-benar dikeluarkan selama melaksanakan proses produksi hingga pemasaran produk. Biaya-biaya yang benar-benar dikeluarkan tersebut meliputi biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku utama dan biaya penolong, biaya pengemasan dan biaya transportasi. Biaya-biaya tersebut merupakan biaya tidak tetap (biaya variabel) dalam industri tape skala rumah tangga. Sedangkan untuk biaya tetap yang terdiri dari biaya penyusutan, biaya bunga modal investasi, biaya tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan dalam penelitian karena merupakan biaya yang tidak sebenarnya dikeluarkan oleh pengusaha tape rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo. Dengan demikian nilai total biaya pada usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Biaya Total = Biaya Produksi + Biaya Pengemasan + Biaya Transportasi

Dimana : Biaya total : biaya total industri tape skala rumah tangga (Rupiah) Biaya produksi : biaya bahan baku dan biaya bahan penolong dalam

industri tape skala rumah tangga (Rupiah) Biaya pengemasan : biaya yang dikeluarkan untuk proses pengemasan pada industri tape skala rumah tangga (Rupiah) Biaya transportasi : biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan dan pemasaran produk pada industri tape skala rumah tangga (Rupiah)

Untuk mengetahui besarnya penerimaan dari usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo yaitu dengan mengalikan jumlah

commit to user

produk yang dihasilkan dengan harga jual produk tersebut. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

PrT = Y x H

Dimana : PrT : penerimaan total industri tape skala rumah tangga ( Rupiah)

Y : jumlah produk yang dihasilkan (kg)

H : harga produk (Rp/kg) Setelah diketahui besarnya biaya total dan penerimaan total maka besarnya pendapatan dapat dicari dengan menggunakan rumus :

Pendapatan = PrT – BT

Dimana : PrT : Penerimaan total usaha industri tape skala rumah tangga

(Rupiah) BT : Biaya total industri tape skala rumah tangga (Rupiah) Efisiensi usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dihitung dengan membandingkan besarnya penerimaan usaha industri tape dengan biaya yang digunakan untuk produksi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

꩸gumul mu�

dimana : R = penerimaan total usaha industri tape skala rumah tangga

(Rupiah)

C = biaya total usaha industri tape skala rumah tangga (Rupiah) Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah : R/C > 1 berarti usaha industri tape skala rumah tangga yang dijalankan

sudah efisien,

R/C ≤ 1 berarti usaha industri tape skala rumah tangga yang dijalankan tidak efisien.

Untuk pengukuran risiko usaha dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo menggunakan koefisien variasi dengan rumus sebagai berikut :

commit to user

䀐ꨰ �

CV : koefisien variasi usaha tape

V : simpangan baku pendapatan usaha tape (Rupiah)

E : pendapatan rata-rata usaha tape (Rupiah) Untuk mengukur koefisien variasi, sebelumnya harus mencari pendapatan rata-rata usaha dan simpangan baku terlebih dahulu. Pendapatan rata-rata usaha dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

꩸�

E : pendapatan rata-rata usaha tape (Rupiah) Ei : pendapatan usaha tape yang diterima pelaku usaha (Rupiah) n : jumlah pelaku usaha

Selanjutnya adalah mencari simpangan baku. Simpangan baku merupakan akar dari ragam, dengan demikian simpangan baku dapat dicari dengan menggunakan rumus :

ꨰ�ꨰ 㽘

Rumus dari ragam adalah :

V 2 : ragam n : jumlah pelaku usaha

E : pendapatan rata-rata usaha tape (Rupiah) Ei : pendapatan usaha yang diterima (Rupiah) Sedangkan batas bawah pendapatan usaha tape dapat diketahui dengan menggunakan rumus :

t � ꩸ 㽘ꨰ

L : batas bawah pendapatan usaha (Rupiah)

E : pendapatan rata-rata usaha (Rupiah)

V : simpangan baku pendapatan (Rupiah)

commit to user

Semakin besar nilai koefisien variasi (CV) menunjukkan bahwa risiko usaha tape yang harus ditanggung pengusaha semakin besar. Kriteria yang digunakan adalah :

a. apabila nilai . 0,5 atau

0 menyatakan bahwa pelaku usaha akan selalu terhindar dari kerugian.

b. apabila nilai . 0,5 atau

0 menyatakan bahwa pelaku usaha berpeluang mengalami kerugian.

Nilai tambah pembuatan tape terhadap ubi kayu segar dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana : NT : Nilai tambah (Rp/kg) NO : Nilai output (Rp/kg) NI : Nilai input (Rp/kg)

Kriteria analisis yang digunakan adalah : jika NT > 0, maka produk memberikan nilai tambah dan jika NT ≤ 0, maka produk tidak memberikan nilai tambah. Untuk menghitung nilai tambah perlu dihitung terlebih dahulu nilai output dan nilai input dirumuskan sebagai berikut :

Dimana : NO : Nilai output tape (Rp/kg) Y : Jumlah tape yang dihasilkan (bungkus) Hy : Harga tape (Rp/bungkus) JBB : Jumlah bahan baku (kg) BB : Biaya bahan baku + Biaya penolong Blain : Biaya bahan bakar + Biaya pengemasan + Biaya transportasi

commit to user

Alur kerangka pemikiran penelitian dalam analisis usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat digambarkan dengan bagan berikut:

Gambar 1. Bagan Alur Penelitian Analisis Usaha Industri Tape Skala

Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo.

Industri Tape

Penerimaan Total

Keluaran (output) : · Tape

Biaya Total

Analisis usaha : § Pendapatan usaha § Efisiensi usaha § Risiko usaha § Nilai tambah

Proses produksi

Masukan (input) : Ø Biaya Produksi :

· Bahan baku · Bahan penolong

Ø Biaya bahan bakar Ø Biaya pengemasan

Risiko harga

Risiko pasar

Risiko produksi : § Kerusakan kualitas produksi

commit to user

D. Pembatasan Masalah

1. Penelitian dibatasi pada pengrajin tape singkong skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

2. Data penelitian yang dianalisis adalah data produksi tiap pengrajin tape skala rumah tangga dari proses produksi hingga produk siap dipasarkan.

3. Pengambilan data produksi dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2010.

4. Harga, input dan output menggunakan harga yang berlaku pada saat penelitian di daerah penelitian.

5. Biaya yang dikeluarkan selama proses produksi tape adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan.

E. Asumsi

1. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi berasal dari luar (pembelian).

2. Variabel-variabel yang tidak diamati dalam penelitian dianggap tidak berpengaruh.

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Industri tape adalah usaha pembuatan tape dari bentuk bahan baku singkong sampai menjadi produk siap konsumsi yang siap dipasarkan.

2. Analisis usaha adalah penelitian terhadap kelangsungan suatu usaha dengan meninjau beberapa aspek meliputi biaya, penerimaan, pendapatan, risiko usaha dan efisiensi usaha.

3. Responden adalah orang yang mengusahakan pembuatan tape mulai dari bahan baku, proses produksi sampai penjualan produk.

4. Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang merupakan penjumlahan dari biaya produksi, biaya pengemasan dan biaya transportasi.

5. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku utama dan bahan penolong. Biaya bahan baku utama adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian

commit to user

ubi kayu sedangkan biaya bahan penolong adalah biaya untuk pembelian ragi, dinyatakan dalam rupiah.

6. Biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengemas tape ke dalam suatu kemasan tertentu, dinyatakan dalam satuan rupiah.

7. Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengadaan bahan maupun untuk pemasaran, dinyatakan dalam satuan rupiah.

8. Penerimaan total adalah keseluruhan nilai produk yang diterima yang merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi fisik kali harga produk tersebut yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

9. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total dan dinyatakan dalam satuan rupiah.

10. Efisiensi usaha adalah besaran nilai yang menunjukkan perbandingan antara penerimaan dengan biaya total.

11. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan diterima oleh pelaku usaha industri tape.

12. Koefisien variasi merupakan perbandingan antara simpangan baku pendapatan usaha dengan jumlah pendapatan yang akan diperoleh.

13. Nilai tambah adalah peningkatan nilai karena adanya perubahan bentuk dari produk primer (contoh: ubi kayu) yang melalui proses pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan menjadi produk sekunder (contoh: tape). Nilai tambah adalah selisih antara nilai produk akhir (nilai output) dengan nilai input, dinyatakan dalam rupiah.

14. Nilai produk akhir adalah nilai output (tape) yang merupakan hasil perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga produk yang kemudian dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan, dinyatakan dengan satuan rupiah.

15. Nilai input adalah nilai yang diperoleh dari penjumlahah biaya produksi, biaya pengemasan dan biaya transportasi kemudian dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan, dinyatakan dalam satuan rupiah.

commit to user