16
Perawatan bahan pustaka adalah upaya untuk menjaga keselamatan buku- buku dan bahan lain dari kerusakan sehingga koleksi perpustakaan tersebut dapat
berumur panjang dan dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lama. Rahim 1986, mendefenisikan pemeliharaan bahan pustaka merupakan
kegiatan yang mencakup segala usaha pencegahan terhadap hal-hal yang menimbulkan kerusakan buku atau dengan kata lain menyelamatkan buku dari
unsur-unsur yang merusak. Perawatan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan harus dilaksanakan
oleh setiap jenis perpustakaan. Sehubungan dengan itu perlu perawatan terhadap bahan pustaka agar koleksi yang dimiliki perpustakaan selalu siap digunakan oleh
pemakainya. Apabila fisik bahan pustaka tersebut rusak dan kumal akan mengurangi minat baca penggunanya. Sebaliknya, jika bahan pustaka tersebut
bersih dan rapi maka pengguna tertarik untuk membacanya.
2.3 Tujuan Perawatan Bahan Pustaka
Tujuan dan fungsi perawatan bahan pustaka adalah untuk menjaga bahan pustaka agar tidak rusak dan informasi yang terkandung didalamnya tidak hilang
Menurut Perpustakaan Nasional RI 1995: 20 tujuan dan fungsi perawatan dan pelestarian bahan pustaka yaitu:
“Mengusahakan agar koleksi selalu tersedia dan siap pakai. Hal ini dapat dilakukan dengan melestarikan bentuk fisik bahan pustaka, melestarikan
informasi yang terkandung dengan alih media atau melestarikan kedua- duanya bentuk fisik maupun kandungan informasinya”
Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki 1991: 271 tujuan dan fungsi perawatan bahan pustaka yaitu melestarikan kandungan informasi bahan
pustaka dengan alih bentuk menggunakan media lain atau melestarikan bentuk aslinya selengkap mungkin untuk dapat digunakan secara optimal.
Universitas Sumatera Utara
17
Menurut Martoadmodjo 1993: 5 sebagai berikut 1.
Menyelamatkan nilai informasi bahan pustaka 2.
Menyelamatkan bentuk fisik bahan pustaka 3.
Mengatasi kendala kekurangan ruang space 4.
Mempercepat perolehan informasi: bahan pustaka yang tersimpan dalam CD Compact Disc sangat mudah untuk diakses, baik dari jarak dekat
maupun jarak jauh, sehingga pemakaian bahan pustaka menjadi lebih optimal.
2.4 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka
Perawatan bahan pustaka bukanlah hal baru bagi pustakawan. Para pustakawan terutama di negara tropis seperti Indonesia ini dihadapkan pada
berbagai musuh dalam menjaga bahan pustaka. Musuh bahan pustaka antara lain manusia, tikus, serangga serta berbagai bencana alam.
Bahan pustaka yang terbuat dari kertas merupakan bahan yang mudah terbakar, mudah sobek, mudah rusak karena pengguna, mudah timbul noda dan
sebagainya. Kekuatan kertas semakin lama semakin menurun, akibatnya kertas akan berubah warna menjadi kuning kecoklatan dan akhirnya menjadi rapuh dan
hancur. Walaupun demikian cepat atau lambat proses kerusakan pada kertas tergantung juga dari mutu kertas dan iklim daerah dimana kertas itu berada serta
cara perawatannya. Jenis perusak bahan pustaka di daerah yang beriklim sedang atau tropis
berbeda dengan perusak bahan pustaka dari daerah beriklim dingin begitu pula cara penanggulangannya. Di daerah yang beriklim tropis memiliki perusak bahan
pustaka yang lebih banyak dan ganas dari daerah yang beriklim dingin. Menurut Martoatmodjo 1993: 36-74 kerusakan bahan pustaka itu secara
garis besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : 1.
Faktor biologi, misalnya serangga rayap, kecoa, kutu buku , binatang pengerat, jamur.
2. Faktor fisika, misalnya cahaya, udaradebu, suhu dan kelembaban
3. Faktor kimia, misalnya zat-zat kimia, keasaman kertas, oksidasi
4. Faktor-faktor lain , misalnya banjir, gempa bumi, api, manusia
Universitas Sumatera Utara
18
2.4.1 Faktor Biologi
Bahan pustaka terdiri dari selulosa, perekat dan protein yang merupakan sumber makanan bagi makhluk hidup seperti jamur, serangga, binatang pengerat
dan lain-lain. Makhluk tersebut dapat hidup dengan kondisi lingkungan yang kelembaban dan suhunya tinggi. Bila ruangan tempat penyimpanan bahan pustaka
lembab dan dibiarkan berlarut-larut maka banyak bahan pustaka yang rusak berat.
1. Binatang Pengerat
Menurut Razak 1992: 24 Tikus merupakan perusak bahan pustaka yang agak sukar diberantas. Jenis-jenis tikus dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Tikus hitam
b. Tikus cokelat atau tikus rumah
c. Tikus kelabu atau tikus sawah
d. Tikus kesturi
e. Tikus putih
Kertas dan buku sering menjadi sasaran untuk dijadikan sarang. Air kencing tikus rumah dapat membahayakan kesehatan manusia. Air kencing dapat
menyebabkan penyakit Leptospiral, sejenis penyakit kuning. Isolasi listrik yang terdapat di dalam rumahgedung juga menjadi sasaran serangan tikus rumah. Hal
ini dapat menimbulkan kebakaran. Tikus parit membuat sarangnya dibawah fondasi bangunan.
2. Serangga
Jenis serangga cukup banyak. Serangga sangat berbahaya bagi buku dan merupakan ancaman paling potensial, terutama dinegara-negara beriklim tropis
seperti Indonesia. Jenis-jenis serangga dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Rayap
Rayap merupakan perusak yang paling berbahaya karena dapat menghabiskan buku dalam waktu singkat. Binatang ini hidup didaerah tropis dan
subtropis seperti Indonesia, Malaysia, India dan lainnya. Binatang ini berbadan lunak dan warnanya putih pucat. Karena bentuknya seperti semut, maka binatang
ini disebut juga semut putih. Ada dua jenis rayap yaitu rayap kering yang hidupm
Universitas Sumatera Utara
19
didalam kayu dan rayap basah yang hidup didalam tanah, mereka hidup berkelompok dalam koloni yang terorganisasi dengan rapi. Rayap biasanya
membuat sarang dalam tanah untuk mencari makan melalui jalan yang mereka buat, kadang-kadang dapat menembus dinding tembok dan lantai bangunan.
b. Kecoa
Binatang ini ada dimana-mana. Kecoa adalah jenis serangga yang bersayap dan mempunyai tanduk yang panjang. Kotoran-kotoran kecoa yang
berupa cairan dapat merusak keutuhan bahan pustaka dan dapat meninggalkan noda yang sukar dihilangkan. Kecoa biasanya bermukim ditempat-tempat yang
gelap dan memakan bahan pustaka, terutama sampul dan perekat.
c. Ikan Perak