Sinopsis Film “ ? “

A. Sinopsis Film “ ? “

Official Poster Film “ ? “ 55

Kita Berbeda?",

(http://fiethageulis13.blogspot.com/2011/04/tanda-tanya-masih-pentingkah-kita.html,

diakses pada tanggal 20 Mei 2011, pukul 11.15 WIB) diakses pada tanggal 20 Mei 2011, pukul 11.15 WIB)

Keluarga yang pertama, yaitu keluarga keturunan Cina. Tan Kat Sun yang diperankan oleh Henky Solaiman memiliki restoran masakan Cina dengan menu babi dan non babi. Tan Kat Sun hidup bersama istrinya, Lim Giok Lie (Edmay) dan putra tunggalnya, Ping Hen alias Hendra (Rio Dewanto). Dalam mengelola restorannya yang bernama Canton, Tan Kat Sun selalu bersikap toleran khususnya kepada karyawan-karyawannya. Tan Kat Sun yang memeluk Konghucu selalu mengingatkan pekerjanya yang Muslim untuk sholat. Bukan hanya itu, Ia juga memberi ruang untuk sholat di sebelah tempat persembahyangan miliknya. Restorannya pun juga wajib libur selama lima hari pada Lebaran dan selama bulan puasa sekeliling restorannya selalu ditutup dengan tirai. Selain itu, Tan Kat Sun yang sudah tua dan sakit-sakitan ini sangat sadar lingkungan. Cara masak dan peralatan masak di restorannya dipisah secara tajam antara yang halal dan haram. Ia selalu menjaga agar peralatan masak untuk non babi selalu dipisah dengan peralatan masak untuk babi. Tan Kat Sun bermasalah dengan anaknya, Hendra yang memiliki visi tersendiri dalam bisnis.

seorang janda berputra tunggal dan meneruskan usaha keluarga, yaitu toko buku. Atas pilihannya sendiri, ia yang sebelumnya beragama Islam memutuskan untuk menjadi seorang Katolik dan ingin dibaptis, sementara putra tunggalnya tetap didorong memperdalam agama Islam di Masjid setempat. Tindakan Rika ini mendapat cemoohan para tetangga termasuk protes dari putra tunggalnya, Abi yang diperankan oleh Baim. Beruntung Rika mempunyai teman yang memahaminya, Surya yang diperankan oleh Agus Kuncoro adalah seorang pemuda yang berjuang meraih impian menjadi aktor hebat tapi masih mendapat kesempatan bermain untuk peran-peran kecil. Berkat Rika, Surya yang beragama Islam ini menjadi pemeran utama drama Yesus pada perayaan Malam Jumat Agung di Gereja.

Keluarga lain, yaitu pasangan muda beragama Islam, Menuk yang diperankan oleh Revalina S.Temat dan Soleh diperankan oleh Reza Rahardian. Soleh sebagai kepala keluarga merupakan seorang pengangguran yang rajin sholat tetapi selalu gundah akan keadaan dirinya. Sementara istrinya, Menuk yang berjilbab bekerja di restoran Cina milik Tan Kat Sun. Oleh karena itu, Menuk menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Menuk pernah menjalin hubungan asmara dengan Hendra, tapi gagal karena perbedaan keyakinan.

Hendra jatuh cinta pada Menuk dan kemudian ia sakit hati karena pada akhirnya Menuk lebih memilih Soleh. Menuk memilih Soleh karena memeluk agama yang sama dengannya, yaitu Islam. Cinta Menuk begitu mendalam

bergabung dengan Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU). Soleh selalu bertengkar dengan Hendra bila berpapasan dan saling mengejek. Seperti pada saat perayaan Malam Jumat Agung di Gereja dimana Soleh yang sedang menjalankan tugasnya sebagai anggota Banser NU untuk mengamankan Gereja, dan saat itu Soleh diejek oleh Hendra yang juga datang ke Gereja untuk membantu ayahnya mengantar pesanan makanan untuk pemain drama. Percekcokan di antara mereka tak terelakkan dan terjadilah perkelahian. Kekerasan pun berlanjut setelah Hendra mengurus restoran sang ayah ketika ayahnya sedang terbaring sakit. Hendra mengubah tradisi pengelolaan restoran selama ini, dimana Hendra menyuruh karyawan- karyawan restoran untuk membuka tirai restoran saat bulan Puasa, dan mencabut tradisi tutup restoran selama Lebaran. Hendra mengabaikan kebijakan ayahnya yang selalu memberi libur lima hari pada karyawannya saat Lebaran dengan alasan bisnis dimana pada hari Lebaran seharusnya orang makan di luar dikarenakan pembantu mudik.

Soleh yang mendengar cerita itu dari istrinya pun menjadi emosi karena pada saat Lebaran dimana semestinya ia bersama Menuk berkeliling untuk bersilaturahmi bersama, tetapi malahan Menuk harus masuk kerja. Soleh pun mengerahkan teman-temannya untuk merusak restoran Hendra yang buka pada hari kedua Lebaran. Saat restoran diserang, Tan Kat Sun kena pukulan dari Soleh dan mengalami luka parah. Menuk yang melihat kejadian itu menjadi sedih dan marah kepada Soleh. Soleh pun terkejut dengan Soleh yang mendengar cerita itu dari istrinya pun menjadi emosi karena pada saat Lebaran dimana semestinya ia bersama Menuk berkeliling untuk bersilaturahmi bersama, tetapi malahan Menuk harus masuk kerja. Soleh pun mengerahkan teman-temannya untuk merusak restoran Hendra yang buka pada hari kedua Lebaran. Saat restoran diserang, Tan Kat Sun kena pukulan dari Soleh dan mengalami luka parah. Menuk yang melihat kejadian itu menjadi sedih dan marah kepada Soleh. Soleh pun terkejut dengan

Kemudian Soleh pun masuk Gereja. Saat dipanggil oleh rekannya untuk berjaga di luar Gereja, Soleh sontak kaget karena dia melihat ada sebuah kotak dari kardus yang diletakkan di belakang bangku umat Katolik yang sedang beribadah. Soleh pun menghampiri kotak tersebut, membukanya dan ternyata isinya bom. Saat itu ia kelihatan sangat panic sekali dan bingung harus bertindak bagaimana. Soleh pun terbayang dengan keluarganya dan kemudian ia teringat pesan komandannya untuk berkomitmen menjalankan tugas, meski nyawa taruhannya sekalipun. Hingga akhirnya Soleh memutuskan untuk mengambil kotak itu, membawanya dan bergegas lari keluar Gereja. Rekan-rekannya sesama Banser NU dan para umat Katolik melihat kejadian itu sontak berlarian dan menyelamatkan diri masing-masing. Kemudian bom meledak dalam dekapan Soleh dan Soleh pun meninggal.

Dari sinilah, semuanya nanti akan mengalami perubahan untuk hidupnya masing-masing dengan pilihan mereka sendiri. Soleh yang mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan hidup banyak orang menjadikan nama Soleh dipakai untuk nama jalan yang semula area Pasar Baru diganti menjadi Pasar Soleh. Hendra pun sudah memilih jalan hidupnya sendiri Dari sinilah, semuanya nanti akan mengalami perubahan untuk hidupnya masing-masing dengan pilihan mereka sendiri. Soleh yang mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan hidup banyak orang menjadikan nama Soleh dipakai untuk nama jalan yang semula area Pasar Baru diganti menjadi Pasar Soleh. Hendra pun sudah memilih jalan hidupnya sendiri

Film “ ? “ ini adalah sebuah film yang menyentuh persoalan cukup sensitif, yaitu mengenai adanya toleransi beragama namun Hanung Bramantyo berhasil mengemasnya dengan sinematografi yang apik. Film bergenre drama religi ini juga mengandung pesan-pesan yang menarik terutama mengenai pluralisme agama. Pesan-pesan tersebut tertuang jelas dalam setiap adegan dan percakapan dalam film ini. Seperti yang diungkapkan Isa Alamsyah, seorang penulis buku juga mengatakan bahwa Hanung berhasil membuat tema yang berat menjadi sangat menyejukkan, berimbang, dan memberi pelajaran

yang tinggi akan makna sebuah perbedaan. 56

Film “ ? “ ini telah menyabet penghargaan Piala Citra dalam kategori Tata Sinematografi Terbaik, yaitu oleh Yadi Sugandi dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2011. Film ini juga pernah mendapat kehormatan untuk diputar di Ohio State University dan di Columbia University pada tanggal 20 Januari 2012. Selain itu film ini sudah ditayangkan di beberapa Festival Film Internasional, seperti Vancouver, Melbourne, Paris, dan beberapa Festival Film lainnya.

56 Isa Alamsyah, Harus Tonton: ? (Baca: Tanda Tanya), ( http://hiburan.kompasiana.com/film/2011/04/08/harus-tonton-baca-tanda-tanya / , diakses pada

tanggal pada tanggal 20 Mei 2011, pukul 11.53 WIB)

1. Latar Belakang Pembuatan Film “ ? “

Berangkat dari tema toleransi beragama yang kini hampir jarang ditemukan di Indonesia, Hanung bekerjasama dengan penulis naskah Titin Wattimena berusaha mengingatkan kembali kepada penontonnya mengenai tema yang sensitif itu melalui media film. Mereka mengangkat kisah-kisah dari tiga keluarga yang berbeda agama, ras dan suku dalam usaha menentukan pilihan-pilihan sulit dalam kehidupan yang terjadi di kota Semarang, Jawa Tengah

Menurut Hanung, ide untuk film ini muncul ketika dia menggarap film “Perempuan Berkalung Surban”. Dia lahir dan tumbuh di lingkungan yang majemuk dan masih keturunan Cina, di dalam keluarganya pun ada yang berbeda agama. Oleh karena itu, dia sangat akrab dengan kondisi seperti ini. Selain itu, Hanung terinspirasi dari beberapa tokoh nyata dalam film ini. Seperti tokoh banser NU yang diperankan Reza Rahardian, dimana dalam kehidupan nyata banser ini bernama Riyanto yang tinggal di daerah Mojokerto. Dia rela mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan warga tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan. Peristiwa tersebut terjadi pada Natal tahun 2000 dimana Riyanto sedang menjaga Gereja Eben Haezer yang berlokasi di jalan Kartini, Mojokerto. Atas keberanian dan pengorbanannya itu, banyak penghargaan diberikan kepadanya. Pada tahun 2008 nama Riyanto dijadikan nama program beasiswa oleh The Wahid Institute. Selain itu, nama Riyanto juga dijadikan

Haezer yang dulu bernama jalan Kartini sekarang jadi jalan Riyanto. Baju seragam yang dikenakan Riyanto pun juga disimpan di tempat khusus di

Museum NU di Surabaya. 57

Sedangkan karakter Surya yang diperankan oleh Agus Kuncoro terinspirasi dari orang yang namanya Dobleh. Dia aktor, dan pernah bekerjasama dengan Hanung dalam film “Sang Pencerah”. Hal yang terjadi dengan karakter Surya benar-benar terjadi dalam kehidupan Dobleh. Selanjutnya pemilik toko yang diperankan Hengky Solaiman terinspirasi dari produser India yang sangat religius. Agamanya Hindu, tapi ia sangat toleran dengan mereka yang Muslim, bahkan selalu mengingatkan sholat. Mulanya, pemilik toko akan diperankan oleh orang India juga. Tapi, rencana inipun gagal dikarenakan masalah budget.

2. Proses Produksi Film “ ? “

Pada September 2010, Hanung bertemu dengan Titin Wattimena, seorang penulis skenario. Hanung cerita tentang beberapa kisah nyata yang kemudian diaplikasikan dalam film “ ? “ ini. Hanung memberikan kepercayaan pada Titin Wattimena untuk mengolahnya menjadi naskah. Persiapan pengerjaan skenario mulai bulan Oktober-November, lalu mulai

57 Lazuardi Anshori, Dosa Kita Pada Riyanto (Pahlawan Bom Malam Natal) (http://agama.kompasiana.com/2010/09/19/dosa-kita-pada-riyanto-pahlawan-bom-malam-natal/

diakses pada tanggal 25 Mei 2011, pukul 12:16 WIB) diakses pada tanggal 25 Mei 2011, pukul 12:16 WIB)

Film “ ? “ merupakan proyek pertama Mahaka Pictures. Sedangkan untuk Dapur film ini adalah proyek ketiga. Hanung sengaja melibatkan teman-teman dari Dapur film karena ia sadar regenerasi dalam industri film sangat dibutuhkan sekarang. Dapur film adalah sanggar kreatif untuk film dan drama. Dapur Film mendidik anak-anak muda melalui Workshop Film dan Acting dengan tenaga pengajar professional di bidangnya.

Ada beberapa hal yang mengharuskan tim produksi untuk bekerja dengan kreatif. Keterbatasan hari syuting, dan berbagai hal lainnya dalam banyak hal malah memberikan rasa kebersamaan yang lebih di antara para kru film “ ? “. Kru yang didominasi oleh anak-anak muda menghasilkan suasana syuting yang segar dan produktif. Hal ini juga mendorong semua pihak yang terlibat untuk bekerja lebih keras dan membuktikan diri dengan memberikan hasil yang terbaik.

Setelah melalui berbagai kesulitan dan tantangan, proses pembuatan film ini menghabiskan waktu syuting selama 21 hari di Setelah melalui berbagai kesulitan dan tantangan, proses pembuatan film ini menghabiskan waktu syuting selama 21 hari di

berani. Hanung lebih berfokus pada berbagai detail, terutama dalam hal performance para pemain. Film “ ? ” mulai ditayangkan pada tanggal 7 April 2011 yang di bioskop-

bioskop Indonesia. Seperti yang dikutip dalam website resmi film “ ? “ (www.filmtandatanya.com), film produksi Mahaka Pictures dan Dapur Film ini berhasil menembus jumlah penonton sekitar 100 ribu dalam lima hari pemutaran.