METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis melalui survei dan observasi. Metode deskriptif analitis merupakan metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual, dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (Surakhmad, 2001).

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian

Metode pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purpossive), yaitu pengambilan daerah penelitian secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Daerah penelitian yang diambil adalah Kabupaten Sukoharjo untuk kemudian dipilih dua kecamatan yaitu Kecamatan Polokarto dan Kecamatan Bulu dengan pertimbangan bahwa sentra industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo terletak di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Bulu dan Kecamatan Polokarto. Selain itu Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah penghasil singkong yang produktif sehingga bisa menunjang perkembangan industri dan kontinuitas usaha industri tape yang ada.

Masing-masing kecamatan terdapat satu desa sentra yang memproduksi tape, maka seluruhnya diambil sebagai sampel dalam penelitian ini agar dapat memberikan gambaran umum tentang industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo. Desa yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Desa Sanggang dan Desa Tepisari.

C. Metode Pengambilan Responden

Kabupaten Sukoharjo memiliki dua sentra industri tape yang terletak di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Bulu dan Kecamatan Polokarto. Desa Sanggang merupakan desa sentra industri tape di Kecamatan Bulu, sedangkan pada Kecamatan Polokarto terdapat di Desa Tepisari. Jumlah populasi

31

commit to user

responden dalam penelitian ini berjumlah 23 orang. Data mengenai jumlah responden industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Jumlah Responden Industri Tape Skala Rumah Tangga Di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2010

Desa/Kelurahan

Jumlah populasi industri tape rumah

tangga

Jumlah responden

Sumber : Data Primer Pada sentra industri tape di Desa Tepisari terdapat 7 pengusaha tape

yang masih aktif berproduksi, sedangkan di Desa Sanggang terdapat 16 pengusaha tape skala rumah tangga sehingga total keseluruhan pengusaha tape di Kabupaten Sukoharjo berjumlah 23 orang. Berdasarkan hal tersebut, maka pengambilan responden dalam penelitian ini tidak melakukan pengambilan sampel melainkan dilakukan dengan menggunakan metode sensus, yaitu teknik pengambilan responden secara keseluruhan.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden maupun pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan.

Sedangkan data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti. Data dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga- lembaga yang terkait dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo (Dispertan),

commit to user

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo (Disperindag), serta lembaga-lembaga lain yang terkait di dalamnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer melalui wawancara langsung kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya.

2. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai objek yang akan diteliti.

3. Pencatatan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

F. Metode Analisis Data

1. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan dari Usaha Industri Tape di Kabupaten Sukoharjo

a. Nilai total biaya pada industri tape skala rumah tangga adalah penjumlahan dari biaya produksi dengan biaya pengemasan dan biaya transportasi yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi tape. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Biaya Total = Biaya Produksi + Biaya Pengemasan + Biaya

Transportasi

Dimana : Biaya Total : biaya total industri tape skala rumah tangga (Rupiah) Biaya Produksi : biaya bahan baku dan biaya bahan penolong dalam

industri tape skala rumah tangga (Rupiah) Biaya Pengemasan : biaya yang dikeluarkan untuk proses pengemasan produk pada industri tape skala rumah tangga (Rupiah)

commit to user

Biaya Transportasi : biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan dan pemasaran produk pada industry tape skala rumah tangga (Rupiah)

b. Untuk mengetahui penerimaan dari usaha industri tape di Kabupaten Sukoharjo yaitu dengan mengalikan jumlah tape yang dihasilkan dengan harga tape tersebut. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

PrT = Y x H

Dimana : PrT : penerimaan total usaha tape skala rumah tangga ( Rupiah) Y : jumlah tape yang dihasilkan (Kg)

H : harga tape (Rp/Kg)

c. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Pendapatan = PrT – BT

Dimana : PrT : Penerimaan total industri tape (Rupiah) BT : Biaya total industri tape (Rupiah)

2. Efisiensi Usaha

Untuk mengetahui efisiensi usaha industri kecil tape di Kabupaten Sukoharjo yang telah dijalankan selama ini adalah dengan menggunakan perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal dengan nisbah antara penerimaan dan biaya.

Efisiensi usaha industri kecil tape di Kabupaten Sukoharjo dapat dihitung dengan membandingkan besarnya penerimaan usaha industri kecil tape dengan biaya yang digunakan untuk produksi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Efisiensi =

dimana :

R = penerimaan usaha tape skala rumah tangga (Rupiah)

commit to user

C = biaya total usaha tape skala rumah tangga (Rupiah) Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah :

R/C > 1 berarti usaha tape skala rumah tangga yang dijalankan

sudah efisien,

R/C ≤ 1 berarti usaha tape skala rumah tangga yang dijalankan belum efisien.

3. Risiko Usaha

Risiko usaha industri kecil tape di Kabupaten Sukoharjo dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah pendapatan. Koefisien variasi merupakan perbandingan antara simpangan baku dengan jumlah pendapatan yang akan diperoleh, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

�. 䄠

CV : koefisien variasi usaha tape skala rumah tangga

V : simpangan baku pendapatan usaha tape skala rumah tangga (Rupiah)

E : pendapatan rata-rata usaha tape skala rumah tangga (Rupiah) Untuk mengukur koefisien variasi, sebelumnya harus mencari pendapatan rata-rata usaha dan simpangan baku terlebih dahulu. Pendapatan rata-rata usaha dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

䅀䄠

Keterangan :

E : pendapatan rata-rata usaha tape skala rumah tangga (Rupiah) Ei : pendapatan usaha tape skala rumah tangga yang diterima pengrajin (Rupiah) n : jumlah pengrajin tape skala rumah tangga Selanjutnya adalah mencari simpangan baku dengan menggunakan analisis ragam. Simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu :

commit to user

Ragam dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

2 V : ragam n : jumlah pengrajin tape skala rumah tangga

E : pendapatan rata-rata usaha tape skala rumah tangga (Rupiah) Ei : pendapatan usaha tape skala rumah tangga yang diterima pengrajin

(Rupiah) Sedangkan batas bawah pendapatan usaha tape dapat diketahui dengan menggunakan rumus :

ú䄠䅀원

Keterangan : L : batas bawah pendapatan usaha tape skala rumah tangga (Rupiah)

E : pendapatan rata-rata usaha tape skala rumah tangga (Rupiah)

V : simpangan baku pendapatan usaha tape skala rumah tangga (Rupiah) Semakin besar nilai koefisien variasi (CV) menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung pengrajin semakin besar. Batas bawah pendapatan (L) menunjukkan nilai terendah yang mungkin akan diterima oleh pengrajin. Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai �. 0,5 atau

0 menyatakan bahwa pelaku usaha akan selalu terhindar dari kerugian. Sedangkan apabila nilai �. 0,5 atau

0 berarti pelaku usaha berpeluang mengalami kerugian.

4. Nilai tambah

Nilai tambah merupakan penambahan nilai suatu produk sebelum diolah dengan setelah diolah per satuan. Nilai tambah dihitung untuk mengetahui penambahan nilai dari proses pengolahan bahan baku menjadi suatu produk. Nilai tambah pembuatan tape terhadap ubi kayu segar dapat dirumuskan sebagai berikut :

䄠Ė

Dimana :

commit to user

NT : Nilai tambah (Rp) NO : Nilai output (Rp/kg) NI : Nilai input (Rp/kg) Kriteria analisis yang digunakan adalah : jika NT > 0, maka produk

memberikan nilai tambah dan jika NT ≤ 0, maka produk tidak memberikan nilai tambah. Untuk menghitung nilai tambah perlu dihitung terlebih dahulu nilai output dan nilai input dirumuskan sebagai berikut :

Dimana : NO : Nilai output tape (Rp/Kg) Y : Jumlah tape yang dihasilkan (Kg) Hy : Harga tape (Rp/Kg) JBB : Jumlah bahan baku (Kg) BB : Biaya bahan baku + Biaya penolong

Blain : Biaya bahan bakar + Biaya Pengemasan + Biaya transportas

commit to user